Jangan berbicara di telinga
orang bebal, sebab ia akan meremehkan kata-katamu yang bijak. (Amsal 23:9)
Berdebat bukan melulu
adalah hal yang keliru. Meskipun seringkali debat akan membawa kita hanya
sekadar ingin menang sendiri dan tidak sedikit orang yang berdebat emosi dan
melakukan kericuhan. Memberikan argumen untuk menjelaskan secara rasional suatu
kebenaran adalah sesuatu yang pantas dan tentu harus dilakukan oleh seorang
yang bijaksana. Yesus sendiri ketika diajak berdebat oleh orang Farisi dan para
pemuka agama lainnya, maka Yesus menjelaskan secara rasional setiap tindakan
yang dilawan oleh para lawan nya (Lukas 7: 36-50; Matius 23:1-36). Namun sebagaimana
yang dilakukan Yesus juga – Dia diam ketika dihakimi oleh para imam agama dan
Majelis Agama karena menganggap itu adalah hal yang tidak penting dilakukan
karena dia sedang menghadapi orang-orang bebal yang tidak akan menerima seluruh
argumennya, karena mereka benci terhadap kebenaran (Mat. 26:57-68). Orang yang
bijak, ketika penjelasan dan ajakan berdebat secara rasional dan bijaksana
tidak dihargai, maka menurut Amsal, orang bijak akan tahu bahwa itu adalah
waktu yang tepat untuk berhenti. Mengapa? Karena orang bebal tersebut hanya
akan meremehkan setiap perkataan kita. Orang bebal adalah orang yang keras hati
yang yang hanya percaya apa yang mereka ingin percaya.
Kata meremehkan di sini, di dalam bahasa aslinya
adalah בּוז yang berarti menghina. Jadi, bukan sekadar meremehkan, atau menganggap
perkataan orang bijak adalah sesuatu hal yang enteng, tetapi secara aktif
menghina. Mengina di sini bisa dapat artian hate speech, perkataan kotor, atau
melakukan et hominem (menghina
pribadi dari lawan bicara). Menurut Amsal, sikap yang bijaksana untuk
menghadapi orang demikian adalah menghentikan percakapan dan tidak perlu lagi
melakukan argumen atau adu debat dengan orang-orang bebal, karena itu adalah
suatu usaha menjaring angin. Tidak akan ada faedahnya, justru kita akan
terjerat, bahkan membawa kita kepada level kebebalan mereka. Kita menjadi marah,
bahkan bisa saja kita terpancing melakukan hal-hal bodoh seperti adu mulut,
bahkan adu jotos. Dalam kondisi tersebut, lebih baik menahan diri, menelan
seluruh kepahitan ketika dihina, dan pergi dari mereka sebagai orang bijaksana.
No comments:
Post a Comment