Amsal 25:12 Teguran orang yang bijak adalah seperti cincin emas dan hiasan
kencana untuk telinga yang mendengar.
Amsal
25:12 menyatakan bahwa salah satu ciri-ciri seorang bijaksana adalah seorang
yang ingin menegur ketika melihat sesuatu yang salah atau sesuatu yang perlu
diarahkan. Teguran merupakan hal yang berharga yang bisa diberikan oleh seorang
yang bijaksana. Itu merupakan salah satu kemurahan yang mereka bisa berikan
kepada orang-orang yang ada di sekeliling mereka karena tidak jarang teguran mengubah
hidup seseorang. Seorang yang pernah ditegur adalah seorang yang memiliki
kesempatan yang besar untuk bisa menjadi orang yang lebih baik lagi dan
terhindar dari keadaan-keadaan yang memalukan bahkan menghancurkan hidupnya. Dalam audisi American Idol, tampillah seorang kontestan yang begitu percaya
diri. Ia meyakinkan para juri bahwa ia adalah bintang masa depan. Namun,
sewaktu ia mulai bernyanyi, suaranya sedemikian buruk sehingga selang beberapa
detik para juri terpaksa menghentikannya. Ia berkata dengan marah, “Bagaimana
bisa kalian tidak melihat talenta saya? Selama ini tidak pernah ada yang
mengkritik suara saya!” Peserta audisi American Idol tersebut
tidak pernah mendapatkan teguran betapa buruknya suaranya. Karena tidak ada
yang menegur, maka dia merasa suaranya indah, memiliki talenta yang besar, namun
pada akhirnya dia mempermalukan dirinya sendiri. Amsal mengatakan bahwa seorang yang tidak
menerima teguran, maka di kemudian hari orang tersebut akan menyesal dan
mengatakan, “Ah, mengapa aku benci terhadap teguran.” (Amsal 5:12).
Teguran
di dalam perspektif Kitab Suci memiliki makna yang mendalam. Teguran bukan
berarti kicauan tanpa makna yang sekadar untuk menyatakan kemarahan. Teguran
tidak berarti umpatan-umpatan kekecewaan yang berujung pada melukai hati
seseorang. Untuk mengerti lebih mendapat apa itu teguran, maka kita bisa
mengupas makna teguran dari bahasa aslinya. Kata teguran berasal dari מוֹכִ֥יחַ (y¹kaµ) yang bisa diterjemahkan
sebagai:
1. Argument (Argumen). Unsur pertama dari teguran adalah argumen. Argumen bukan berarti
percakapan debat kusir yang berujung hal yang sia-sia. Argumen berarti
penjelasan-penjelasan yang rasional tentang alasan tentang teguran harus
diberikan. Ketika seseorang bersalah, maka hal yang bijaksana dilakukan adalah
memberikan argumen kepadanya sehingga dia mengerti apa yang salah pada dirinya
sehingga dia menyadari bahwa bahwa dia melakukan kesalahan yang harus dia
perbaiki. Karena itu kata מוֹכִ֥יחַ (y¹kaµ) juga
bisa diterjemahkan sebagai dengan kata membuktikan melalui
argumen-argumen.
2. Correct (memperbaiki). Fungsi menegur bukan sekadar membuat
seseorang merasa dirinya bersalah, kemudian membuatnya menjadi orang yang tidak
berpengharapan dan tertekan dengan kondisinya. Fungsi dari teguran adalah untuk
memperbaiki orang yang ditegur agar dia dapat hidup dengan benar menurut jalan
Tuhan, menurut jalan kebijaksanaan. Ketika argumen-argumen kita hanya sekadar
menyudutkan orang yang bersalah, mungkin sebenarnya kita tidak menegur, mungkin
sebenarnya hati kita hanya disulut oleh kebencian dan kemarahan dan ingin membuat
orang tersebut sadar dan merasa dirinya orang yang bersalah namun tanpa
pengharapan. Ada sebuah film Korea yang yang berjudul Sun Flower. Film tersebut
menceritakan seorang preman yang membunuh seorang masyarakat ada ada di sebuah
kota kecil. Mendengar bahwa anaknya terbunuh, maka ibu tersebut merasa sedih
dan mencari pelaku pembunuhan tersebut. Karena tahu bahwa si pembunuh sudah
dipejara, maka dia rajin mendatangi penjara tersebut untuk mengunjungi sang
pembunuh dan dia menegur sang pembunuh. Anehnya ibu tersebut tidak hanya
sekadar membuat orang tersebut merasa bersalah, tetapi memperbaiki kehidupan
anak tersebut sehingga dia berubah menjadi seorang pemuda yang baik dan
menghentikan seluruh tindakan kriminal yang dia pernah lakukan. Tidak sampai di
situ, ibu tersebut rela menjadikan penjahat tersebut sebagai anaknya.
Demikianlah dengan teguran, teguran tidak hanya bertujuan untuk menyatakan
kesalahan tetapi juga memperbaiki kehidupan orang yang ditegur.
3. Punishment (Hukuman). Terkadang
teguran juga bisa diartikan dengan penghukuman. Dalam kondisi-kondisi tertentu,
teguran tidak cukup dengan perkataan dan argumen. Tetapi membutuhkan sebuah
dampak riil ketika seseorang melakukan kesalahan sehingga dia mengerti bahwa
kesalahan tersebut merugikan dan menyakiti orang lain. Karena rasa sakit
tersebut maka dia sadar bahwa kesalahan bukan hal yang sepele, kesalahan
seringkali menyakitkan, dan dia tahu bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang
sangat tidak tepat untuk dilakukan. Adalah keputusan yang bijaksana ketika seseorang
yang melakukan kesalahan yang sama dan ditegur berkali-kali, namun tetap
mengulangi kesalahan yang sama mendapatkan penghukuman karena sikapnya yang
tidak mengindahkan dan menganggap enteng teguran. Orang tersebut harus
mendapatkan penghukuman sehingga lebih menyadari kesalahan tersebut adalah
sebuah hal yang menyakitkan dan melukai orang lain. Karena itu Alkitab juga
meminta orang tua untuk menghukum anaknya ketika anak tersebut merasa kesalahan
bukan hal yang fatal dan teguran bukan hal yang penting untuk diperhatikan. Amsal
23:13 mengatakan bahwa orang tua yang tidak memukul anaknya berarti benci
kepada anaknya. Justru ketika orang tua mengasihi anaknya, maka dia akan
menghukum dan memukul anaknya. Demikian juga Allah yang adalah Bapa kita, dia
akan menghukum kita ketika penghukuman itu diperlukan (Ibrani 12:5-6).
No comments:
Post a Comment