Saturday, 9 May 2015

Belajar dari kisah Narcissus - Cinta Diri yang Menghancurkan.



Narcissus adalah kisah mitologi Yunani yang menceritakan seorang yang sangat mencintai diri sendiri serta menganggap rendah dan menghina orang lain. Dia adalah anak dewa sungai, Cephissus dan peri Liriope. Suatu ketika Narcissus berjalan ditengah pepohonan. Peri gunung, Echo tidak sengaja melihatnya, terkagum akan ketampanan dan kemudian jatuh cinta kepadanya. Echo terus saja mengikuti Narcissus. Karena tahu dia dibuntuti, maka Narcissus bertanya, “Siapa disana?” maka Echo membalas, “Siapa disana?” Karena tidak tahan lagi, peri Echo memperlihatkan dirinya dan ingin memeluk Narcissus. Narcissus mundur dan meminta Echo untuk menjauh daripadanya. Echo begitu patah hati dan menghabiskan seluruh hidupnya dengan kesendirian di celah-celah gunung. Nemesis, dewi keadilan mengetahui kejadian ini dan ingin menghukum Narcissus. Nemesis, mengetahui kecenderungan hati Narcissus yang begitu mencintai diri sendiri dan membawanya ke kolam dimana dia melihat sebuah bayangannya sendiri di kolam tersebut. Dia melihat bayangan itu terlalu indah dan terlalu nyata. Dia tidak sadar itu adalah dirinya sendiri. Dia terlalu cinta dan kagum terhadap diri sendiri dan merasa terjerat dengan rasa kagum dan cinta tersebut. Namun Narcissus sadar bahwa cinta itu tidak bisa diwujudkan dan akhirnya bunuh diri.
Kata narsisme berasal dari Narcissus. Sama seperti sikap Narcissus, narsisme adalah sebuah sakit rohani yang jikalau terus dihidupi akan menjerat seorang dan membawa kehancuran bagi orang tersebut. Narsisme akan membuat kita menjadi orang yang membanggakan diri serta membanggakan apa yang kita miliki, memperlihatkan kehebatan kita serta seluruh perolehan kita, serta membuat kita merendahkan sekaligus menghina orang lain. Sikap tersebut akan menghancurkan diri kita sendiri, membuat kita tenggelam di dalam kebanggaan diri kita, namun sebenarnya di mata orang lain kita adalah orang yang jahat dan orang lain tidak menyenangi kita. Sungguh ironis, dikala kita menyenangi dan mengagumi diri kita dengan pemikiran bahwa orang lain juga memandang, memperhatikan, dan mengagumi kita, namun pada realitanya mereka membenci kita. Sikap narsisme juga akan membuat kita lupa pentingnya perilaku korektif akibat kita merasa diri kita sudah sempurna dan yang perlu mendapatkan koreksi dan improvisasi adalah orang lain. Hal ini akan membuat kehidupan kita menjadi kehidupan yang rusak dan stagnan.



1 comment:

Artikel Terpopuler

Saturn Devouring His Son - Fransico Goya (1819)

Salah satu lukisan yang paling mengerikan sepanjang sejarah: Saturn devouring his son yang dilukis oleh pelukis spanyol Francisco Goya (18...