Referensi: Kejadian 8.

Selain konsep new
creation, hal menarik yang perlu diperhatikan dari kisah Nuh ini adalah
perihal ketekunan di dalam kesulitan. Nuh adalah seorang yang begitu beriman
kepada janji Tuhan di dalam seluruh penderitaannya. Nuh menderita bukan dimulai
dari dia naik di atas kapal, tetapi penderitaan Nuh dimulai ketika dia
mendapatkan perintah dari Allah. Mungkin sekali keluarga dekat Nuh, seperti
sepupu, ipar, om, tante, dan keluarga lain membenci Nuh dan menganggap Nuh
adalah seorang gila, seperti yang Yesus alami ketika berada di dunia. Semua
orang menghina Nuh. Tidak sampai di situ, Nuh juga mengalami kesulitan hidup
ketika dia berada di dalam Bahtera. Dia mungkin sekali-sekali mempertanyakan
apakah Tuhan memegang janji-Nya akan menyelamatkan Nuh dan keluarganya. Dia
juga mungkin kesulitan untuk mengatur makanannya dan keluarganya. Mungkin Nuh
juga ketakutan bagaimana jikalau binatang liar yang ada di dalam kehabisan
makanan dan kemudian memangsa Nuh sekeluarga. Hal ini di alami oleh Nuh setiap
hari. Nuh terdampar bukan sehari dua hari. Nuh terdampar berbulan-bulan di
dalam bahtera tersebut. Namun Nuh tetap mengingat dan yakin tentang janji yang
Tuhan berikan. Respon ini terbukti ketika Nuh lepas dari kebahayaan dan
kesulitan yang ada, Nuh langsung berespon dengan cara menyembah Tuhan. Ketika
dia mendapatkan solusi, keselamatan atas kesulitan hidupnya, maka yang paling
pertama dia ingat bahwa itu adalah pertolongan dan pekerjaan Tuhan, bukan
karena Nuh pintar di dalam mengatur seluruh kebutuhan binatang dan keluarga
Nuh. Ini yang seharusnya menjadi respon manusia yang benar dihadapan Allah:
langsung mengingat Tuhan ketika terlepas dari kesulitan-kesulitan yang ada.
Berapa banyak diantara kita, ketika kita terlepas dari kesulitan, kita
mengingat Tuhan? Mungkin kebanyakan manusia, ketika terlepas dari kesulitan,
dia langsung memandang diri dan membanggakan seluruh kemampuan yang dia miliki.
Padahal sebenarnya itu adalah kebaikan Tuhan yang turun atasnya.
No comments:
Post a Comment