Wednesday, 30 December 2015

Kejadian 8 - Respon Nuh Sebagai Perwakilan Manusia Baru Terhadap Kesulitan



Referensi: Kejadian 8.
Kejadian 6-7 merupakan kejadian dimana Allah memurkai dunia dan seolah-olah menjadikan dunia ini menjadi ciptaan baru. Ini yang para teolog sebut re-creation. Manusia telah gagal untuk menjadi image of God dan Tuhan memberikan babak baru untuk kehidupan ciptaan Allah. Di dalam kisah Nuh ini kita bisa menemukan satu tema tentang new creation. Di dalam langit dan bumi yang baru, maka kehidupan manusia sama seperti respon Nuh ketika dia melihat dan hidup di dalam “langit dan bumi” yang baru, yaitu beribadah kepada Allah. Demikianlah manusia ketika hidup di dalam langit dan bumi kelak, maka hidup manusia adalah hidup yang beribadah kepada Tuhan. Beribadah disini bukan hanya disempitkan di dalam artian khusus, yaitu sebuah sikap ibadah seperti berdoa dan memuji Tuhan, tetapi beribadah berarti setiap tindakan, pikiran, dan kehendak manusia hanyalah untuk menyenangkan hati Tuhan.
Selain konsep new creation, hal menarik yang perlu diperhatikan dari kisah Nuh ini adalah perihal ketekunan di dalam kesulitan. Nuh adalah seorang yang begitu beriman kepada janji Tuhan di dalam seluruh penderitaannya. Nuh menderita bukan dimulai dari dia naik di atas kapal, tetapi penderitaan Nuh dimulai ketika dia mendapatkan perintah dari Allah. Mungkin sekali keluarga dekat Nuh, seperti sepupu, ipar, om, tante, dan keluarga lain membenci Nuh dan menganggap Nuh adalah seorang gila, seperti yang Yesus alami ketika berada di dunia. Semua orang menghina Nuh. Tidak sampai di situ, Nuh juga mengalami kesulitan hidup ketika dia berada di dalam Bahtera. Dia mungkin sekali-sekali mempertanyakan apakah Tuhan memegang janji-Nya akan menyelamatkan Nuh dan keluarganya. Dia juga mungkin kesulitan untuk mengatur makanannya dan keluarganya. Mungkin Nuh juga ketakutan bagaimana jikalau binatang liar yang ada di dalam kehabisan makanan dan kemudian memangsa Nuh sekeluarga. Hal ini di alami oleh Nuh setiap hari. Nuh terdampar bukan sehari dua hari. Nuh terdampar berbulan-bulan di dalam bahtera tersebut. Namun Nuh tetap mengingat dan yakin tentang janji yang Tuhan berikan. Respon ini terbukti ketika Nuh lepas dari kebahayaan dan kesulitan yang ada, Nuh langsung berespon dengan cara menyembah Tuhan. Ketika dia mendapatkan solusi, keselamatan atas kesulitan hidupnya, maka yang paling pertama dia ingat bahwa itu adalah pertolongan dan pekerjaan Tuhan, bukan karena Nuh pintar di dalam mengatur seluruh kebutuhan binatang dan keluarga Nuh. Ini yang seharusnya menjadi respon manusia yang benar dihadapan Allah: langsung mengingat Tuhan ketika terlepas dari kesulitan-kesulitan yang ada. Berapa banyak diantara kita, ketika kita terlepas dari kesulitan, kita mengingat Tuhan? Mungkin kebanyakan manusia, ketika terlepas dari kesulitan, dia langsung memandang diri dan membanggakan seluruh kemampuan yang dia miliki. Padahal sebenarnya itu adalah kebaikan Tuhan yang turun atasnya.

Tuesday, 29 December 2015

Kejadian 6 & 7 - Kisah Air Bah dan Tujuan Allah Melakukannya.

Referensi: Kejadian 6.
          Di dalam kisah ini, “kekejaman” Allah dimulai. Allah ingin benar-benar menghancurkan umat ciptaannya, yaitu manusia. Ciptaan tersebut merupakan ciptaan yang begitu dibanggakan oleh Tuhan karena dicipta menurut gambar-Nya sendiri dan diciptakan dengan begitu kompleks. Mereka diciptakan dari debu tanah selayaknya seorang seniman yang menciptakan karyanya dari tanah liat kemudian mengukir setiap detail-detail tubuh manusia. Pekerjaan belum selesai karena manusia belum otomatis menjadi makhluk hidup, dan Alkitab mengatakan bahwa Allah menghembuskan nafas ke dalam hidup mereka dan mereka menjadi makhluk hidup. Allah menciptakan manusia dengan begitu kompleks dan begitu serius. Allah juga memberikan mereka mandat yang luar biasa terhadap seluruh ciptaan. Namun makhluk yang dibanggakan ini menjadi akhirnya menjadi musuh utama Penciptanya. Hati mereka senantiasa mengarah kepada tindakan-tindakan yang menyakiti hati Tuhan, mereka sudah mulai melupakan mandat yang Tuhan berikan kepada mereka. Mereka hanya mengerjakan apa yang mereka pandang baik. Tuhan telah muak dengan seluruh kejadian tersebut, maka Tuhan kali ini berniat untuk membantai seluruh ciptaan-Nya.
          Mata Tuhan tidak buta, Tuhan maha tahu. Allah senantiasa melihat kepada Nuh dan keluarganya. Keluarga ini merupakan keluarga yang saleh dan takut akan Tuhan. Maka Tuhan menyelamatkan keluarga Nuh dan memberikan tugas yang mulia kepada Nuh. Nuh menjadi agen penyelamat seluruh ciptaan. Manusia yang sudah menjadi lawan Allah, kali ini bukan hanya melawan Allah tetapi juga menertawakan dan mempermainkan orang benar seperti Nuh. Nuh dianggap gila, Nuh dianggap orang yang tidak berpikiran logis, setiap tindakan Nuh tidak masuk akal dan bodoh dihadapan orang berdosa. Namun Nuh tahu bahwa manusia berdosa adalah makhluk yang tidak mampu melihat hikat dari Tuhan karena mata mereka sudah tertutup dengan kabut kebencian kepada Tuhan. Meskipun tantangan begitu besar, meskipun Nuh merasa kesepian, namun dia tetap bertahan dan setia kepada panggilan Tuhan. Karena Nuh sadar bahwa tugas yang Tuhan berikan tidak pernah salah: Tuhan ingin menyelamatkan dunia melalui bahtera yang diciptakan oleh Nuh.
          Manusia tidak sadar akan kebaikan Tuhan yang luar biasa. Meskipun mereka melawan Tuhan, Tuhan sudah beritikat untuk membantai mereka, namun Tuhan bukanlah sekadar Pribadi yang adil tetapi Dia adalah Pribadi yang kasih. Karena kasih itulah Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk percaya kepada seluruh apa yang dikatakan oleh Nuh. Tuhan memberikan kesempatan mereka untuk bertobat dan berbalik kepada Tuhan, tetapi Alkitab mengatakan bahwa mereka menolak kesempatan itu dan terus berusaha untuk menyakiti hati Tuhan dengan dosa-dosa tersebut.
          Tuhan tetap memandang keluarga Nuh yang benar dimata Tuhan. Tuhan ingin menyelamatkan keluarga yang takut akan Tuhan ini melalui “pembantaian” terhadap manusia yang melawan Allah dan menolak pengampunan dari Allah. Tuhan meminta Nuh membawa seluruh keluarganya naik ke bahtera diserta dengan tumbuhan dan binatang. Hikmat Tuhan begitu luar biasa. Tuhan ingin menyelamatkan Nuh yang setia dari pergaulan dan pengaruh buruk yang berasal dari orang-orang disekitar mereka. Inilah yang terjadi dibalik tindakan “kejam” Allah tersebut. Allah “kejam” namun Allah kudus. Kekejaman yang tampak di mata dan yang kita pikirkan karena kita tidak mampu melihat seluruh benang merah yang terjadi. Manusia seringkali mempermasalahkan “problem of evil” karena manusia tidak mengerti kenapa perang, penderitaan, kehancuran Tuhan izinkan jikalau Tuhan adalah Tuhan yang baik? Namun jikalau kita kembali mengingat-ingat apa yang Tuhan kerjakan maka kita sadar bahwa karena Tuhan baik maka dia kejam. Sebagaimana yang terjadi di dalam Perang Dunia II. Tuhan terlihat begitu kejam karena membiarkan Pearl Harbour hancur oleh tentara fasis kejam seperti Jepang. Namun kekejaman yang terjadi di Pearl Harbour itu adalah sebuah bukti tindakan bijaksana dari Allah. Karena pengeboman tersebutlah, maka Jepang dan sekutunya seperti Jerman dan Italy, melihat singa yang sedang terbangun. Amerika Serikat terpaksa terlibat di dalam Perang Dunia II. Di dalam kisah based on true story Band of Brothers dikisahkan bahwa di dalam episode terakhir, para tentara Amerika Serikat bertanya, “Mengapa kita harus berperang, mengapa kita harus ada di sini, mengapa kita harus menderita, mengapa, mengapa, dan mengapa?” Kemudian di dalam episode selanjutnya dikisahkan bagaimana mereka menemukan begitu banyak Main Kamp yang dibangun oleh Hitler untuk membantai dan membumi hanguskan satu etnis: Yahudi dari muka bumi. Ini adalah kekejaman yang sesungguhnya, ini adalah kejahatan yang sesungguhnya, bukan Allah yang membiarkan Pearl Harbour seolah-olah menderita. Apa yang terlihat di luar adalah sesuatu yang belum tentu sesuai dengan esensinya. Inilah yang dilakukan Tuhan: Tuhan ingin menyelamatkan umat manusia dengan mengizinkan penderitaan terjadi di dalam sejarah Amerika Serikat. Kita bisa membayangkan jikalau Amerika Serikat tidak terlibat di dalam Perang Dunia yang diakibatkan tragedy Pearl Harbour tersebut, mungkin salah satu etnis di dunia, Yahudi sudah lenyap. Ini jugalah yang terjadi melalui Air Bah. Jikalau Air Bah tidak terjadi, maka Nuh dan keluarganya lambat laun akan tercemar oleh orang-orang tersebut dan manusia tidak memiliki pengharapan karena tidak ada satu manusiapun yang benar dimata Allah. Namun bencana besar yang terjadi tersebut menjadi pintu pengharapan manusia bahwa masih ada manusia yang benar dimata Tuhan.

          Yang menjadi keaneah manusia berdosa adalah mereka berteriak bahwa Allah kejam, Allah bersalah karena membiarkan penderitaan, tetapi manusia tidak pernah berkaca. Bahwa bukan Allah yang bersalah, tetapi manusialah yang bersalah dan Tuhan selalu saja harus mengambil tindakan dan membersihkan seluruh kejahatan yang bukan berasal dari ulah Allah. Manusia yang berbuat tetapi Allah yang harus menyelesaikan dan menangani dunia agar tetap berpengharapan. Karena itu, jikalau terjadi penderitaan dan bencana besar, mari kita tidak langsung bertanya, “Tuhan mengapa ini terjadi? Mengapa engkau begitu kejam?” Tetapi tanyalah, “Tuhan, apa yang ingin engkau perbaiki dan apa yang menjadi dosa yang telah kami lakukan?” Karena Tuhan itu baik dan manusia itu berdosa.

Sunday, 27 December 2015

Kejadian 4 - Dosa Membuat Manusia Berpikir Secara Irrasional.




Referensi: Kejadian 4.
Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, maka dosa menyebar kepada setiap keturunan Adam dan Hawa dan dosa tersebut berkembang di dalam berbagai bentuk. Tidak hanya dalam bentuk saling mencari kambing hitam seperti yang dilakukan Adam terhadap Hawa, kini di dalam Kejadian 4, diperlihatkan dosa yang dilakukan generasi kedua manusia, Kain membunuh Habel. Kejahatan yang begitu luar biasa. Karena dosa Kain tega membunuh Habel saudaranya sendiri. Sikap Kain ini adalah sikap yang begitu ironis. Kain membunuh Habel karena Kain benci kepada Habel. Mengapa benci? Karena Kain iri terhadap Habel yang persembahannya diperkenankan oleh Tuhan, sedangkan persembahan Kain ditolak oleh Tuhan. Ini adalah sikap konyol yang terjadi kerena dosa. Cara berpikir dan logika Kain rusak karena dosa. Dia membenci orang yang seharusnya tidak dia benci. Dia membenci saudaranya sendiri karena Allah memuji Habel. Mengapa Allah memuji Habel? Karena Habel orang benar, bukan karena Habel menyakiti, memfitnah, atau melakukan kejahatan lain terhadap Kain. Meskipun tidak dapat dibenarkan, kita bisa mengerti jikalau Kain membunuh Habel jikalau karena Habel adalah orang yang jahat terhadap Kain. Namun Habel adalah orang yang benar. Dia mengasihi Tuhan dan mengasihi Kain. Tetapi karena sikap yang benar tersebut, maka Kain membenci dan membunuh Habel. Inilah yang terjadi di dalam diri orang berdosa: logika/ cara berpikir menjadi cara berpikir yang tidak normal. Manusia menjadi gila dan bodoh di dalam melihat standard moral. Moralitas bagi Kain adalah menyingkirkan setiap hal yang mengganggu perasaan dan kebanggaannya. Setiap cara untuk menyingkirkan adalah sesuatu yang hal dan wajib hukumnya. Itulah cara berpikir orang berdosa.
Hal lain yang luar biasa yang dilakukan oleh Kain adalah dia tidak hanya membenci orang benar, seperti Habel. Tetapi dia juga membenci Allah sang sumber dan sang kebenaran itu sendiri. Ketika Tuhan bertanya kepada Kain dimana Habel, maka dengan lugas Kain berkata, “Aku tidak tahu. Memangnya aku penjaga adikku?”. Tanpa sedikir keraguan dan rasa takut kepada Allah, Kain menjawab hal tersebut. Disini kita melihat dosa mengalami progress. Pada generasi pertama manusia, Adam dan Hawa ketika didatangi oleh Tuhan, mereka bersembunyi ketakutan karena mereka telah melakukan dosa, tetapi di dalam generasi kedua, Kain dengan bangga dan tanpa rasa gentar sedikitpun menantang dan melawan Allah. Inilah manusia berdosa. Kita melihat pada zaman ini, orang dengan bangga melakukan dosa dan melakukannya di tempat yang tidak tertutup sedikitpun. Bagi mereka dosa adalah hal yang normal dan patut dibanggakan. Manusia dengan bangga menceritakan berapa kali mereka telah selingkuh dan tidak jujur terhadap pasangan mereka, manusia dengan bangga menceritakan betapa kejamnya dan betapa banyaknya orang yang telah mereka bunuh, manusia bangga terhadap sikap kejam mereka menggorok orang yang tidak sepaham dengan mereka. 
Demikian juga, Kain pasti mengerti konsekuensi terhadap tindakannya yang menentang Allah. Orang tua Kain, Adam & Hawa juga pasti telah menceritakan bagaimana mengerikkan hukuman Allah kepada setiap orang yang menentangnya. Namun dosa telah merusak cara berpikir Kain. Kain tidak peduli seluruh konsekuensi tersebut, Kain hanya ingin memuaskan amarah dan kebenciannya. Baginya lebih baik menderita selama-lamanya karena kutukan yang Tuhan berikan, daripada dia tidak bisa memuaskan seluruh amarah kebenciannya, yang mana sumberya kebencian tersebut bukan berasal dari Tuhan, tetapi berasal dari hati Kain yang jahat. Masalah di sini sebenarnya Kain dirinya. Tuhan tidak terlibat sama sekali, tetapi Kain membenci Tuhan. Ini adalah cara berpikir yang konyol lainnya.
Tanpa pertolongan Tuhan, maka kita bukanlah apa-apa. Kita hanyalah orang yang mewarisi dosa dan dosa itu terus berkembang jikalau kita tidak bersandar kepada Tuhan dan berjuang di dalam integritas sebagai seorang anak Tuhan.

Saturday, 26 December 2015

Kejadian 3 - Kejatuhan Manusia - Akibat dan Solusinya

Referensi: Kejadian 3.
        Di dalam kisah selanjutnya diceritakan bahwa manusia jatuh ke dalam dosa. Hal ini sangat sulit untuk dibayangkan. Bagaimana mungkin manusia yang sudah mengalami kondisi yang begitu ideal untuk hidup: serba kecukupan, pengetahuan yang memadai untuk hidup, berhubungan erat dengan Allah masih tetap bisa jatuh ke dalam dosa.

        Penyebab manusia jatuh ke dalam dosa adalah keinginan mereka untuk memutuskan peraturan apa yang seharusnya berlaku. Mereka mencurigai bahwa Allah menutup-nutupi sesuatu dari mereka. Meskipun mereka diberikan segala sesuatu, tetapi ada sesuatu yang masih tidak diberitahu kepada mereka oleh Allah, hal itu adalah pohon pengetahuan. Mereka mulai membuat aturan main sendiri. Mereka ingin menjadi pihak menentukan apa yang benar dan apa yang salah, bukan Allah. Hal ini yang membawa mereka menjadi makhluk yang begitu malang karena terhimpit oleh dosa, dan yang masalah yang paling besar adalah hubungan mereka rusak dengan Allah Sang sumber kehidupan tersebut. Demikianlah manusia sejak awal senantiasa memberontak kepada kepemimpinan. Manusia selalu mencurigai peraturan, manusia menginginkan bahwa mereka yang menjadi pemimpin, bukan menjadi yang dipimpin. Jiwa pemberontakan atas otoritas adalah sikap yang sudah ada sejak semula. Sehingga jangan haran, salah satu permintaan yang paling sulit untuk dilakukan adalah ketundukan, kepatuhan terhadap atasan, atau kepatuhan terhadap peraturan yang ada. Mengapa? Karena setiap manusia menginginkan mereka menjadi pengatur dari yang lain. Misalnya saja di zaman sekarang, banyak sekali orang diajarkan atau orang percaya bahwa orang yang sukses di dalam pekerjaan adalah orang yang memperkerjakan orang lain, orang yang tidak tunduk kepada orang lain, tetapi orang yang hebat adalah seorang yang memiliki sekumpulan orang yang tunduk kepadanya. Karena itu mereka akan ingin menjadi “kepala” bukan menjadi “ekor”. Karena itu jikalau semua menjadi kepala, siapakah ekornya? Ini adalah kepercayaan yang menjadi lelucon rohani. Suatu yang melakukan, menggelikan, tetapi dipercaya sebagai sesuatu yang benar.
        Dosa mereka tersebut tidak hanya berdampak kepada manusia semata tetapi juga berdampak kepada ciptaan yang lain. Ciptaan, seperti tanah dikutuk. Binatang yang diwakili oleh ular pun dikutuk. Segala sesuatu ciptaan yang indah tidak menjadi sama seperti semula diakibatkan oleh dosa manusia. Inilah dosa. Ketika manusia melakukan dosa, seringkali dosa itu tidak berdampak hanya kepada pendosa, tetapi berdampak kepada lingkungan di sekitarnya. Sangat terlihat jelas tentang pengrusakan lingkungan yang dilakukan oleh segelintir orang, mereka melakukan dosa oleh diri mereka sendiri, tetapi apa yang mereka lakukan tersebut memiliki dampak kepada ciptaan lain: tumbuh-tumbuhan menjadi gundul, binatang sulit untuk bisa hidup di dalam lingkungan tercemar, terjadi bencana alam, dan manusia lain yang tidak terlibat atas dosa tersebut menjadi korban atas bencana tersebut. Ini yang sebenarnya harus dipikirkan oleh manusia ketika mereka melakukan dosa: seringkali dosa tersebut tidak hanya berdampak bagi diri mereka sendiri tetapi bagi ciptaan dan orang lain.
        Namun yang lebih penting dari itu semua adalah dosa mengakibatkan manusia menjadi makhluk yang hatinya kesepian. Segala sesuatu yang dilakukan untuk mengisi kerinduhan dan hasrat hati tersebut tidak akan pernah bisa terpenuhi. Hati manusia berdosa seperti lubang hitam. Segala sesuatu yang ada di sekitarnya dia hisap, namun lubang hitam tersebut tidak pernah puas dan penuh. Blaise Pascal mengatakan hati manusia yang kosong yang tidak terbatas itu hanya bisa dipenuhi dan dipuaskan melalui Tuhan. Maka dari itu, seringkali kita melihat manusia yang tidak mengenal Allah akan melakukan segala sesuatu untuk memuaskan hatinya: kekayaan, sex, kehormatan, kesombongan, properti, dan lain-lain, tetapi semakin dicari maka hati mereka semakin kosong dan tidak pernah puas. Mereka mencoba segala sesuatu yang menjadi kenikmatan yang ditawarkan oleh dunia, tetapi mereka tidak pernah puas. Mengapa? Karena kepuasan tersebut dicari dengan cara yang salah. Kepuasan tersebut hanya bisa diperoleh di dalam Tuhan yang dinyatakan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Kristus mengatakan, “Akulah air hidup. Jikalau engkau meminum air hidup, maka engkau tidak akan kehausan lagi.” Mari datang untuk memuaskan diri melalui Sang Air Hidup tersebut.

Friday, 25 December 2015

Kejadian 2 - Manusia adalah Gambar dan Rupa Allah.



Referensi: Kejadian 2.
            Di dalam narasi penciptaan ini, kitab Kejadian menyempitkan kisah menjadi kisah penciptaan manusia. Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Penjelasan yang paling tepat untuk menjelaskan konsep ini adalah seperti Allah melihat kaca. Allah menginginkan ketika melihat manusia, maka Allah melihat ciri-ciri maupun karakternya di dalam diri manusia: berkuasa, bijaksana, dan aspek-aspek moralitas lainnya. Inilah manusia: mirip dengan Allah, memancarkan karakter-karakter Allah. Jadi, manusia bukanlah gambar dari binatang. Binatang hidup berdasarkan insting bertahan hidup: makan, sex, dan tidur. Apapun dilakukan oleh binatang agar instingnya terpenuhi, bahkan menyingkirkan atau membunuh sesamanya sekalipun. Seringkali manusia hidup memiliki karakter seperti binatang. Manusia seharusnya diminta untuk berkuasa atas binatang, namun kebalikannya yang sering terjadi manusia dikuasai karakter binatang. Hal ini merupakan ironi: semakin manusia mendekati karakter bintang, semakin merasa dirinya hebat, dan yang lebih malang lagi adalah manusia menghormati orang yang berkarakter binatang tersebut. Berapa banyak orang menghormati, mendekati para koruptor? Berapa banyak orang yang menjilat orang-orang kaya yang suka “menghisap” darah orang miskin? Tidak bisa dihitung dengan jari tentunya. Mengapa? Karena manusia memiliki konsep kemanusiaan yang salah. Manusia jarang memaknai dirinya adalah ciptaan Allah yang diciptakan segambar dengan Allah. Seharusnya karakter Allah yang menonjol di dalam diri manusia.

            Tidak jarang manusia hanya mencari kepuasan semata, hiburan, kekayaan, kekuasaan yang sebenarnya tidak boleh dicari oleh manusia. Manusia harus mengusahakan dirinya untuk hidup sebagaimana gambar dan rupa Allah menjalani kehidupan. Karakter moral Allah seperti kemurahan, kebaikan, kesabaran, dan buah Roh lain seharusnya menjadi karakter yang paling diimpikan dan paling dikejar, bukan uang, bukan penghormatan, bukan kekayaan, bukan kebesaran semata. Mari kita hidup dan mengingat diri kita sebagai gambar dan rupa Allah.

INKARNASI: Pemaknaan Natal di dalam Kehidupan Kristen.



Natal merupakan sebuah peringatan akan Allah yang berinkarnasi menjadi manusia. Keilahian Pribadi dari Allah Anak tersebut tidak perlu dipertanyakan karena Alkitab sangat jelas menceriatkan-Nya. Injil Yohanes mengatakan pada permulaan adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah. Ibrani menceritakan Sang Firman tersebut adalah pencipta, pemberi terang, dan penopang seluruh ciptaan. Keilahian Allah yang menjadi manusia tersebut tidak perlu diragukan. Dia adalah 100% Allah dan 100% manusia. Pemahaman ini seringkali bukanlah menjadi permasalah utama orang-orang Kristen, tetapi bagaimana memaknai Allah yang demikian. Orang Kristen mengerti konsep tentang Allah yang berinkarnasi, tetapi seringkali gagal untuk menghidupi prinsip inkarnasi tersebut.
Tuhan yang menjadi manusia adalah Tuhan yang merendahkan diri serendah-rendahnya. Dia tdk menganggap seluruh kemuliaan, pengagungan terhadap Nya adalah sesuatu yang harus dipertahankan. Dia datang rela merendahkan diri karena taat kepada Bapa dan mengorbankan diri demi manusia berdosa (selfless). Setidaknya kita dapat belajar tiga hal dari sosok Ilahi yang berinkarnasi: 1) Kerendahan hati; 2) Ketaatan; 3) Selfless. Apa gunanya seluruh jabatan, kekayaan, dan seluruh pencapaian seorang Kristen tetapi tidak memiliki tiga prinsip ini di dalam kehidupannya? Tanpa karakter-karakter inkarnasi tersebut, maka manusia hanyalah sekadar manusia yang senantiasa melawan Tuhan. Tahun 2016 merupakan tahun untuk kita hidup untuk meniru hidup Kristus yang berinkarnasi. Selamat natal. Kiranya makna natal, kita bisa hidupi di dalam kehidupan kita bersama.

Artikel Terpopuler

Saturn Devouring His Son - Fransico Goya (1819)

Salah satu lukisan yang paling mengerikan sepanjang sejarah: Saturn devouring his son yang dilukis oleh pelukis spanyol Francisco Goya (18...