5 Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah
bersandar kepada pengertianmu sendiri. 6 Akuilah Dia dalam segala
lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. 7 Janganlah engkau
menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah
kejahatan;
(Ams. 3:5-7)

Ketika seseorang bersadar pada pengertian sendiri,
sudah hampir dapat dipastikan orang tersebut akan tersesat di dalam
kehidupannya. Hampir dapat dipastikan keputusan-keputusan yang mereka lakukan
adalah salah.
Suatu ketika di sebuah desa yang begitu miskin,
yang tanahnya tandus, mereka memiliki kepercayaan bahwa di dalam sungai desa
mereka yang berwarna merah, ada mutiara-mutiara berharga yang tidak bernilai
harganya. Jikalau harta tersebut ditemukan maka seluruh desa akan menjadi kaya
raya. Karena tidak tahan lagi maka tiga pemuda yang pandai berenang memutuskan
untuk memberanikan diri masuk ke dalam dasar sungai tersebut dan mencari harta
karun tersebut. Mereka menarik nafas dalam-dalam. Seorang pemuda setelah sampai
dasar, dia merogoh-rogoh sekitarnya dan dia memegang sebuah benda bundar yang
keras. Dia rasa dia menemukan harta karun tersebut dan naik ke permukaan untuk
melihat apa yang dia peroleh. Dia melihat bahwa itu adalah benda hitam keras yang
berkilauan. Dia merasa dia sudah mendapatkannya. Dia begitu bahagia sekali. Tetapi
sebenarnya itu adalah sejenis siput yang ada di dasar sungai. Demikian juga dua
pemuda yang lain merasa menemukan harta benda, ternyata mereka hanya menemukan
batu yang tidak memiliki nilai.
Ketika mendengar berita tersebut maka seluruh
penduduk bergerombolan melihat apa yang ditemukan oleh ketiga pemuda tersebut. Mereka
yang bersandar pada pengertian mereka sendiri bergitu bersukacita karena mereka
merasa sebentar lagi mereka akan kaya. Tetapi ada seorang pemuda yang
mengetahui bahwa ketiga benda tersebut adalah benda-benda yang tidak ada
harganya. Dia tersenyum dan hampir tertawa karena kebodohan dari seluruh
penduduk namun dia menutup mulutnya dengan kain. Melihat tersebut, penduduk
merasa tersinggung karena ditertawakan oleh pemuda tersebut. Mereka marah, dan
mengusir pemuda tersebut.
Ketika seseorang bersadarkan pada pengertiannya
sendiri, maka pasti dia merasa dirinya benar dan setiap keputusannya pasti hal
yang salah dan merupakan yang bodoh. Karena itu seorang yang bijaksana harus mengandalkan
Firman Tuhan di dalam kehidupannya.
2.
Menganggap diri seorang yang tidak bijaksana. Kebijaksanaan adalah sesuatu yang begitu luas,
yang tidak bisa diukur. Ketika kita melihat kebijaksanaan dari jauh, maka kita
merasa mengerti apa itu kebijaksanaan, tetapi ketika kita mendekatai apa itu
kebijaksanaan maka kebijaksanaan tidak akan pernah habis-habisnya untuk
dimengerti. Kebijaksanaan adalah tindakan nyata, tindakan praktis di dalam
kehidupan sehari-hari. Kebijaksanaan berhubungan dengan bagaimana seseorang
harus bertindak di dalam kondisi riil kehidupan yang begitu kompleks dan
seringkali ingin menjebak umat Allah memutuskan sesuatu bukan berdasarkan
hikmat Tuhan.
Karena kebijaksanaan adalah sesuatu yang begitu luas
dan tidak pernah habisnya, maka tidak ada seorang manusiapun yang boleh
menanggap dirinya adalah seorang yang bijaksana. Karena mereka belum sempurna
di dalam kebijaksanaan. Ketika seseorang menganggap dirinya bijaksana maka pastilah
orang tersebut sudah bertindak tidak bijaksana. Perkataan orang tersebut sangat
tidak bijaksana sekali.
Di China Kuno pernah ada seorang yang begitu
memiliki banyak buku, dia terkenal sebagai seorang kutu buku. Orang-orang
disekitarnya menganggap karena dia memiliki banyak buku maka dia adalah seorang
yang bijaksana. Dia juga menganggap dirinya seorang yang bijaksana karena
buku-bukunya begitu banyak. Tetapi seringkali tindakan sehari-hari adalah tindakan-tindakan
yang tidak bijaksana. Hari-harinya dipenuhi dengan kisah-kisah bersama buku. Pada
waktu itu buku terbuat dari bambu. Agar tidak dimakan kutu, maka setiap hari
dia menjemur bukunya yang begitu banyak. Selain itu setiap hari dia mengecek
satu demi satu bukunya apakah ada yang rusak atau buram untuk diperbaiki; dia
juga menanami bagian depan dan rumahnya dengan bambu agar punya bahan untuk menulis
sehingga rumahnya tidak terlihat terlihat sebagai rumah tetapi sebagai hutan. Suatu
ketika ibunya meninggal dunia. Maka dia pergi untuk melihat jenazah ibunya. Dia
merasa sebagai seorang yang bijak, maka buku adalah hal yang terutama untuk
dibawa. Dia membawa tiga jilid bukunya untuk dibawa pulang. Dia lupa jikalau
dia seorang yang sudah tua dan tiga buku itu terlalu berat untuk dia bawa. Ketika
dia berjalan sebentar maka dia merasa kelelahan dan beristirahat tentunya sebagai
orang yang menganggap dirinya bijak dia membuka bukunya sambil beristirahat.
Namun dia tidak bisa fokus karena begitu kelelahan. Ketika ingin memulai
perjalanan maka dia bertemu dengan seorang yang lain kemudian orang tersebut
mengenalnya. Lalu dia melihat si bijaksana itu membawa buku yang begitu berat,
kemudian orang tersebut “Orang bijak yang bodoh! Saya kira kamu adalah orang
yang bijaksana! Kamu menghabiskan waktu dan tenaga padahal kamu tidak akan
pernah bisa membaca buku itu. Kamu bersusah payah untuk hal yang bodoh.
Benar-benar tidak bijaksana.” Mendengar hal tersebut, dia mulai tersadar bahwa
dia tidak sebijaksana apa yang dia anggap. Dia punya banyak buku tetapi bodoh.
Demikianlah orang yang menganggap dirinya
bijaksana. Dia terbuai dengan rasa diri bijaksana dan akhirnya menjadi orang
yang selamanya bodoh. Karena itu Alkitab mengatakan “jangan pernah anggap
dirimu sebagai orang bijaksana.”
3.
Menjauhi kejahatan.
Alkitab mengatakan bahwa kondisi lingkungan mempengaruhi
kerohanian dan perilaku orang Kristen. Sehingga orang Kristen diminta untuk
memiliki komunitas yang sehat untuk menjadi tempat dia bergaul, bergumul, dan
bertumbuh. Paulus mengatakan bahwa 1 Kor. 15:33 Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. Seorang
Kristen bukan seorang yang kebal dan tidak boleh terlalu percaya diri dengan
kerohanian yang tidak akan terpengaruh oleh sekitar. Justru Paulus mengatakan
bahwa ketika kita memiliki pergaulan yang buruk, maka kebiasaan atau perilaku
yang baikpun akan menjadi rusak. Hidup seorang Kristen seperti air ketika
dicelupkan satu tetes racun, maka seluruh air itu menjadi rusak dan mematikan. Karena
itu Yesus memperingati orang Kristen jangan terpengaruhi oleh ragi orang
Farisi, Saduki, dan para Herodian. Mengapa? Karena orang Kristen seperti roti.
Ketika ragi masuk maka ragi itu akan bertumbuh dan mempengaruhi seluruh adonan
roti sebagaimana ragi itu kehendaki. Karena itu, sebagai orang Kristen pilihlah
komunitas yang sehat dan sebaik mungkin untuk menolong pertumbuhan kerohanian
dan karaktermu.
No comments:
Post a Comment