Friday, 10 June 2016

Konsep Puasa Menurut Nabi Yeremia

Bacaan Utama: Yesaya 58:3-7

Puasa sebagai disiplin rohani sangat jarang dilakukan oleh gereja-gereja Calvinist. Ini bukan termasuk di dalam tradisi yang mendarah daging di dalam kehidupan orang-orang Calvinist. Lalu kecenderungan gereja-gereja Calvinist menjadi kurang melihat signifikansi dari disiplin spiritual seperti puasa. Mengapa?  Karena bukan puasa atau disiplin rohani yang membuat kita berkenan dihadapan Allah. Memang itu benar, kita melakukan disiplin rohani bukan karena mau diselamatkan. Tetapi kita melakukan disiplin rohani karena kita sudah diselamatkan dan kerohanian kita harus bertumbuh.


Kritik Yesus terhadap orang Farisi yang berpuasa. Yesus mengatakan bahwa orang Farisi yang berpuasa itu munafik. Mengapa munafik? Bukan karena puasanya, tetapi karena sikap dari orang Farisi. Dia memamerkan dirinya sedang berpuasa agar terlihat lebih rohani dari yang lain. Jadi, Yesus sama sekali tidak menentang puasa, tetapi menentang kemunafikan orang yang berpuasa.

Namun, sebagai orang Calvinist yang sola scriptura, maka kita sebenarnya seharusnya melihat bahwa puasa memiliki posisi yang penting di dalam kehidupan kerohanian kita. Alkitab sangat banyak berbicara tentang perihal puasa. Di dalam PL begitu banyak bicara tentang puasa; di dalam PB juga berbicara tentang puasa. Demikian juga kita melihat di dalam praktik gereja mula-mula orang-orang Kristen juga melakukan puasa.

Alkitab berbicara banyak tentang puasa dalam kategori makanan.  Puasa tidak hanya masalah makanan. Karena ada orang-orang yang tidak mampu untuk berpuasa dalam kategori makanan: maag akut, atau penyakit yang lain. Inti dari dari puasa adalah menyerahkan sesuatu yang sangat kita butuhkan atau kita senangi dan meluangkan waktu lebih banyak dan memfokuskan diri untuk Tuhan. Misalnya di dalam 1 Kor. 7:1-5 ada puasa sexual di dalam pernikahan untuk memfokuskan diri kepada Tuhan.


Jenis-jenis puasa:

  1. Puasa penuh: tidak makan dan tidak minum. Ini yang dilakukan oleh Yesus di padang gurun; dilakukan Paulus; dan juga Ester. Mereka tidak makan dan minum.
  2. Puasa yang parsial: tidak memakan makanan tertentu ketika makan. Dia tidak memakan makanan dan minuman yang nikmat seperti daging dan juga anggur. (Dan. 10:2-3); hanya makan sayur dan air putih (Dan. 1:12)
  3. Puasa sexual (1 Kor. 7:3-6). 
  4. John Calvin juga sangat menekankan agar setiap pengajar Firman menekankan pentingnya puasa di dalam kehidupan bergereja. John Calvin menggunakan kata “mendesak.” -  pengajar Firman Tuhan harus mendesak jemaat untuk melakukan puasa.



HATI-HATI! Alkitab sangat hati-hati tentang pantangan terhadap makanan. Karena seringkali pantangan tersebut adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan.


KONSEP YANG SALAH TENTANG PUASA:

  • Menganggap suatu makanan jahat.

Mereka mengatakan jangan makan ini jangan makan itu karena menganggap makanan tertentu adalah jahat.
Tetapi Alkitab mengajarkan hal yang sama sekali berbeda. Alkitab melihat makanan adalah baik:
Yesus mengatakan bukan apa yang dari luar yang menajiskan manusia, tetapi apa yang keluar dari dalam manusia. Jadi, makanan bukanlah jahat. 15 Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya." (Mar 7:15 ITB). Paulus katakan di dalam 1 Tim. 4:4 bahwa semua ciptaan Tuhan adalah baik dan tidak satupun yang haram. Konteks pergumulan Paulus adalah ada ajaran yang mengatakan bahwa makanan dan sex itu adalah jahat.
Mengapa makanan baik? Karena makanan mengisi kebutuhan fisik kita dan makanan bisa menjadi sebuah alat untuk mengucap syukur atas kebaikan Tuhan. Karena kenikmatan di dalam kecapan merupakan sebuah sarana untuk mengucap syukur terhadap kebaikan Tuhan yang menciptakan dunia yang begitu indah. Misalnya John Calvin ketika bertemu adalah orang yang suka bersama-sama dengan temannya untuk menikmati anggur yang baik. Tetapi jangan sampai makanan dan minuman tersebut membawa kita jauh daripada Tuhan sehingga makanan dan minuman itu menjadi Tuhan kita.
Pertanyaan: bagaimana dengan makanan yang dilarang karena isu medis? Ada dua kemungkinan:
Bukan karena makanan itu tidak sehat namun karena tubuh kita yang lemah dan tidak bisa menerima makanan itu;
Mungkin yang kita anggap makanan itu sebenarnya tidak di desain oleh Tuhan untuk dimakan, tetapi karena dosa dan kerakusan, maka manusia tetap memakan.


  • Puasa adalah tindakan asketisme: menghukum diri.

Puasa juga tidak dilakukan dalam kategori asketis, yaitu untuk membatasi fisik atau menghukum daging kita karena kita anggap daging kita berdosa dan menghalangi kita dekat kepada Tuhan. Kita tidak melihat tubuh adalah jahat dan roh adalah baik.
Konsep ini tidak bisa diterima. Karena ketika Tuhan menciptakan manusia maka Tuhan menciptakan tubuh dan roh baik adanya; ketika manusia jatuh dalam dosa maka arah dari tubuh, tetapi tidak hanya tubuh tetap arah dari roh juga ke arah dosa; ketika manusia ditebus, bukan hanya roh tetapi tubuh juga ditebus oleh Allah. Sehingga perendahan dari tubuh tidak bisa kita terima. Kita berpuasa bukan karena tubuh berdosa.
Tidak semua asketisme itu salah. Asketisme secara literal berarti exercise/ berlatih. Asketisme kita terima dalam pengertian yang benar, bukan dalam pengertian tubuh harus dibatasi, dihukum karena tubuh ini jahat. Tetapi kita mengerti asketisme dengan tujuan:
medis/ kesehatan fisik,
untuk memfokuskan diri kepada Allah dan anugerahnya.


  • Puasa untuk  membuat Tuhan untuk melakukan apa yang kita mau.

Jangan sampai kita berpikir jikalau kita berpuasa maka Tuhan akan berhutang kepada kita sehingga dia akan melaksanakan apapun yang kita inginkan. Misalnya kita puasa untuk dapat mobil ferari, lamborgini, atau jet pribadi. Tidak usah puasa, itu pasti sia-sia.
Di dalam puasa, maka yang kita cari adalah kehendak Tuhan, bukan kehendak kita. Contoh adalah Raja Daud. Daud berpuasa mengharapkan Tuhan mengabulkan keinginannya agar anak yang dikandung Betsyeba tidak mati. Tetapi Daud lebih menginginkan kehendak Tuhan bukan keinginannya. Sehingga kita melihat ketika seorang datang kepada Daud dan mengatakan bahwa anak Betsyeba telah mati, maka dia langsung berhenti berpuasa dan makan. Mengapa? Karena dia tidak pernah memaksa Allah dengan puasanya. Dia lebih tertarik untuk mengerti apa yang Tuhan mau di dalam pergumulan tersebut.


MENGAPA KITA HARUS BERPUASA? Puasa merupakan sebuah latihan rohani, untuk:

  • Mengingatkan kita bahwa makanan tidak menjadi Tuhan kita. Paulus di dalam Fil. 3:19 mengatakan bahwa “Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka.” Seringkali orang mengalami kerusakan hidup karena mereka melihat makanan adalah Tuhan. Makanan adalah sesuatu yang menguasai direction kehidupan mereka. Untuk apa cari uang banyak? Untuk makan. Untuk apa jauh-jauh pergi? Untuk makan. 



  • Mengingatkan kita apa itu lapar yang sesungguhnya. Waktu kita berpuasa maka kita akan merasakan lapar. Waktu kita merasa lapar maka kita diingatkan bahwa kelaparan yang utama bukanlah kelaparan fisik ini tetapi kelaparan kepada Allah. Sehingga waktu kita lapar kita berjuang dan senantiasa mengingat kepada Tuhan, “Ya Tuhan. Bukan kelaparan ini yang paling utama, tetapi kelaparan terhadap Engkau.” Semakin kita lapar maka ingatan tersebut semakin kuat.  Kurangnya “rasa lapar” kita kepada Allah bukan karena Allah itu tidak enak atau Allah itu menjijikkan, tetapi karena rasa lapar kita sudah diisi oleh yang lain, yaitu makanan. Karena itu kita harus melatih diri dengan berpuasa agar kita dapat mengurangi rasa lapar atau hasrat kita terhadap makanan sehingga itu bisa menambah rasa hasrat kita kepada Allah. 



  • Untuk merendahkan diri sehingga mengingatkan betapa rapuhnya kita. Maz. 35:13 mengatakan bahwa Daud berpuasa untuk merendahkan diri. Di dalam bahasa aslinya, kata “menyiksa diri” lebih tepat sebagai merendahkan diri. Bagaimana puasa bisa merendahkan diri kita? Ketika kita berpuasa maka kita sadar bahwa kita lemah tanpa sesuatu yang ada di luar kita. Manusia sering sombong karena menganggap dirinya pintar, bisa segala sesuatu, dan self-sufficient. Tetapi waktu berpuasa, maka dia sadar bahwa dia ternyata tidak sekuat apa yang dia pikirkan. Dia membutuhkan sesuatu diluar dirinya untuk bisa bertahan. Lalu yang terpenting sebagai orang Kristen ketika berpuasa mengerti bahwa di luar diri-Nya dia membutuhkan Tuhan lebih dari dia membutuhkan makanan; Tuhan adalah kebutuhan utama kita. Kita lemah tanpa Tuhan. Seperti sebuah lagu kataka, “Kita tanpa Tuhan adalah butiran debu.”



  • Untuk mengerti Kehendak Allah. Musa di atas gunung Sinai sebelum menerima Firman Tuhan, maka dia berpuasa (Kel. 34). Samuel meminta orang-orang Israel untuk berpuasa (1 Sam. 7) ketika harus beperang melawan orang-orang Filistin. Demikian juga Elia ketika dikejar-kejar oleh Ahab dan Izebel, maka di padang gurun dia melakukan perjalanan ke gunung Horeb sambil berpuasa selama 40 hari untuk mengerti kehendak Allah. Setelah berpuasa maka dia mendengarkan perkataan Tuhan dari angin sepoi-sepoi (1 Raj. 19). 


Jadi, puasa adalah salah satu kegiatan rohani untuk membawa kita mengerti kehendak Allah. Di dalam puasa maka kita lebih banyak waktu untuk menggumulkan apa yang Tuhan mau di dalam problem-problem yang kita hadapi. Seringkali kita bingung, namun kita lupa melakukan langkah spiritual, yaitu berpuasa. Sehingga kita terus-menerus mengalami kebingungan.

KAPAN SAJA ORANG KRISTEN BERPUASA?

  • Mempersiapkan satu pelayanan.

Di dalam Kis. 13:1-3 dikatakan bahwa jemaat di Antiokia berpuasa untuk mempersiapkan pelayanan misi Paulus dan Barnabas. Demikian juga kita di dalam pelayanan kita seringkali kita melakukan puasa untuk mempersiapkan diri kita di dalam pelayanan. Di dalam puasa, lita memohon kepada Tuhan bahwa kita lemah dan tidak memiliki kekuatan apapun di dalam melakukan pekerjaan Tuhan tanpa belas kasihan dari Tuhan.
Ini merupakan hal yang sangat penting di dalam pelayananan kita. Ketika kita sedang mempersiapkan diri di dalam suatu pelayanan, maka kita berpuasa agar Tuhan berikan kekuatan. Misalnya sekarang ini panitia KIN sedang berpuasa untuk persiapankan pelayanan KIN.


  • Tindakan Pertobatan atau meminta pengampunan dari Tuhan.

Setelah Yunus memberitakan tentang penghakiman yang akan Tuhan lakukan kepada Niniweh, maka orang-orang Niniweh bertobat dan ekspresi dari pertobatan dan memohon pengampunan dari Tuhan adalah dengan berpuasa.
Demikian juga Daud, waktu Daud tahu bahwa Tuhan akan menghukum Daud dengan kematian anak hasil perzinahan dengan Batsyeba, maka Daud berpuasa sebagai bentuk pertobatan dari Daud.
Waktu kita mengalami kegagalan-kegagalan di dalam kehidupan kerohanian kita, seharusnya ekspresi kita adalah berpuasa. Karena ketika sadar akan dosa-dosa kita, makanan bukan merupakan hal yang penting untuk kita utamakan tetapi merenungkan dosa kita dan mengkoreksi diri kita dihadapan Allah.


  • Memfokuskan diri untuk berdoa dan bersedekah.

Bapak Gereja seperti Origen dan Augustine ketika menafsirkan Mat. 6, maka mereka melihat kegiatan puasa tidak bisa dipisahkan dengan i) kegiatan doa yang lebih banyak atau ii) memberikan sedekah lebih banyak. Di dalam Mat. 6 dimana kewajiban rohani yang dikatakan Yesus ada tiga hal: i) puasa; ii) berdoa; iii) memberikan sedekah. Mereka dengan cara menggunakan waktu makan mereka untuk berdoa atau memberikan apa yang harusnya mereka makan untuk orang-orang miskin.


No comments:

Post a Comment

Artikel Terpopuler

Saturn Devouring His Son - Fransico Goya (1819)

Salah satu lukisan yang paling mengerikan sepanjang sejarah: Saturn devouring his son yang dilukis oleh pelukis spanyol Francisco Goya (18...