The Lincoln Lawyer adalah sebuah film yang mengisahkan seorang pengacara bernama Mickey Haller (Matthew McConaughey) yang mencari uang dengan cara yang haram, yaitu melindungi para krimial di Los Angeles. Salah satu pelanggan jasa Haller ini adalah geng motor Harley Davidson yang dipimpin oleh Edie Vogel yang selalu berusaha untuk melepaskan anak buahnya dari hukuman penjara. Secara singkat, penulis dapat mengatakan bahwa karena yang paling banyak terkena kasus kriminal adalah para penjahat, maka mereka siap membayar pengacara untuk menolong mereka agar terbebas dari hukuman. Permintaan pasar tersebut dimanfaatkan oleh Haller untuk mendapatkan uang yang banyak.
Namun, sungguh aneh ketika Haller dimintai untuk menolong kasus dari seorang anak konglomerat di Long Angeles, Haller memperlihatkan dirinya bukanlah orang yang sangat jahat dan senantiasa menolong para penjahat. Dalam kasus tersebut, anak konglomerat tersebut mengklaim bahwa dia dijebak oleh pelacur agar dituduh sebagai orang yang ingin membunuh pelacur tersebut. Di dalam peneleitiannya, Haller mengingat ada sebuah kasus yang mirip yang pernah terjadi sebelumnya yang membuat seorang kliennya bernama, Jesus Martinez dipenjara. Martinez juga mengatakan bahwa bukan dia yang melakukan pembunuhan terhadap seorang pelacur yang ditemukan mati, ada orang lain di sana yang mungkin adalah pelaku yang sebenarnya.
Setelah melakukan beberapa penelitian, Haller menemukan data-data yang mengarahkan kepada kesimpulan yang berbeda dari pengakuan anak konglomerat tersebut. Seluruh data yang ada memperlihatkan kemungkinan yang paling mungkin adalah anak konglomerat tersebut memang adalah pelaku pencobaan pembunuhan pelacur tersebut, bukan orang yang menjadi korban jebakan si pelacur.
Saat itu, bagi Haller, uang bukanlah segalanya. Baginya kebenaran adalah kebenaran. Dia harus menegakkan dan lebih mementingkan kebenaran di atas segalanya, termasuk uang yang pada waktu-waktu sebelumnya dia kejar mati-matian, yang bahkan demi mammon tersebut, dia merelakan istri dan anaknya untuk berpisah darinya. Ini adalah saat-saat dimana terjadi titik balik dari sikap Haller terhadap para kriminal.
Film ini menegaskan tentang kehidupan seorang manusia yang berdosa yang mengalami kerusakan secara total (total depravity) yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya. Namun, manusia yang sudah mengalami kerusakan tersebut tetaplah manusia. Ketika menjadi makhluk yang berdosa maka manusia tidak pernah berubah menjadi setan. Mereka tetap memiliki kebaikan dan nurani di dalam diri mereka yang menjadi wakil Tuhan untuk menekan kejahatan mereka. Karena itu kita menyebut bahwa manusia berdosa adalah total depravity bukan absolute depravity. Contoh lain adalah Hitler. Seringkali Hitler dianggap sebagai setan yang tidak ada kebaikan sama sekali di dalam dirinya. Dia tidak dianggap sebagai manusia dan penghinaan tidak henti-hentinya dilemparkan kepadanya. Namun, seorang Hitler ini pernah membebaskan sebuah kota di Perancis dari keganasan Nazi karena permintaan seorang Pendeta kepadanya. Hal ini memperlihatkan bahwa Hitler sekalipun adalah seorang manusia yang meskipun rusak secara total, tetapi tidak rusak secara mutlak. Hanya iblis yang rusak secara mutlak dan kebaikan tidak pernah ada di dalam diri mereka. Hal ini harus mengubah cara pandang kita terhadap manusia yang kita anggap paling jahat sekalipun. Mereka harus tetap dipelakukan sebagai manusia, dihormati sebagai manusia terlepas dari seluruh kesalahan yang mereka lakukan. Namun tetaplah keadilan harus ditegakkan terhadap setiap manusia yang melakukan tindakan kriminal, tetapi pada saat yang sama kita tidak boleh memperlakukan mereka sebagai hewan yang tidak punya hak sama sekali.
Kisah manusia berdosa seperti Haller ini juga harus menjadi sebuah semangat bagi kita untuk mendidik dan mengaharahkan orang-orang yang terlihat tidak berpengharapan, orang yang terlihat selalu ingin berbuat jahat. Mengapa? Karena hati nurani masih ada di dalam diri mereka. Hati nurani itu haruslah kita asah sehingga mereka bisa ditikam dan dibatasi oleh hati nurani mereka sendiri. Memang surga bukanlah kita yang menentukan, bukan berarti ketika kita mendidik mereka maka mereka otomatis menemukan surga dimana Tuhan berada, karena Tuhan berbelaskasih kepada siapa Dia ingin berbelas kasih. Namun kedaulatan Tuhan tersebut tidak melepaskan kita dari kewajiban moral kita untuk menunjukkan jalah hidayah bagi mereka. Siapa tahu mereka adalah orang-orang yang memang Tuhan sudah rencanakan akan menjadi umat-Nya. Siapa tahu?!!