
Avengers 2: Age of Ultron
merupakan salah satu Film yang dinanti-nantikan oleh pecinta film superhero di
tahun 2015 ini. Film ini memang begitu spektakuler. Bagaimana tidak? Film ini memanja
penonton dengan efek komputer yang luar biasa, dan juga adegan-adegan dramatis
yang tidak kalah menarik. Meskipun tergolong sebagai film ringan dan menghibur,
Film Avengers 2 ini sarat pesan-pesan moral.
Musuh
utama dari Avengers pada film ini adalah Ultron. Siapakah Ultron tersebut?
Ultron ini merupakan hasil artificial inteligent dari Tony Stark yang kemudian
di dalam kisah selanjutnya diceritakan bahwa Ultron belajar dari Tony Stark bagaimana
menjadi orang yang ingin memusnahkan manusia dan Avengers. Jauh sebelum
lahirnya Ultron, sebenarnya Stark sudah menciptakan artificial inteligent yaitu
Jarvis. Jarvis diciptakan dalam konteks Tony Stark mengalami perubahan
kehidupan, perubahan paradigma dari seorang penjahat, seorang yang memiliki
kecacatan moral luar biasa menjadi seorang yang bertobat, seorang yang ingin
hidup benar, dan rindu untuk menciptakan perdamaian dunia. Untuk menggenapkan
cita-cita yang mulia tersebut, maka Tony Stark menciptakan sebuah artificial
inteligent, yaitu Jarvis, sebagai rekan kerja utamanya. Jikalau dibandingkan dengan
Ultron, Jarvis tidak memiliki kerinduan untuk memiliki tubuh sama sekali. Dia
sudah puas dengan kondisi yang sedemikian dan puas untuk senantiasa membantu
Stark dibalik kisah-kisah perbuatan superhero dari Stark. Jarvis puas untuk
berkomunikasi dengan Stark sebagai sebuah program komputer.
Berbeda
dengan Ultron. Ultron menginginkan tubuh agar mampu melakukan
pekerjaan-pekerjaan secara fisik untuk menggenapkan cita-cita yang diinginkan
oleh Stark, yaitu untuk menciptakan perdamaian dan ketenangan. Lalu bagaimana
caranya Ultron untuk melakukan itu? Ultron menganalisa segala sesuatu, membaca
seluruh dokumen dan menyimpulkan bahwa Avengers adalah hama dari dunia yang
harus dimusnahkan. Para Avengers memiliki monster di dalam diri mereka (hal ini
dapat disimpulkan di dalam kisah selanjutnya dari pembicaraan antara Romanof
dan Dr. Banner).
Jadi,
di dalam film ini ada dua artificial inteligent yang mewakili isi pikiran dari
Tony Stark: 1) Ultron: mewakili pikiran jahat Tony Stark; 2) Jarvis: mewakili pikiran
baik Tony Stark (pada kisah selanjutnya Jarvis juga mendapatkan tubuh yang jauh
lebih sempurna dari apa yang dimiliki oleh Ultron). Kedua sisi di di dalam diri
Stark ini saling bertempur satu dengan yang lain. Dan ternyata sisi baik dari
Tony Stark tetap lebih unggul dari sisi buruknya. Namun, jikalau kita
memperhatikan dengan seksama kisah sisi baik dan sisi buruk ini tidak hanya
berbicara tentang Tony Stark semata, tetapi juga mewakili seluruh Avengers.
Maksudnya adalah para Avengers, tanpa terkecuali juga memiliki sisi yang sama
seperti yang dimilik Tony Stark: sisi jahat dan sisi baik. Hal ini kita bisa
simpulkan dari beberapa adegan: mereka semua disihir untuk memimpikan keburukan
atau sisi buruk di dalam diri mereka sebagai ketakutan yang membuat mereka
merasa lemah dan tidak pantas sebagai seorang Avengers. Dan itu bekerja dengan
sangat baik sebagai sebuah serangan dari musuh. Sehingga Dr. Banner begitu
depresi ketika dia disihir dan berubah menjadi Hulk yang begitu ganas dan menghancurkan
kota dan melukai orang-orang yang ada di kota. Setelah tersadar maka dia begitu
menyesali bagian monster di dalam dirinya yang jikalau tidak dikontrol akan melukai
orang lain. Bukan hanya Stark, atau Dr. Banner. Romanof juga memikirkan hal
yang sama. Dia mengatakan kepada Dr. Banner, “Apakah kau kira hanya engkau saja
yang adalah seorang monster?” Maksud Romanof adalah dia juga memiliki sisi
jahat atau monster di dalam hidupnya. Di dalam kisah ini dari Film Avengers 2
ini adalah: tidak ada manusia yang sempurna, bahkan superhero sekalipun. Namun,
meskipun tidak sempurna maka kita harus berjuang, bertanggungjawab untuk
melakukan yang terbaik, melindungi orang-orang disekitar kita dan yakinlah: meskipun
kita memiliki sisi yang jahat tetapi kebaikan di dalam diri kita akan menang –
akhirnya para Avengers bisa mengalahkan seluruh ketakutan mereka akan kejahatan
di dalam diri mereka dan Tony Stark sendiri juga berhasil membuktikan bahwa kejahatan
di dalam dirinya tidak lebih besar dari kebaikan di dalam dirinya ketika dia
menyimpulkan bahwa Jarvis pun membutuhkan tubuh untuk mengalahkan Ultron.
Jikalau
kita mengikuti permainan dari sutradara, maka kita akan berpihak kepada Captain
Amerika bahwa Tony Stark keliru dan akan melakukan kejahatan lain dengan
memberikan Jarvis tubuh. Selain itu, Tony Stark berusaha untuk merayu Dr.
Banner untuk mengerjakan hal tersebut. Stark digambarkan bahwa pikiran jahatnya
akan menguasai dirinya lagi sebagaimana dia telah melakukannya ketika
menciptakan Ultron. Di dalam kisah pertarungan dua group tersebut: Captain
Amerika dan Stark, maka kita akan terpancing untuk mendukung Captain Amerika
karena Captain Amerikalah yang benar. Namun ternyata, di dalam perseturuan ini,
Captain Amerika-lah yang salah dan Stark lah yang benar. Memang Jarvis
membutuhkan tubuh untuk membantu Avengers mengalahkan Ultron. Adegan ini
membuktikan sisi baik Stark masih lebih kuat dari sisi buruk Stark.
Kita
sebagai manusia yang adalah gambar dan rupa Allah yang (seharusnya) sejati
seharusnya juga memiliki semangat yang sama. Kita tahu bahwa kita adalah orang
yang tidak sempurna, kita memiliki banyak kekurangan. Tetapi kita harus
senantiasa berkomitmen untuk hidup sebagaimana manusia hidup seharusnya dan
niscaya kita akan diproses dan sisi baik di dalam kehidupan kita akan lebih kuat
dan berkuasa dari pada sisi buruk kehidupan kita.