Lukisan ini
dilukis sekitar 1490-150, ketika Bosch berumur 40 – 60 tahun. Dianggap
sebagai lukisan yang paling ambisius oleh Bosch karena memperlihatkan
kompleksitas arti dari gambaran tersebut.
Sebagai seorang
yang begitu religius, lukisan ini dibuat oleh Bosch sebagai peringatan akan
bahaya dari pencobaan-pencobaan di dalam hidup. Lukisan ini dikehendaki untuk
dibaca secara kronologis dari kiri ke kanan:
1.
Kiri – Creation (paradise)
Ada sebuah
gambaran dimana Allah menghadirkan Hawa kepada Adam. Sebelum Hawa diberikan
kepada Adam, maka Allah memberkati Hawa. Ketika seorang wanita diberikan kepada
seorang pria maka itu adalah berkat yang diberikan kepada Tuhan. Sehingga
sebuah hubungan pernikahan tidak boleh dianggap main-main karena Allah sendirilah
yang menghendaki, memberikan, dan memberkati wanita yang diberikan tersebut
kepada sang pria. Karena itu Alkitab juga memerintahkan seorang laki-laki
mengasihi perempuan yang diberikan Allah menjadi istrinya. Demikian juga karena
Tuhan yang memberikan wanita itu kepada pria, maka di dalam sebuah keluarga
yang dibentuk Tuhan tersebut harus pertama-tama bertujuan untuk melayani Allah
yang membentuk mereka. Di dalam lukisan tersebut terlihat ekspresi ketakjuban
dan kekaguman dari Adam. Dan seorang yang bernama Fraenger telah
mengidentifikasi tiga pesan dari gambaran Adam yang sedang takjub tersebut:
- ada sebuah kejutan (dalam
artian positif) yang dirasakan oleh Adam karena kehadiran Tuhan,
- dia menyadari bahwa Hawa
adalah seorang yang memiliki natur yang sama dengan dirinya yang adalah
seorang manusa, dan Hawa telah diciptakan dari tubuhnya sendiri,
- dari tatapan Adam yang
begitu intens, dapat disimpulkan bahwa dia mengalami ketergairahan/ hasrat
seksual (yang suci – sebagai sebuah bagian seorang manusia yang diciptakan
oleh Allah) dan sebuah dorongan penting untuk bereproduksi pertama kalinya
(sebagaimana memang Tuhan sudah perintahkan manusia untuk bereproduksi –
“berkembangbiaklah dan bertambahbanyaklah…”).
2.
Tengah – Moral warning (a panorama of paradise lost)
Namun manusia
memilih untuk hidup diluar keindahan dan kenikmatan yang berasal dari Allah.
Mereka memilih jalan mereka sendiri untuk mencari kenikmatan hidup. Peter S.
Beagle mendeskripsikan sebagai sebuah kekacauan nafsu birahi yang mengubah arah
kita kepada kehancuran immoralitas seks. Dunia yang menjadi tempat yang penuh
dengan kebebasan yang sebebas-bebasnya yang sungguh memabukkan. Bagian ini
berada di dalam posisi paralel dengan bagian paling kiri (bagian creation)
yang ingin menekankan adanya hubungan antara kedua kisah ini. Gambaran manusia
yang ada di dalam bagian tengah terlibat di dalam berbagai aktivitas percintaan
baik secara berpasangan ataupun secara berkelompok. Gibson mendeskripsikan ini
sebagai sebuah perilaku begitu berlebihan dan tanpa rasa malu sedikitpun.
Begitu banyak gambaran manusia yang ada di dalamnya bersukacita di dalam
kedagingan tanpa adanya rasa kebersalahan. Mereka tidak punya lagi kesadaran
diri bersukacita di dalam seluruh kenikmatan inderawi, sebagian dari mereka bahkan
bersukaria bersama-sama dengan binatang yang seolah-olah mereka memiliki natur
yang sama dengan para binatang tersebut yang hidup hanya untuk memuaskan nafsu
instingsi mereka. Demikianlah gambaran orang berdosa yang dengan bangga dan
tanpa rasa bersalah lagi. Mereka hidup tertipu oleh dosa dan lupa natur mereka
adalah gambar dan rupa Allah. Mereka berlaku seperti binatang yang hanya hidup
untuk memenuhi kebutuhan birahi dan kedagingan tanpa adanya keterikatan
terhadap aturan Allah yang sebenarnya membebaskan dan memberikan kehidupan. Di
bagian ini juga dilukiskan sekelompok wanita telanjang yang pada salah satu
kepala mereka dihiasi dua buah ceri yang merupakan simbol sebuah kesombongan
ataupun kebanggaan (pride). Disamping kirinya ada seorang pria yang
meminum sebuah minuman yang dituang dari sebuah bejana dengan begitu bernafsu.
Demikianlah manusia yang hidup di dalam kedagingan mereka. Mereka merasa mereka
sudah hidup di dalam kenikmatan surgawi, yang mana sebenarnya adalah sebuah
kepalsuan yang mereka ciptakan sendiri. Mereka dengan rela dan sukacita menipu
diri mereka sendiri (self deception) untuk mendapatkan kenikmatan yang melawan
Allah. Mereka dengan bangga tanpa perasaan bersalah sama sekali di dalam nafsu
birahi mereka. Tanpa sadar mereka sedang dibiarkan oleh Tuhan berjalan
dipinggir jurang maut dan sedikit lagi mereka akan tergelincir dan akan binasa.
Sebagaimana yang dikatakan di Roma 1:18ff, Tuhan sedang menghukum (membiarkan)
mereka tenggelam di dalam nafsu mereka yang mana akan membawa mereka berjalan
lurus ke arah pintu neraka. Setelah mereka sadar, segalanya telah terlambat,
mereka sudah masuk ke dalam neraka, pintu telah tertutup dan mereka tidak dapat
kembali lagi.
3.
Kanan – Judgement

Lukisan ini
dibuat sebagai peringatan akan bahaya dari pencobaan-pencobaan di dalam hidup.
Di sana terlihat ada alat-alat musik, dimana manusia dihakimi karena apa
yang menjadi selera mereka. Ada juga gambar kuping raksasa, yang mana mereka
adalah seorang yang suka mendengar sesuatu yang hanya menikmatkan telinga.
Diperlihatkan bahwa manusia akan dihakimi berdasarkan dosa yang mereka nikmati
di dalam hidupnya. Lukisan ini merupakan peringatan keras terhadap dunia yang
sudah dianggap sebagai surga bagi orang-orang hidup di dalam birahi ini.
Haruslah kita mawas diri sebagai seorang Kristen sekalipun. Kita diminta untuk
hidup berbuah, bukan hidup berdasarkan jalan dunia ini. Biarlah kita dianggap
sebagai orang-orang bodoh bagi dunia karena tidak mengikuti hikmat nafsuwi
mereka. Sebagaimana Yakobus mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati;
Yakobus pernah menantang orang-orang Kristen tunjukkanlah imanmu tanpa
perbuatan, maka aku akan tunjukkan imanku dengan perbuatanku. Biarlah lukisan
ini menjadi renungan bagi kita semua di dalam menjalankan hidup dan taat demi
nama Tuhan
No comments:
Post a Comment