Amsal
28:26 Siapa percaya kepada hatinya
sendiri adalah orang bebal, tetapi siapa berlaku dengan bijak akan selamat.
Hati
manusia merupakan sebuah gambaran akan inti dari manusia yang menggerakkan
keseluruhan pribadinya, baik pikiran, perasaan, maupun kehendak. Apa yang ada
di dalam hati manusia, akan tergambar dari seluruh tindak tanduk dan juga
perkataannya. Banyak orang yang bangga dengan isi hati mereka. Mereka dengan
semangat mengikuti apa yang menjadi kata hati mereka. Hal ini sering disebut
intuisi. Perilaku seperti ini juga sering disebut sebagai tindakan
self-confidence atau percaya kepada diri sendiri. Jikalau kita membaca Amsal
28:26, seorang yang bijaksana bukanlah
seorang yang self-confidence. Seorang
yang bijak tidak akan terlalu percaya dengan isi hatinya, dia senantiasa
bersikap skeptis dengan seluruh apa yang hatinya anggap benar. Mengapa? Karena
manusia pada dasarnya berdosa. Salah satu penulis Mazmur mengatakan bahwa
bahkan sejak dikandung ibu kita, kita adalah orang yang berdosa. Isi hati kita
berdosa, busuk, dan senantiasa lebih sering ingin melakukan hal-hal yang
berdosa, yang tidak diperkenankan oleh Tuhan. Meskipun kita belajar banyak
tentang agama, moralitas, etika, dan lain sebagainya, hati kita tetaplah hati
yang berdosa. Dengan kesadaran tersebut, maka Amsal menganjurkan bahwa orang
yang bijak haruslah waspada dengan hatinya sendiri.
Sebenarnya
slogan self-confidence adalah slogan
yang tidak berpadanan dengan karakter kebijaksanaan menurut alkitab bahkan Amsal
secara aktif mengatakan bahwa tindakan self-confidence merupakan sebuah
tindakan yang bodoh. Disebut bodoh karena self-confidence cenderung akan
menghantarkan manusia kepada kehancuran dan jauh dari Tuhan karena isi hati
manusia yang senantiasa terarah kepada hawa nafsu dan keinginan dunia. Lalu apa yang menjadi alternatif dari self-confidence? Menurut Amsal orang
bijaksana akan walk wisely. Kata wisely disini berasal dari kata wisdom (חָכְמָה).
Prinsip paling fundamental dari kebijaksanaan di dalam Alkitab adalah takut
akan Tuhan. Tidak ada kebijaksanaan yang terlepas dari realitas ultimate,
yaitu Tuhan. Tanpa takut akan Tuhan, maka kebijaksanaan adalah sekadar
pengetahuan yang sama saja nasibnya dengan self-confidence,
yang cenderung akan membawa manusia melakukan tindakan-tindakan bodoh dan
berdosa. Karena itu, alternatif dari self-confidence
adalah 1) mencurigai hati sendiri, dan 2) takut akan Tuhan.
No comments:
Post a Comment