Di dalam artikel ini, penulis tidak akan menceritakan plot dari film The Maze Runner, tetapi penulis mengajak kita untuk belajar beberapa hal melalui film tersebut. Untuk mengetahui plot dengan lebih jelas, silahkan baca: http://en.wikipedia.org/wiki/The_Maze_Runner atau http://www.imdb.com/title/tt1790864/.
The Maze Runner bisa dibaca sebagai film yang mempromosi kelebihan dari teori evolusi, tetapi juga bisa dibaca sebagai Film yang mempromosikan tentang penderitaan atau kesulitan merupakan proses yang baik di dalam perkembangan diri. Penulis tidak sedang memperdebatkan teori yang mendasari film tersebut, namun penulis ingin mengajar kita belajar beberapa hal yang cukup signifikan untuk menjadi pedoman hidup kita.
Mari kita mulai dengan menganalisa beberapa tokoh yang ada. Beberapa tokoh yang dominan di dalam Film ini:
1. Thomas: seorang yang memiliki
- keyakinan yang tinggi bahwa kesulitan harus diatasi karena kesulitan tersebut seharusnya tidak membuat seseorang menjadi pesimis tetapi kesulitan tersebut harus dihadapi untuk mendapatkan hal yang lebih baik lagi.
- dinamis melihat aturan. Dia adalah seorang yang bukan anti terhadap aturan, tetapi melihat aturan tersebut adalah sesuatu yang berusaha membuat segala sesuatu menjadi lebih teratur. Namun peraturan tersebut tidak seharusnya membuat manusia menjadi buta dan tidak menjadi bersikap evaluatif terhadap peraturan yang ada. Jikalau peraturan yang ada tidak kontekstual dengan keadaan yang telah berubah, seharusnya peraturan tersebut bisa dilanggar atau diubah.
2. Gally: seorang yang pesimis dan super normatif. Dia adalah seorang yang melihat Thomas adalah seorang yang suka berbuat seenaknya karena Thomas adalah seorang yang ingin tahu banyak hal dan melakukan hal-hal yang melawan aturan yang sudah baku selama bertahun-tahun. Dia mengatakan, “Greenie (Thomas) should be punished.”
Selain pelajaran tersebut, ada beberapa prinsip lain yang penulis temukan di dalam film tersebut:
1. Manusia adalah tuan dari aturan. Di dalam film The Maze Runner tersebut berkali-kali kalimat berikut muncul: “everything is changing.” Jikalau sebuah peraturan tidak cocok dengan keadaan yang ada, maka aturan tersebut seharusnya boleh dilanggar atau diubah. Karena peraturan dibuat oleh manusia demi keteraturan, bukan peraturan dibuat untuk memperbudak manusia. Manusia yang diperbudak oleh aturan diperlihatkan oleh tokoh Gally yang bertanya, “Kita sudah memiliki aturan. Mengapa kita harus mempertanyakan peraturan itu lagi?”
Tidak jarang kita menemukan kisah-kisah dimana ada orang-orang yang berusaha untuk breakthrough terhadap aturan yang ada karena aturan tersebut tidak layak dipertahankan sebagai orang-orang yang dihuum oleh rule keeper yang diwakili oleh tokoh Gally. Namun sejarah membuktikan bahwa tokoh pemberontak aturan tersebut adalah seorang yang melakukan hal yang tepat di zamannya. Misalnya saja Galileo. Galileo mengatakan bahwa bumi bukanlah pusat alam semesta dan matahari tidak mengelilingi bumi, namun sebaliknya: bumi-lah yang mengitari matahari. Dia senantiasa bersikeras terhadap prinsip yang mereka tahu adalah benar. Namun hal yang dipercaya pada waktu itu adalah bumi ini datar dan memiliki ujung. Pada waktu itu institusi rohani: Gereja adalah pihak yang merasa berotoritas untuk menjaga aturan yang sudah dipercaya ribuan tahun sehingga Galileo harus dihukum karena kepercayaan mereka yang melawan normal yang sudah dianggap baku pada saat tersebut. Namun sejarah membuktikan yang dianggap penjahat pada waktu itu sebenarnya adalah seorang yang memegang kebenaran dengan melawan aturan yang telah ada.
Seorang filsuf sains, Thomas Kuhn mengatakan bahwa seringkali perkembangan ilmu pengetahuan bukan bersifat linear tetapi bersifat revolusi: perubahan yang radikal terhadap sesuatu paradigma yang dianggap sudah baku dan benar. Kuhn menggunakan istilah “paradigm shift”. Misalnya saja Rongent menemukan Sinar X bukan karena Sinar X tersebut belum ditemukan sebelumnya namun Sinar X tersebut melawan aturan baku ilmu tentang sinar pada waktu itu. Kuhn mengatakan begitu banyak ahli yang sebenarnya sudah menemukan sinar X, namun mereka berusaha untuk tetap berpegang teguh dan menjaga paradigma yang ada sehingga mereka melihat Sinar X merupakan sebuah kesalahan dari penelitian. Namun berbeda dengan sikap Rongent yang melihat kemungkinan paradigma yang harus diubah ketika melihat sinar tersebut. Karena itulah dia menemukan Sinar X dan alat Rongent yang kita kenal sekarang ini. Jadi, mempertahankan paradigma dan aturan terkadang mengalangi sebuah progress. Sebaliknya terkadang sikap kita adalah breakthrought terhadap peraturan atau paradigma yang ada.
Sikap kita adalah tidak langsung memberikan label kepada para “pemberontak” aturan sebagai orang yang tidak tunduk ataupun orang yang jahat. Karena sejarah membuktikan penjahat yang sebenarnya adalah rule keeper.
2. Kesulitan membuat manusia melewati keterbatasannya atau kondisi yang ada. Di dalam akhir film tersebut diperlihatkan bahwa sebenarnya mereka diletakkan di sana untuk sebuah tujuan, yaitu mereka bisa menjadi generasi yang lebih baik lagi, melawan setiap kelemahan yang ada yang telah menghancurkan/ membunuh generasi sebelumnya, yaitu virus yang tidak terobati yang mendiami otak manusia yang ada. Mereka dimasukkan di dalam Maze tersebut untuk melatih mereka melalui kesulitan yang ada sehingga mereka bisa mengalahkan keterbatasan mereka. Seharusnya kita juga memiliki sikap yang sama. Seringkali kita hanya ingat untuk mengeluh terhadap kesulitan yang kita hadapi dan lupa melihat pelajaran yang ada dari kesulitan tersebut. Peter Marshal mengatakan, "Tuhan tidak akan mengizinkan kesulitan datang kepada kita kecuali Dia telah memiliki rencana tertentu yang mana melalui itu (kesulitan), maka berkat yang besar akan datang."