Salah satu persoalan yang paling banyak dibicarakan hari ini adalah tentang pemimpin yang harus memiliki akhlak. Menurut Wikipedia, Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu yang baik. Dengan pengertian dari wikipedia ini kita mengerti bahwa salah satu unsur dari akhlak adalah 1) pemikiran ataupun kesadaran kebaikan adalah sesuatu yang esensial. Dia mengerti apa itu perbuatan baik, bagaimana untuk melakukannya, dan alasan untuk berbuat baik. Ini yang pertama. Pengertian yang benar tentang perbuatan baik. Menurut pengajaran agama, Akhlak bisa dimengerti dari kesadaran bahwa manusia adalah mahkluk yang diciptakan oleh Tuhan dan memiliki tugas mulia, yaitu menjadi hamba Tuhan di dalam dunia ini. Untuk menyatakan bahwa manusia adalah citra dan gambar Allah yang menyebarkan kedamaian dan sukacita di dalam dunia ini. Jadi pengertian akhlak yang sesungguhnya adalah agama. Sehingga unsur selanjutnya yang kita mengerti bahwa orang yang berakhlak adalah orang yang 2) berketuhanan atau beragama.
Di dalam pengertian yang lain, akhlak juga memiliki penegertian, yaitu perilaku kehidupan sehari-hari. Dari defenisi ini kita menemukan unsur kedua dari akhlak adalah 3) tingkah laku di dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak tidak hanya memiliki unsur pemikiran saja, tetapi sampai kepada tingkah laku yang dikerjakan di dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti adanya praktik yang baik di dalam keseharian. Apa yang baik tidak hanya berhenti di bangku perkuliahan atan pelajaran agama saja, tetapi tercermin di dalam kehidupan nyata. Inilah yang disebut dengan kebiasaan. Jadi seorang yang berkahlak adalah seorang yang kebiasaanya melakukan apa yang dipikirkannya sebagai sesuatu yang baik.
Unsur ketiga dari akhlak kita bisa temukan dari pengertian yang disampaikan oleh Al-Ghazali, filsufi dan guru agama Islam. Dia mengatakan bahwa Akhlak ialah sifat yang terpatri dalam jiwa manusia yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan senang dan mudah tanpa memikirkan dirinya serta tanpa adanya renungan terlebih dahulu. Jadi kita menemukan prinsip selanjutnya: 4) dengan senang hati. Seorang yang berakhlak melakukan perbuatan baik tidak serta merta karena keterpaksaan atau tugas yang mengikatnya. Tetapi dengan sukacita dan senang hati dia melakukan seluruh perbuatan baik. Kesenangannya bukan sekadar belajar apa yang baik, tetapi kesenangannya adalah melakukan apa yang baik.
Mengenai akhlak ini, ada pertanyaan yang harus kita jawab: “siapakah orang yang berakhlak tersebut?” Apakah orang tersebut harus secara sempurna telah masuk di dalam keempat unsur akhlak di atas ataukah orang yang tidak sempurna juga bisa masuk dalam kategori berakhlak? Menurut salah satu sumber: akhlak bertujuan pula membentuk pribadi muslim yang luhur dan mulia. Dari sumber tersebut dapat dimengerti bahwa akhlak memiliki tujuan untuk membentuk pribadi manusia beragama yang luhur dan mulia. Kata “membentuk” di sini berarti sebuah proses. Akhlak itu berarti sebuah proses yang mana membawa manusia untuk terus di dalam proses untuk menjadi makluk yang luhur dan mulia. Yang mana proses tersebut di dalam dunia tidak akan berhenti akan berlangsung terus menerus. Karena manusia tidak akan mungkin mencapai kesempurnaan di dalam dunia. Ketika seorang yang melakukan dosa tertentu/ khilaf, atau memiliki kekurangan dalam satu aspek tertentuk lalu kita langsung men-cap seseorang tidak berakhlak itu sama saja dengan menyebutkan semua orang di dalam dunia ini tidak berakhlak. Mengapa? Karena siapakah manusia di dalam dunia ini yang sudah sempurna dan tidak pernah salah? Tidak ada. Ketika orang yang memiliki kekurangan kita sebut sebagai orang yang tidak berakhlak maka sama saja kita menyebutkan akhlak itu adalah kesia-siaan dan ilusi. Tetapi akhlak itu adalah sebuah komitmen orang yang sedang di dalam empat unsur tersebut namun tidak sempurna dan senantiasa berpegang untuk tetap di dalam empat unsur akhlak tersebut dengan segala kekurangannya. Akhlak bukanlah kesempurnaan yang terutama, tetapi akhlak itu adalah komitmen.
Di dalam pengertian yang lain, akhlak juga memiliki penegertian, yaitu perilaku kehidupan sehari-hari. Dari defenisi ini kita menemukan unsur kedua dari akhlak adalah 3) tingkah laku di dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak tidak hanya memiliki unsur pemikiran saja, tetapi sampai kepada tingkah laku yang dikerjakan di dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti adanya praktik yang baik di dalam keseharian. Apa yang baik tidak hanya berhenti di bangku perkuliahan atan pelajaran agama saja, tetapi tercermin di dalam kehidupan nyata. Inilah yang disebut dengan kebiasaan. Jadi seorang yang berkahlak adalah seorang yang kebiasaanya melakukan apa yang dipikirkannya sebagai sesuatu yang baik.
Unsur ketiga dari akhlak kita bisa temukan dari pengertian yang disampaikan oleh Al-Ghazali, filsufi dan guru agama Islam. Dia mengatakan bahwa Akhlak ialah sifat yang terpatri dalam jiwa manusia yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan senang dan mudah tanpa memikirkan dirinya serta tanpa adanya renungan terlebih dahulu. Jadi kita menemukan prinsip selanjutnya: 4) dengan senang hati. Seorang yang berakhlak melakukan perbuatan baik tidak serta merta karena keterpaksaan atau tugas yang mengikatnya. Tetapi dengan sukacita dan senang hati dia melakukan seluruh perbuatan baik. Kesenangannya bukan sekadar belajar apa yang baik, tetapi kesenangannya adalah melakukan apa yang baik.
Mengenai akhlak ini, ada pertanyaan yang harus kita jawab: “siapakah orang yang berakhlak tersebut?” Apakah orang tersebut harus secara sempurna telah masuk di dalam keempat unsur akhlak di atas ataukah orang yang tidak sempurna juga bisa masuk dalam kategori berakhlak? Menurut salah satu sumber: akhlak bertujuan pula membentuk pribadi muslim yang luhur dan mulia. Dari sumber tersebut dapat dimengerti bahwa akhlak memiliki tujuan untuk membentuk pribadi manusia beragama yang luhur dan mulia. Kata “membentuk” di sini berarti sebuah proses. Akhlak itu berarti sebuah proses yang mana membawa manusia untuk terus di dalam proses untuk menjadi makluk yang luhur dan mulia. Yang mana proses tersebut di dalam dunia tidak akan berhenti akan berlangsung terus menerus. Karena manusia tidak akan mungkin mencapai kesempurnaan di dalam dunia. Ketika seorang yang melakukan dosa tertentu/ khilaf, atau memiliki kekurangan dalam satu aspek tertentuk lalu kita langsung men-cap seseorang tidak berakhlak itu sama saja dengan menyebutkan semua orang di dalam dunia ini tidak berakhlak. Mengapa? Karena siapakah manusia di dalam dunia ini yang sudah sempurna dan tidak pernah salah? Tidak ada. Ketika orang yang memiliki kekurangan kita sebut sebagai orang yang tidak berakhlak maka sama saja kita menyebutkan akhlak itu adalah kesia-siaan dan ilusi. Tetapi akhlak itu adalah sebuah komitmen orang yang sedang di dalam empat unsur tersebut namun tidak sempurna dan senantiasa berpegang untuk tetap di dalam empat unsur akhlak tersebut dengan segala kekurangannya. Akhlak bukanlah kesempurnaan yang terutama, tetapi akhlak itu adalah komitmen.
No comments:
Post a Comment