Amsal 22:3 Kalau orang bijak melihat
malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan
terus, lalu kena celaka.
Melalui
ayat ini kita bisa belajar beberapa karakter orang bijaksana:

2.
Bersikap Tekun. Seorang yang mampu mengantisipasi
adalah seorang yang terlebih dahulu mampu mengobservasi keadaan sekeliling.
Pengobservasian bukanlah sebuah pekerjaan yang gampang. Pekerjaan tersebut
membutuhkan ketekunan karena harus meneliti berbagai entitas, berbagai data yang ada di sekelilingnya,
sehingga dia berani mengambil keputusan. Tindakan seperti ini tentulah harus
memiliki ketekunan yang tinggi. Pada zaman ini begitu banyak orang Kristen yang
memiliki mental “mie instant”, artinya berharap tunggu beberapa detik berharap sudah
langsung mendapatkan hasil, sudah langsung bisa membawa pulang kesimpulan. Ingin
sembuh hanya mengandalkan muzizat, ingin kaya hanya mengandalkan berkat-berkat
dari Tuhan dengan muzizat yang instant. Padahal Alkitab mengajarkan bahwa
seringkali Tuhan lebih memakai cara ketekunan daripada hal-hal bersifat
instant. Misalnya saja kasus orang-orang Israel ketika keluar dari Mesir. Untuk
bisa masuk ke tanah Kanaan, sebenarnya Tuhan bisa saja dengan instant dalam
hitungan bulan membawa mereka masuk. Tetapi ini bukan cara Allah. Allah lebih
menginginkan mereka untuk berkeliling padang pasir selama 40 tahun. Tuhan
mendidik mereka di dalam ketekunan sehingga mereka bertumbuh. Tuhan mendidik
mereka di dalam ketekunan sehingga teruji siapa yang beriman dan berserah
kepada Tuhan dan siapa yang tidak. Hal ini juga harusnya dimiliki oleh umat Allah
yang sejati. Mengapa? Karena inilah karakter orang bijaksana. Tuhan pernah
menawarkan sebuah jalan keluar bagi Musa yaitu jalan instant menuju Kanaan.
Tuhan mengatakan kepada Musa bahwa dia akan mengirimkan malaikatnya di depan
Israel dan malaikat tersebut menghantam seluruh musuh-musuh Israel sehingga
dengan instant Israel bisa masuk ke dalam tanah Kanaan. Jikalau Musa adalah
orang Kristen zaman sekarang, maka Musa akan mengatakan, “Syukur. Inilah jalan
yang terbaik. Tanpa ketekunan, kami bisa mendapatkan hasil.” Tetapi bukan itu
respon Musa. Musa mengatakan, “Lebih baik kami mati di padang gurun ini,
jikalau Tuhan tidak bersama-sama kami.” Apa hubungan antara jalan instant ini
dengan ketidakhadiran Tuhan? Artinya Musa mengerti bahwa jalan instant adalah
jalan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Ini adalah cara malas, bukan
cara orang bijaksana. Tuhan mengharapkan ketekunan umat-Nya. Berkali-kali orang
Israel mengharapkan hal yang nikmat, hal yang instant. Demi ke-instanan
tersebut maka orang Israel rela membuang Tuhan berkali-kali. Percayalah, ketka
kita mencari jalan yang pintas, maka seringkali kita akan lupa Tuhan dan kita tidak
memiliki kesempatan bertekun dan bergumul dihadapan Tuhan. Inilah ciri-ciri
orang bijaksana: bertekun!
3.
Tidak mau “bermain-main” dengan kejahatan atau
malapetaka. Jikalau kita melihat di dalam bentuk bahasa Yunani-nya, kata
melihat memiliki tense “aorist”. Tense ini berarti sesuatu yang
dikerjakan dan hanya dikerjakan sekali dan tidak akan diulangi lagi. Di dalam
hal ini, seorang bijaksana ketika dia telah berhasil meneliti bahwa segala
keadaan di sekitar akan membawa malapetaka atau sesuatu yang diperbuatkan akan
menimbulkan kejahatan atau malapetaka, maka dia tidak akan bermain-main dengan
malapetaka tersebut. Dia tidak akan memikirkan ulang apakah dia masih bisa
mengambil keuntungan dari apa yang dia akan lakukan tersebut. Dia seorang yang
akan tidak pernah melihat ke belakang lagi. Sebagaimana dengan kasus Lot dan
Istrinya. Lot mengerti apa yang dikatakan oleh Tuhan, segala sesuatu akan
menjadi malapetaka di Sodom dan Gomora. Sodom dan Gomora harus ditinggalkan,
tidak perlu memikirkan ulang lagi. Tidak perlu bermain-main dengan malapetaka
yang akan terjadi. Keputusan dari Allah adalah harus tinggalkan. Lot memiliki
kebijaksanaan yang demikian. Dia tahu tidak boleh melihat ke belakang lagi
sebagaimana yang Tuhan perintahkan. Tetapi berbeda dengan istri Lot yang tetap
menimbang-nimbang ulang, tetap ini mencari ruang apakah ada keuntungan atau
kenikmatan di dalam malapetaka tersebut. Istri Lot melihat ke belakang dan dia binasa
bersama dengan malapetaka tersebut. Sekali lagi, orang bijaksana ketika sudah
menimbang dan melihat akan terjadi malapetaka disekitarnya atau keputusan yang
dia akan lalukan, maka dia akan bersembunyi dari malapetaka tersebut dan tidak
akan memikirkan ulang kembali. Hanya sekali dan keputusan seorang bijak, “Aku
tidak akan bermain-main dengan malapetaka.” Di dalam bahasa mandarin, kata
malapetaka senantiasa berlawanan dengan kata bahaya. Kedua hal ini adalah
sesuatu yang tidak mungkin berdekatan apalagi sesuatu yang tidak melahirkan
yang lain. Maksudnya bahaya tidak mungkin akan melahirkan kesempatan atau
keuntungan, demikian juga sebaliknya. Karena itu ketika seorang Chinese
mengetahui ini adalah bahaya, maka dia akan segera pergi tanpa memikirkan ulang
apakah ada keuntungan yang akan didapatkan di dalam kebahayaan tersebut. Karena
itu di dalam mandarin, kata krisis (kesulitan) berasal dari dua kata, yaitu
kebahayaan/malapetaka dan kesempatan. Artinya kedua kata tersebut itu
berlawanan. Memang kesulitan bisa membawa kebahayaan atau membawa kesempatan.
Tetapi kebahayaan tidak akan mungkin membawa kesempatan atau keuntungan sama
sekali.
No comments:
Post a Comment