Malam ini kami masih merenungkan tentang tema
Pengampunan. Tema yang berat bukan secara doktrinal, tapi secara aplikasi nya.
Menurut Philip Yancey, alasan pragmatis untuk
mengampuni:
1) Agar kita terlepasdari lingakaran saling
menyalahkan dan kepedihan. Kita selalu menjadikan orang lain menjadi objek
kebencian kita hanya karena alasan sakit hati semata. Batin kita tertekan tidak
henti-hentinya karena emosi yang meluap.
2) Melonggarkan himpitan rasa bersalah dari pihak
pelaku kejahatan. Poin ini yang sangat membuat kami kebingungan. Ternyata waktu
kita mengampuni maka kita sedang melatih diri untuk menjadi orang yang
"self-less". Kesulitan yang double sekaligus keuntungan yang double. Satu
langkah: untuk mengampuni orang yang menyakiti kita saja adalah hal yang sulit,
apalagi maju ke tahap yang lebih lagi: mementingkan kebaikan orang yang
menyakiti tersebut. Keuntungannya: kita terlepas dari depresi kebencian
ditambah lagi latihan rohani untuk menjadi orang yang self-less. Betul-betul
"fitness" rohani yang begitu berat.
3) Kesadaran diri adalah orang berdosa. Melalui
pengampunan kita kembali diingatkan bahwa kita juga adalah orang yang tidak
sempurna, yang mungkin membutuhkan pengampunan dari orang-orang yang kita
sakiti. Dengan pengampunan maka kita sadar bahwa kita tidak lebih baik dari
orang yang menyakiti kita.
#FitnessRohaniBerat #RenunganKeluarga.
No comments:
Post a Comment