Suatu ketika seorang pengelana bernama Hythloday bercakap-cakap dengan dua sahabatnya, Peter Giles dan Thomas More. Hythloday mengatakan dia pernah melihat sebuah tempat yang sangat indah dan makmur, dimana masyarakatnya saling toleran antar umat beragama, produktivitas tinggi, tidak tamak, benci kejahatan, terlebih saling mengasihi satu dengan yang lainnya. Lalu teman-temannya bertanya, apa nama tempat itu? Hythloday nama tempat itu adalah UTHOPIA.
Apa itu uthopia? Uthopia adalah permainan kata dari authopia: tempat yang indah, namun juga outhopia; tempat yang tidak pernah ada.
Jadi, keadaan uthopia adalah sebuah kenangan dan impian yang indah yang tidak pernah anda bisa temukan.
Uthopia adalah sebuah satir politik yang ditulis oleh Thomas More untuk menyindir kehidupan bermasyarat yang tidak toleran terhadap kepercayaan lain, hidup tanpa tujuan, masyarakat yang saling membenci satu dengan lainnya.
Uthopia seharusnya dimaknai bukan sebagai suatu ide muluk yang memalukan, tetapi sebuah sindiran untuk hidup manusia dimana Thomas More seolah-olah ingin mengatakan: kita tidak mampu karena kita terlalu egois, terlalu berdosa, terlalu mudah untuk membenci sesama, terlalu mudah untuk terprovokasi.
Uthopia bukan untuk menyindir para pemimpi, tetapi menyindir tingkah bengis naluri dosa kita.