Salah satu lukisan yang paling mengerikan sepanjang sejarah: Saturn devouring his son yang dilukis oleh pelukis spanyol Francisco Goya (1819). Terinspirasi dari mitologi Yunani Kuno, yaitu Cronus yang merupakan anggota Titan, liga dewa generasi pertama, ayah dari Zeus. Cronus adalah sosok dewa yang ingin mempertahankan kekuasaannya. Karena curiga bahwa salah satu anaknya ingin mengambil alih kekuasaan, maka dia membunuh dengan cara memakan anaknya tersebut. Dia memakan hidup-hidup mulai dari kepala, lengan kanan, kemudian lengan kiri (yang sedang terjadi pada lukisan). Namun, mitologi ini hanya sekadar gambaran kepedihan yang dirasakan oleh Goya. Pada masa itu, Spanyol sedang dilanda peperangan dan revolusi. Tanah Spanyol yang sering digambarkan sebagai orang tua, "memakan" anaknya sendiri. Peperangan yang diakibatkan oleh haus kekuasaannya orang-orang tidak bertanggungjawab menyebabkan penderitaan rakyat Spanyol dimana-mana.
#lukisan #karyaseni #painting #baroque #thebestpainting.
Showing posts with label Lukisan. Show all posts
Showing posts with label Lukisan. Show all posts
Tuesday, 29 January 2019
Monday, 25 December 2017
Lukisan Surga oleh Jan Brueghel the Younger (1620).

Sebenarnya gambaran surga
tersebut seharusnya sudah dimaknai oleh manusia ketika masih berada di bumi
ini. Tapi sayangnya sejarah membuktikan manusia lebih suka pertengkaran dan
peperangan.. Sejarah panjang hidup manusia adalah sejarah tentang peperangan
dan intrik politik yang menggunakan isu apapun yang mereka anggap sensitif dan
dapat memancing pembentukan kelompok-kelompok di dalam masyarakat. Sayangnya,
manusia yang tidak haus kekuasaan, yang tidak punya kepentingan politik pun
gampang terperdaya.
Saturday, 23 December 2017
A Fantastic Cave with Odysseus and Calypso - Jan Brueghel the Elder.
Lukisan baroque satu ini
menggambarkan kisah Odysseus dan Calypso yang ditulis oleh Homer. Odysseus
dipenjara di sebuah pulau tersembunyi bernama Ogygia yang nyaris tidak bisa
ditemukan oleh siapapun. Ketika orang sampai ke pulau itu, maka tidak mungkin
dia akan menemukan pulau tersebut untuk kedua kalinya.

Suatu saat seorang pria bernama Odysseus menemukan pulau
Ogygia. Melihat ada manusia yang bisa sampai ke pulau itu, maka Calypso merayu
nya dan membuatnya jatuh cinta kepada Calypso. Selama tujuh tahun Odysseus
terjerat oleh rayuan Odysseus bahkan memberikan putra untuk bagi Calypso,
meskipun Odysseus sudah memiliki istri bernama Penelope.
Mengetahui tipu muslihat yang menjerat Odysseus, para
dewa Olympus meminta agar Zeus menghentikan kebusukan Calypso tersebut. Maka
Zeus mengutus Hermes untuk meminta agar Calypso membebaskan Odysseus. Karena
takut dengan kekuatan Zeus, maka Calypso membebaskan Odysseus, tetapi juga
merasakan kesedihan. Dia berkata kepada para dewa Olympus yang diwakili oleh
Hermes, "Dewa macam apa kalian ini yang merebut kesenangan dewi sepertiku?
Kalian begitu jahat. Kecemburuan kalian tidak ada tandingannya." Setelah
jerat itu dilepaskan, Odysseus tersadar dan memohon agar Calypso melepaskannya
karena dia begitu rindu rumah, istri, dan anaknya. Calypso membantunya untuk
membangun kapal, kemudian memberikan makanan dan anggur untuk perjalanan pulang
yang teramat jauh.
Setelah ditinggalkan oleh Odysseus, Calypso kembali
merasakan kesedihan yang mendalam karena ditinggalkan oleh kekasih hatinya. Dia
mencoba untuk membunuh dirinya, namun selalu gagal kerena dia adalah seorang
dewi yang tidak bisa mati. Seumur hidupnya di pulau terpencil bernama Ogygia,
Calpyso merasakan kesepian yang tiada berujung.
Kenikmatan, kemesraan sementara yang didapatkan oleh
Calypso dengan cara licik, mengakibatkan dirinya menjadi kesepian dan menderita
untuk selama-lamanya.
Kecurangan Calypso dengan sendirinya menjadi penghukuman bagi dirinya sendiri.
Wednesday, 13 December 2017
Lukisan Massacre of the innocents in betlehem - Rubens.

Maka dengan bergegas seluruh tentara menghampiri kota kecil bernama Betlehem kemudian menyisiri seluruh jalan dan mengetuh seluruh rumah yang ada dan mengambil semua bayi laki-laki yang mereka temukan. Tidak peduli apakah itu keponakan mereka sendiri, tidak peduli apakah itu anak dari adiknya sendiri, mereka membunuh semua dengan pedang. Melihat kejadian tersebut, tentu para ibu dari bayi-bayi tersebut tidak tinggal diam (pada lukisan bagian kiri dan kanan). Melihat hal tersebut mereka melawan agar bayi mereka tidak dibunuh, namun apalah daya mereka. Mereka hanya wanita yang lemah dan tidak mampu menyaingi tenaga para tentara yang terlatih. Satu demi satu ibu tersebut melihat anak mereka ditusuk dan dibunuh. Ada ibu-ibu (di bagian tengah lukisan) yang sudah tidak berdaya dan mengangkat kain bayinya yang terkoyak-koyak, dia memperlihatkan mata yang putus asa dan tanpa harapan. Malam itu dipenuhi dengan jeritan para ibu yang melihat anak mereka sendiri dibantai dengan kejam. Ketika matahari terbit, maka seluruh kota bisa memandang mayat bayi-bayi yang tidak mengerti hasrat kekuasaan sang raja dan mengapa mereka harus dibunuh.
Nafsu berkuasa dan syahwat politik memang membuat kita menjadi orang yang membuang rasa kemanusiaan. Hasrat kekuasaan kita mungkin membuat kita memperdaya orang-orang yang tidak berpikiran panjang untuk melakukan berbagai macam tindakan yang tidak rasional dan melakukan keputusan-keputusan yang berlandaskan kepercayaan yang tidak mendasar.
Selamat hari natal, hari yang bukan saja untuk memperingati hari lahirnya sang penebus tetapi juga hari pembantaian, hari matinya hati nurani orang-orang yang ingin berkuasa.
Monday, 11 December 2017
Landscape with the fall of Icarus - Pieter Bruegel.
Lukisan ini berjudul Landscape with the fall of Icarus. Diciptakan oleh seorang pelukis belanda bernama Pieter Bruegel. Pada lukisan ini terdapat pemandangan yang indah seperti laut, perkotaaan disebelah kanan atas dan juga aktivitas masyarakat yang sangat sibuk. Tapi di tengah laut ada seorang yang bernama Icarus yang sedang hampir tenggelam (hanya terlihat kaki saja pada bagian kanan bawah), namun tidak ada satu orang pun yang menghiraukan, bahkan orang yang paling dekat dengannya pun sibuk untuk menjala ikan.
Lukisan ini diciptakan pada tahun 15xx yang mana keadaan masyarakatnya sudah mulai kehilangan empati karena lebih mementingkan urusan pribadi daripada kesulitan sesamanya.
Friday, 21 August 2015
Old Guitarist - Pablo Picasso.
Ayah
Pablo Picasso adalah seorang pengajar seni, sehingga dia dididik sejak dini
sebagai seorang seniman. Ketika
berumur 19 tahun, dia pindah dari Spanyol ke Paris. Di sana dia seolah-olah
menjadi ikan kecil di dalam kolam yang lebih besar sehingga dia harus berjuang
untuk tetap bertahan. Dia tahu apa itu artiya hidup melarat. Dia pernah hidup
tanpa uang sepeserpun selama 1902. Picasso dikenal sebagai seorang yang
memiliki perhatian yang besar terhadap keadaan buruk dari orang-orang yang
tertekan. Beberapa lukisannya adalah gambaran dari keadaan yang mengerikan dari
kemiskinan, penyakit, dan orang-orang yang terbuang dari masyarakat. Dia hidup
dan mengidentifikakan diri terhadap masykarat yang terpinggirkan.
Kesedihannya
semakin mendalam karena sahabat dekatnya bunuh diri. Lukisan ini dilukis pada
1903, ketika sahabat dekat Picasso, Casagemas, baru saja bunuh diri. Karena
demikianlah dia sering menggunakan warna biru di dalam lukisannya untuk
gambaran melankolik. Masa-masa
ini dikenal sebagai “Blue Period” Picasso (1901-04).
Di
dalam lukisan tersebut ada seorang pria tua bongkok dan buta. Buta adalah
simbol dari seorang yang punya kekuatan inner vision.

Tuesday, 11 August 2015
Der Schrei der Natur (The Scream of Nature) - Edvard Munch
Der Schrei der Natur (The
Scream of Nature) adalah judul yang Munch sendiri berikan kepada karyanya
ini. Seluruh keadaan gambar ini mengekspresikan sebuah keadaan kepiluan batin,
khususnya langit yang berwarna jingga tua.
Di dalam buku catatan hariannya, 22 Januari 1892, Munch menuliskan
bagaimana dia terinspirasi untuk membuat lukisan tersebut: “suatu sore ketika
aku berjalan disepanjang sebuah jembatan yang mana di satu sisi adalah kota dan
danau (fjord) di bawahnya. Aku merasa lelah dan sakit. Aku berhenti dan melihat
kepada sekitar fjord, matahari sedang terbenam, awan-awan berubah menjadi
berwarna merah darah. Aku merasakan sebuah teriakan yang disampaikan melalui
alam; sepertinya aku mendengarkan sebuah teriakan. Aku melukis gambaran
tersebut, melukiskan awan-awan sebagai sebuah darah yang sebenarnya….”
Ingatan ini dalam waktu kemudian diubah oleh Munch menjadi sebuah puisi:
“Aku sedang berjalan disepanjang jalan bersama kedua temanku – matahari sedang
terbenam – tiba-tiba langit berubah menjadi merah darah – aku terhenti, merasa
kelelahan, dan bersandar pada pagar – ada darah dan lidah api di atas fjord
yang berwarna biru hitam dan kota – temanku tetap berjalan, dan aku berdiri di
sana gemetaran di dalam kegelisahan – dan aku merasakan sebuah teriakan yang
begitu besar dan tak terbatas telah disampaikan melalui alam.”
Beberapa perdebatan arti dari lukisan “The Scream” ini:
1. Traumatis masa lalu: Beberapa
orang peneliti lukisan mengatakan bahwa latarbelakang awan yang berwarna merah
tersebut berasal dari ingatan traumatis dari efek yang begitu kuat dari letusan
gunung krakatau, yang mana ketika itu di beberapa belahan bumi Eropa, ketika
matahari terbenam langit menjadi berwarna merah. Dan hal ini terjadi selama
berbulan-bulan sepanjang tahun 1883-1884. Tahun itu adalah 10 tahun sebelum
Munch melukiskan The Scream. Munch melukis lukisan ini di dalam empat
versi. Versi keempat terjual seharga $119,922,600 oleh Leon Black. Lukisan ini
menjadi lukisan termahal kedua yang terjual di pelelangan lukisan. Karena keindahan
dan kemahalan dari lukisan ini, lukisan ini juga menjadi target para pencuri
kelas atas. Pada tahun 1994, lukisan versi yang dimiliki oleh National Galery
dicuri. Namun beberapa bulan kemudian ditemukan kembali. Pada tahun 2004,
bersamaan dengan lukisan Madonna, lukisan ini dicuri The Munch Museum, namun
dua tahun kemudian ditemukan.
2. Kritik modernisme: Lukisan ini
merupakan salah satu lukisan yang paling mengganggu, yang dihasilkan
disepanjang sejarah seni modern, yang melukiskan sebuah kekacauan dan kegelisahan
jiwa. Munch bermaksud, ketika dia melukiskan pertama kali pada 1893, untuk
mencatat “the modern life of the soul” yang sungguh pelik, dan penuh
kegelisahan. Di dalam masyarakat modern ini yang begitu cepat, multilayer, dan
kacau lebih dari sebelum-sebelumnya, “The Scream” telah hadir mewakili seluruh
kegelisahan umat manusia di dunia modern ini. Kita melihat pada lukisan
tersebut terlihat seorang yang melewati jembatan yang penuh kekhawatiran. Dia
menyeberang dari sebuah dunia yang sudah memiliki makna tersendiri kepada dunia
dimana manusia yang menentukan makna dari segala sesuatu. Namun perubahan dunia
ini berjalan dengan mesra bersama-sama dengan seluruh kegelisahan yang
diakibatkan oleh perubahan tersebut.
3. Anti-fatalisme. Munch berasal dari sebuah
keluarga yang begitu religius secara mendalam. Ayahnya adalah seorang dokter
miiliter, yang menekankan pekerjaan baik. Sebelum meninggal ibunya menuliskan
sebuah surat, “Kita, yang sudah dipersatukan oleh Allah bersama-sama, semoga
kita akan bertemu lagi di surga dan tidak terpisahkan lagi.” Setelah ditinggal
oleh isteri, ayah Munch menjadi seorang yang begitu fanatik dan menekankan
perbuatan baik. Ayahnya senantiasa membaca surat tersebut dengan keras kepada
seluruh keluarganya pada meja makan secara reguler; dan ayahnya senantiasa
mengajarkan anak-anaknya tentang kengerian neraka yang menunggu mereka jikalau
mereka tidak hidup di dalam jalan yang benar. Dalam suasana yang begitu
fatalistik inilah yang menciptakan worldview dari Munch. Setelah keuarganya
pindah ke Norwegia, maka Munch mendengarkan kotbah-kotbah yang ekstrim perihal
cinta, dari sebuah sekte agama lokal, yang dipimpin oleh Hans Jaeger. Cinta
yang begitu bebas, menolak keras monogami. Ketika guru tersebut dipenjarakan,
maka Munch mengirimkannya sebuah lukisan semi telanjang untuk menghibur sang
guru yang sedang dipenjara. Jadi, “The Scream” juga mewakili gambaran seorang
yang terisolasi atau teralienasi. Tetapi adegan tersebut terjadi di tempat
publik, bukan di sebuah tempat interior yang sepi. Emosi yang ditampilkan dari
lukisan tersebut menuntut perhatian kita untuk menjadikannya sebagai central
figure.
Terlepas dari seluruh perdebatan yang ada perihal arti dari lukisan ini.
Semua cara penafsiran di atas, bisa memberikan pesan kepada kita di dalam
menjalani kehidupan riil ini.
1. Trauma masa lalu. Pelajaran yang
kita bisa pelajari: Setiap orang memiliki pengalaman pahit bahkan traumatis
tersendiri di dalam kehidupan mereka. Namun, bagaimana meresponi pengalaman
tersebut adalah sesuatu yang penting. Tafsiran versi pertama memperlihatkan
bahwa Munch tidak melulu terjebak terhadap traumatis masa lalu, tetapi
meresponi hal tersebut dan mengubahnya menjadi sesuatu yang lebih berguna,
bahkan lebih indah dan dapat dinikmati oleh banyak orang. Munch tidak
berespon sebagaimana tokoh The Punisher di dalam perihal traumatis. The
Punisher gagal merespon traumatis masa lalunya (keluarganya di bantai) dan
berubah menjadi manusia yang bengis dan kejam (kekejamannya terhadap para
penjahat tetap tidak dapat dibenarkan). Pengalaman traumatis The Punisher gagal
menjadi berkat bagi orang di sekitarnya. Dia berubah menjadi sebuah teror di
dalam lapisan masyarakat yang lain, dan juga mengangkat diri menjadi seorang
hakim terhadap yang lain.
2. Kritik modernisme. Modernisme di
dalam aspek negatifnya membawa masyarakat menjadi masyarakat yang restless.
Dunia berputar dengan begitu cepat, memiliki target-target yang harus diikuti
yang mana tidak pernah membawa rest kepada kepada kehidupan manusia. Hari sabat
diganti menjadi hari pemenuhan target. Modernisme mencuri hari yang harusnya
menjadi hak Tuhan dan hak manusia berdosa yang memerlukan Tuhan. Selain itu,
modernisme juga melihat produktivitas adalah standard dari manusia. Meskipun
produktivitas merupakan salah satu aspek dari kehidupan manusia sebagai gambar
dan rupa Allah, namun produktivitas modernisme disempitkan menjadi
produktivitas material: uang, benda, produk industri, dll – namun produktivitas
yang non-material tidak pernah dipertimbangkan sebagai sebuah produk gambar dan
rupa Allah. Seorang wanita “dipaksa” harus menjadi seorang yang berkarir dan
produktif secara material. Ibu rumah tangga dianggap sebagai sebuah hal yang
tabu, bahkan dosa. Padahal seorang ibu rumah tangga memiliki kesempatan besar
untuk memproduksi cinta kasih yang diberikan kepada keluarga: anak-anak dan
juga suami. Namun, modernisme menutup mata perihal ini dan tetap bersikuku
bahwa hal tersebut adalah dosa besar. Hal lain adalah: superioritas
individualisme. Setiap orang ditawarkan menjadi tuhan bagi kehidupan mereka
sendiri. Melalui sebuah “remote control” yang mereka dapatkan, maka mereka
menjadi self-sufficient dan penguasa. Kemudian materialisme melihat modernisme
memberikan sebuah ruang kesempatan yang besar dan menawarkan cara mudah mendapatkan
remote control tersebut, yaitu via “uang”. Kehidupan begitu pelik. Kehidupan
disimplifikasi menjadi faktor ekonomi semata. Segala sesuatu dinilai melalui
faktor ekonomi. Negara yang maju atau tidak, dihitung berdasarkan pendapatan
bruto. Maskyarat yang memiliki pendapatan rendah adalah masyarakat dunia
ketiga. Misalnya lagi, modernisme menawarkan a better place via perkembangan
teknologi. Namun, perkembangan teknologi tersebut membawa manusia sadar bahwa
modernisme adalah nabi palsu. Mereka melihat sang nabi palsu membawa dunia
kepada kekacauan yang begitu mengerikan yang dipamerkan melalui PD I
(1914-1918) dan PD II (1939-1945). Kompleksitas yang tidak perlu dari
modernisme tersebut membawa masyarakat kepada kegelisahan yang mendalam,
teriolasi dari kebahagiaan, dan kesendirian individualisme (teralienasi
ditengah-tengah keributan dunia).
3. Anti-fatalisme. Fatalisme bukanlah merupakan
solusi terhadap kesakithatian terhadap ajaran yang melulu berbicara tentang
anugerah non-responsif. Dunia Eropa pernah menjadi sakit hati karena pengajaran
“sola-sola” dari kekristenan. Dunia dibawa menjadi sebuah tempat sekumpulan
manusia yang diselamatkan tanpa perbuatan baik. Orang-orang Kristen dianggap
sebagai pewaris surga yang immoral, wakil Tuhan yang datang untuk mengacaukan
dunia. Respon terhadap hal ini hampir mewujudkan dirinya kepada di dalam bentuk
fatalisme: Pietisme. Mereka menekankan self-righteoussness, yang mana
sebenarnya adalah sesuatu yang perintahkan oleh Yesus sendiri sebagai tanda
murid Tuhan yang sejati (“…jikalau kebenaranmu tidak melebihi ahli Taurat
dan orang-orang Farisi…”), namun seringkali pengajaran tersebut membawa
kepada pengajaran bahwa manusia menjadi (getting in) kepada Kerajaan
Allah adalah melalui self-righteousness yang sebenarnya bukanlah
semangat yang memimpin Taurat. Taurat adalah anugerah, bukan alat mencapai
keselamatan. Namun, cara Munch membalikkan diri dari pengajaran fatalisme
tersebut, begitu mengecewakan. Munch masuk ke dalam pengajaran ekstrim kasih,
yang membawa sikap komromi terhadap kehidupan immoralitas sensual. Sebagaimana
pengajaran kekristenan yang sesungguhnya melihat bahwa keselamatan (getting
in) adalah anugerah semata. Namun ketika kita sudah berbagian di dalam (staying
in) Kerajaan Allah maka kita hidup taat kepada Tuhan. Sehingga benarlah apa
yang dikatakan oleh Yesus sendiri: Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup
keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
(Mat 5:20 ITB). Dengan bukti ketaatan kita, maka kita akan
mendapatkan future justification.
REFERENSI:
- http://www.ft.com/cms/s/2/42414792-8968-11e1-85af-00144feab49a.html#axzz2qcmRHeyU
- http://en.wikipedia.org/wiki/The_Scream
- http://www.blouinartinfo.com/news/story/836581/the-real-and-not-at-all-universal-meaning-behind-edvard-munchs
Subscribe to:
Posts (Atom)
Artikel Terpopuler
Saturn Devouring His Son - Fransico Goya (1819)
Salah satu lukisan yang paling mengerikan sepanjang sejarah: Saturn devouring his son yang dilukis oleh pelukis spanyol Francisco Goya (18...

-
Referensi: Kejadian 15:1-21. Pada bagian ini, janji Allah kepada Abraham yang sudah dinyatakan pada Kejadian 12 diulang kembali...
-
Basilika menurut pengertian sekarang berarti gereja. Basilika St. Petrus terletak di Vatikan. Pada mulanya Basilika berarti bangunan...
-
Referensi: Kejadian 3. Di dalam kisah selanjutnya diceritakan bahwa manusia jatuh ke dalam dosa. Hal ini sangat sulit untuk dibay...