Referensi: Kejadian 3.

Penyebab manusia jatuh ke dalam dosa adalah keinginan mereka
untuk memutuskan peraturan apa yang seharusnya berlaku. Mereka mencurigai bahwa
Allah menutup-nutupi sesuatu dari mereka. Meskipun mereka diberikan segala
sesuatu, tetapi ada sesuatu yang masih tidak diberitahu kepada mereka oleh
Allah, hal itu adalah pohon pengetahuan. Mereka mulai membuat aturan main
sendiri. Mereka ingin menjadi pihak menentukan apa yang benar dan apa yang
salah, bukan Allah. Hal ini yang membawa mereka menjadi makhluk yang begitu
malang karena terhimpit oleh dosa, dan yang masalah yang paling besar adalah
hubungan mereka rusak dengan Allah Sang sumber kehidupan tersebut. Demikianlah
manusia sejak awal senantiasa memberontak kepada kepemimpinan. Manusia selalu
mencurigai peraturan, manusia menginginkan bahwa mereka yang menjadi pemimpin,
bukan menjadi yang dipimpin. Jiwa pemberontakan atas otoritas adalah sikap yang
sudah ada sejak semula. Sehingga jangan haran, salah satu permintaan yang
paling sulit untuk dilakukan adalah ketundukan, kepatuhan terhadap atasan, atau
kepatuhan terhadap peraturan yang ada. Mengapa? Karena setiap manusia
menginginkan mereka menjadi pengatur dari yang lain. Misalnya saja di zaman
sekarang, banyak sekali orang diajarkan atau orang percaya bahwa orang yang
sukses di dalam pekerjaan adalah orang yang memperkerjakan orang lain, orang
yang tidak tunduk kepada orang lain, tetapi orang yang hebat adalah seorang
yang memiliki sekumpulan orang yang tunduk kepadanya. Karena itu mereka akan
ingin menjadi “kepala” bukan menjadi “ekor”. Karena itu jikalau semua menjadi
kepala, siapakah ekornya? Ini adalah kepercayaan yang menjadi lelucon rohani. Suatu
yang melakukan, menggelikan, tetapi dipercaya sebagai sesuatu yang benar.
Dosa mereka tersebut tidak hanya berdampak kepada manusia
semata tetapi juga berdampak kepada ciptaan yang lain. Ciptaan, seperti tanah dikutuk.
Binatang yang diwakili oleh ular pun dikutuk. Segala sesuatu ciptaan yang indah
tidak menjadi sama seperti semula diakibatkan oleh dosa manusia. Inilah dosa. Ketika
manusia melakukan dosa, seringkali dosa itu tidak berdampak hanya kepada
pendosa, tetapi berdampak kepada lingkungan di sekitarnya. Sangat terlihat
jelas tentang pengrusakan lingkungan yang dilakukan oleh segelintir orang,
mereka melakukan dosa oleh diri mereka sendiri, tetapi apa yang mereka lakukan
tersebut memiliki dampak kepada ciptaan lain: tumbuh-tumbuhan menjadi gundul,
binatang sulit untuk bisa hidup di dalam lingkungan tercemar, terjadi bencana
alam, dan manusia lain yang tidak terlibat atas dosa tersebut menjadi korban
atas bencana tersebut. Ini yang sebenarnya harus dipikirkan oleh manusia ketika
mereka melakukan dosa: seringkali dosa tersebut tidak hanya berdampak bagi diri
mereka sendiri tetapi bagi ciptaan dan orang lain.
Namun yang lebih penting dari itu semua adalah dosa
mengakibatkan manusia menjadi makhluk yang hatinya kesepian. Segala sesuatu
yang dilakukan untuk mengisi kerinduhan dan hasrat hati tersebut tidak akan
pernah bisa terpenuhi. Hati manusia berdosa seperti lubang hitam. Segala sesuatu
yang ada di sekitarnya dia hisap, namun lubang hitam tersebut tidak pernah puas
dan penuh. Blaise Pascal mengatakan hati manusia yang kosong yang tidak
terbatas itu hanya bisa dipenuhi dan dipuaskan melalui Tuhan. Maka dari itu,
seringkali kita melihat manusia yang tidak mengenal Allah akan melakukan segala
sesuatu untuk memuaskan hatinya: kekayaan, sex, kehormatan, kesombongan,
properti, dan lain-lain, tetapi semakin dicari maka hati mereka semakin kosong
dan tidak pernah puas. Mereka mencoba segala sesuatu yang menjadi kenikmatan
yang ditawarkan oleh dunia, tetapi mereka tidak pernah puas. Mengapa? Karena
kepuasan tersebut dicari dengan cara yang salah. Kepuasan tersebut hanya bisa
diperoleh di dalam Tuhan yang dinyatakan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Kristus
mengatakan, “Akulah air hidup. Jikalau engkau meminum air hidup, maka engkau
tidak akan kehausan lagi.” Mari datang untuk memuaskan diri melalui Sang Air
Hidup tersebut.
No comments:
Post a Comment