Referensi: Kejadian 6.
Di
dalam kisah ini, “kekejaman” Allah dimulai. Allah ingin benar-benar
menghancurkan umat ciptaannya, yaitu manusia. Ciptaan tersebut merupakan
ciptaan yang begitu dibanggakan oleh Tuhan karena dicipta menurut gambar-Nya
sendiri dan diciptakan dengan begitu kompleks. Mereka diciptakan dari debu
tanah selayaknya seorang seniman yang menciptakan karyanya dari tanah liat
kemudian mengukir setiap detail-detail tubuh manusia. Pekerjaan belum selesai
karena manusia belum otomatis menjadi makhluk hidup, dan Alkitab mengatakan
bahwa Allah menghembuskan nafas ke dalam hidup mereka dan mereka menjadi
makhluk hidup. Allah menciptakan manusia dengan begitu kompleks dan begitu
serius. Allah juga memberikan mereka mandat yang luar biasa terhadap seluruh
ciptaan. Namun makhluk yang dibanggakan ini menjadi akhirnya menjadi musuh
utama Penciptanya. Hati mereka senantiasa mengarah kepada tindakan-tindakan
yang menyakiti hati Tuhan, mereka sudah mulai melupakan mandat yang Tuhan
berikan kepada mereka. Mereka hanya mengerjakan apa yang mereka pandang baik.
Tuhan telah muak dengan seluruh kejadian tersebut, maka Tuhan kali ini berniat
untuk membantai seluruh ciptaan-Nya.
Mata
Tuhan tidak buta, Tuhan maha tahu. Allah senantiasa melihat kepada Nuh dan
keluarganya. Keluarga ini merupakan keluarga yang saleh dan takut akan Tuhan.
Maka Tuhan menyelamatkan keluarga Nuh dan memberikan tugas yang mulia kepada
Nuh. Nuh menjadi agen penyelamat seluruh ciptaan. Manusia yang sudah menjadi
lawan Allah, kali ini bukan hanya melawan Allah tetapi juga menertawakan dan
mempermainkan orang benar seperti Nuh. Nuh dianggap gila, Nuh dianggap orang
yang tidak berpikiran logis, setiap tindakan Nuh tidak masuk akal dan bodoh
dihadapan orang berdosa. Namun Nuh tahu bahwa manusia berdosa adalah makhluk
yang tidak mampu melihat hikat dari Tuhan karena mata mereka sudah tertutup
dengan kabut kebencian kepada Tuhan. Meskipun tantangan begitu besar, meskipun
Nuh merasa kesepian, namun dia tetap bertahan dan setia kepada panggilan Tuhan.
Karena Nuh sadar bahwa tugas yang Tuhan berikan tidak pernah salah: Tuhan ingin
menyelamatkan dunia melalui bahtera yang diciptakan oleh Nuh.
Manusia
tidak sadar akan kebaikan Tuhan yang luar biasa. Meskipun mereka melawan Tuhan,
Tuhan sudah beritikat untuk membantai mereka, namun Tuhan bukanlah sekadar
Pribadi yang adil tetapi Dia adalah Pribadi yang kasih. Karena kasih itulah
Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk percaya kepada seluruh apa yang
dikatakan oleh Nuh. Tuhan memberikan kesempatan mereka untuk bertobat dan
berbalik kepada Tuhan, tetapi Alkitab mengatakan bahwa mereka menolak
kesempatan itu dan terus berusaha untuk menyakiti hati Tuhan dengan dosa-dosa
tersebut.
Tuhan
tetap memandang keluarga Nuh yang benar dimata Tuhan. Tuhan ingin menyelamatkan
keluarga yang takut akan Tuhan ini melalui “pembantaian” terhadap manusia yang
melawan Allah dan menolak pengampunan dari Allah. Tuhan meminta Nuh membawa
seluruh keluarganya naik ke bahtera diserta dengan tumbuhan dan binatang.
Hikmat Tuhan begitu luar biasa. Tuhan ingin menyelamatkan Nuh yang setia dari
pergaulan dan pengaruh buruk yang berasal dari orang-orang disekitar mereka.
Inilah yang terjadi dibalik tindakan “kejam” Allah tersebut. Allah “kejam”
namun Allah kudus. Kekejaman yang tampak di mata dan yang kita pikirkan karena
kita tidak mampu melihat seluruh benang merah yang terjadi. Manusia seringkali
mempermasalahkan “problem of evil” karena manusia tidak mengerti kenapa perang,
penderitaan, kehancuran Tuhan izinkan jikalau Tuhan adalah Tuhan yang baik?
Namun jikalau kita kembali mengingat-ingat apa yang Tuhan kerjakan maka kita
sadar bahwa karena Tuhan baik maka dia kejam. Sebagaimana yang terjadi di dalam
Perang Dunia II. Tuhan terlihat begitu kejam karena membiarkan Pearl Harbour
hancur oleh tentara fasis kejam seperti Jepang. Namun kekejaman yang terjadi di
Pearl Harbour itu adalah sebuah bukti tindakan bijaksana dari Allah. Karena
pengeboman tersebutlah, maka Jepang dan sekutunya seperti Jerman dan Italy,
melihat singa yang sedang terbangun. Amerika Serikat terpaksa terlibat di dalam
Perang Dunia II. Di dalam kisah based on
true story Band of Brothers dikisahkan bahwa di dalam episode terakhir,
para tentara Amerika Serikat bertanya, “Mengapa kita harus berperang, mengapa
kita harus ada di sini, mengapa kita harus menderita, mengapa, mengapa, dan
mengapa?” Kemudian di dalam episode selanjutnya dikisahkan bagaimana mereka menemukan
begitu banyak Main Kamp yang dibangun oleh Hitler untuk membantai dan membumi
hanguskan satu etnis: Yahudi dari muka bumi. Ini adalah kekejaman yang
sesungguhnya, ini adalah kejahatan yang sesungguhnya, bukan Allah yang
membiarkan Pearl Harbour seolah-olah menderita. Apa yang terlihat di luar
adalah sesuatu yang belum tentu sesuai dengan esensinya. Inilah yang dilakukan
Tuhan: Tuhan ingin menyelamatkan umat manusia dengan mengizinkan penderitaan
terjadi di dalam sejarah Amerika Serikat. Kita bisa membayangkan jikalau
Amerika Serikat tidak terlibat di dalam Perang Dunia yang diakibatkan tragedy Pearl
Harbour tersebut, mungkin salah satu etnis di dunia, Yahudi sudah lenyap. Ini
jugalah yang terjadi melalui Air Bah. Jikalau Air Bah tidak terjadi, maka Nuh
dan keluarganya lambat laun akan tercemar oleh orang-orang tersebut dan manusia
tidak memiliki pengharapan karena tidak ada satu manusiapun yang benar dimata
Allah. Namun bencana besar yang terjadi tersebut menjadi pintu pengharapan
manusia bahwa masih ada manusia yang benar dimata Tuhan.
Yang
menjadi keaneah manusia berdosa adalah mereka berteriak bahwa Allah kejam, Allah
bersalah karena membiarkan penderitaan, tetapi manusia tidak pernah berkaca. Bahwa bukan Allah yang bersalah, tetapi manusialah yang bersalah dan Tuhan
selalu saja harus mengambil tindakan dan membersihkan seluruh kejahatan yang
bukan berasal dari ulah Allah. Manusia yang berbuat tetapi Allah yang harus
menyelesaikan dan menangani dunia agar tetap berpengharapan. Karena itu,
jikalau terjadi penderitaan dan bencana besar, mari kita tidak langsung
bertanya, “Tuhan mengapa ini terjadi? Mengapa engkau begitu kejam?” Tetapi
tanyalah, “Tuhan, apa yang ingin engkau perbaiki dan apa yang menjadi dosa yang
telah kami lakukan?” Karena Tuhan itu baik dan manusia itu berdosa.