Referensi: Kejadian 13:1-18.

Lot adalah seorang muda yang memikirkan begitu banyak
kesempatan dan menginginkan kesuksesan sedini mungkin. Dengan seluruh
pertimbangan ekonomi, maka Lot memilih lembah Sodom yang secara fakta begitu
subur. Namun Abraham membiarkan hal itu terjadi meskipun secara hitungan di
atas kertas akan merugikan Abraham. Tetapi Abraham adalah seorang yang matang
rohani. Dia tidak melihat kerugian materi yang paling utama, tetapi relasi
antara Abraham dan Lot harus tetap terjalin dan bahkan lebih daripada itu,
Abraham tidak menggantungkan kehidupannya kepada kekayaan yang bisa dia capai
tetapi kepada Tuhan yang akan bekerja dan menggenapi janji-Nya kepada Abraham.
Selain materialis, Lot juga adalah seorang yang egois.
Dia hanya mementingkan kepentingan diri dan keluarganay semata dan tidak memperdulikan
kehidupan Abraham. Abraham adalah paman dari Lot. Tentu Abraham adalah seorang
yang sudah tua. Namun Lot sama sekali orang yang tidak memperdulikan
penghidupan Abraham dan keluarganya. Dia tega membiarkan seorang tua
mendapatkan daerah yang kurang tandus dan akhirnya mungkin akan membanting
tulang demi melanjutkan kehidupannya. Lot memilih tempat yang paling subur dan
membiarkan Abraham bergumul sendiri akan penghidupan masa depannya. Seorang Lot
lebih muda, dia mampu bekerja lebih keras daripada Abraham, namun dia hanya
berdiam dan menutup mata akan realita tersebut.
Pada bagian selanjutnya terbukti bahwa cara berpikir
Lot yang serba mementingkan keuntungan ekonomi dan sikap egois itu ternyata
salah dan menghancurkan kehidupannya dan keluarganya. Dia hidup ditengah-tengah
para pendosa yang memiliki penyimpangan sexual. Bahkan dikatakan lagi bahwa Lot
ketika didatangi oleh Abraham sedang berada di pintu gerbang. Ini adalah
ungkapan yang menyatakan bahwa Lot adalah salah satu penatua atau petinggi di
daerah Sodom. Lot adalah seorang yang beriman kepada Allah, tetapi karena
kepentingan materi maka Lot menjadi orang yang kompromi terhadap dosa-dosa yang
ada. Sehingga dia membawa kehancuran kepada keluarganya sendiri. Di dalam kisah
penghukuman Allah kepada Sodom dan Gomora, maka istri Lot menjadi tiang awan,
dan kedua putri Lot sengaja meniduri ayahnya karena kedua anaknya pun mungkin
terpengaruh terhadap immoralias sexual di Sodom.
Kisah tersebut merupakan pelajaran bagi kita manusia
yang semata-mata hanya memikirkan kepentingan ekonomi, kekaayaan untuk
memutuskan segala sesuatu. Jikalau kehidupan kita didorong oleh hal tersebut,
nisacaya kita akan hidup seperti Lot. Kita menjadi orang yang menomor sekiankan
relasi persaudaraan dan juga hidup kompromi dengan segala bentuk dosa demi
mendapatkan pencapaian materi dan kesuksesan.
Pelajaran yang
kita bisa temukan dari bagian ini adalah: ketika kita mempertimbangkan untuk
memilih antara ini atau itu, seharusnya yang paling pertama pertimbangan kita
bukan masalah keuntungan ekonomi atau memuaskan keegoisan kita, tetapi
menggantungkan pengharapan dan masa depan kita kepada Allah. Kita harus memilih
sesuatu yang sesuai dengan kehendak Tuhan dan menggenapkan rencana Tuhan. Hal
ini terbukti bahwa meskipun Abraham bersikap menomorduakan kekayaan, tetapi
Tuhan tetap memelihara Abraham dan keluarganya sehingga semakin lama menjadi
bangsa yang semakin besar. Abraham percaya, apapun yang terjadi, Tuhan tetap
akan menggenapkan rencananya. Karena itu tidak ada alasan untuk Abraham harus
memilih jalan yang penuh kebusukan untuk menggenapkan rencana tersebut.
Marilah kita juga hidup beriman seperti yang Abraham lakukan, bukan seperti
Lot. Pertimbangan dan kebijakan ala Lot adalah seperti yang dikatakan oleh
penulis Amsal: Ada jalan
yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut (Amsal 14:12)
|
No comments:
Post a Comment