Wednesday, 30 November 2016

BUAH ROH - KESABARAN.

BUAH ROH - KESABARAN.
Kesabaraan merupakan salah salah satu ciri-ciri dari orang yang memiliki kedewasaan secara rohani. Karena itu, kesabaran terdaftar sebagai salah satu bagian dari buah roh. Apa yang dimaksud dengan kesabaran? Kesabaran bukan berarti menunggu dengan waktu yang lama; tetapi kesabaran di sini berarti “menanggung”, yaitu menanggung kesalahan orang lain dan mengampuni dosa-dosa mereka. Ketika orang lain berdosa kita, seperti melukai hati kita, memfitnah kita, dan kejahatan lainnya, maka kita dapat menanggungnya dan mengampuninya.
Untuk mengerti prinsip kesabaran, maka kita harus mempelajari ciri-ciri atau unsur kesabaran itu seperti apa. Kesabaran berarti
1. Tidak boleh marah-marah yang melukai (Mat. 5:22). Kemarahan tidak selamanya salah. Orang yang marah bukan berarti orang yang tidak sabaran, tetapi orang yang marah-marah hanya untuk melampiaskan kekesalan, bahkan sampai melukai secara verbal atau fisik, maka itu yang disebut sebagai orang yang tidak bersabar. Tuhan adalah pribadi yang senantiasa marah kepada orang-orang yang berdosa. Anda bisa bayangkan bahwa Tuhan marah setiap waktu. Tetapi Tuhan disebut sebagai pribadi yang panjang sabar. Mengapa? Karena dia sanggup menanggung kesalahan orang berdosa dan mengampuni mereka. Dan Tuhan juga bukanlah pribadi yang hanya marah-marah untuk melampiaskan kesalahan tanpa memiliki makna sedikitpun.
2. Tidak boleh menghina (Mat. 5:22). Menghina seringkali dekat dengan sikap orang yang tidak sabar. Karena tidak sanggup menanggung kesalahan orang lain, maka seringkali kita menghina mereka dengan kata-kata yang kasar, kotor, dan melampiaskan seluruh kekesalan kita dengan kata-kata yang merendahkan orang tersebut. Padahal mereka adalah ciptaan Tuhan, citra Tuhan, dan sesama perwakilan Tuhan di dalam dunia. Namun karena sangat kesal kita menghina citra Tuhan. Sikap menghina juga berarti menghina sumber citra tersebut. Selain itu kita tidak sadar bahwa orang lain juga mungkin sedang kesal kepada kita karena dosa yang kita lakukan terhadap mereka. Ketika kita menghina orang lain, sebenarnya secara tidak langsung kita memberikan izin kepada orang lain untuk menghina kita karena kita sesama orang yang pasti pernah melukai orang lain. Namun sangat aneh, ketika kita dihina kita tidak terima dan menganggap orang lain kejam. Padahal kita juga adalah manusia-manusia yang kejam. Karena itu orang sabar adalah orang yang tidak pernah menghina orang lain atas dasar apapun.
3. Tidak boleh membenci orang berdosa. Karena sabar berarti mampu menanggung dosa orang lain dan mengampuninya, maka membenci tidak kontekstual untuk orang yang sabar. Bagi mereka, kebencian tidak memiliki tempat di dalam rutinitas kehidupan mereka. Bagi mereka, mengampuni merupakan gaya hidup yang senantiasa dijalankan hari demi hari, karena mereka sadar bahwa Tuhan sabar kepadanya, sehingga seperti Tuhan, mereka juga harus bersabar kepada orang lain, bukan membenci orang lain. Seharusnya dibenci oleh orang berdosa adalah: dusta (Ams. 13:5), ketidakjujuran (Maz. 119:128), mengerjakan yang tidak bernilai (Maz. 101:3), mis: nonton seharian, main game seharian, dan juga kesombongan (Ams. 8:13).


Thursday, 24 November 2016

PERIHAL KEBIJAKSANAAN #22 – ORANG BIJAK MENCURIGAI HATINYA SENDIRI & BERJALAN DENGAN BIJAK (WALK WISELY)





Amsal  28:26 Siapa percaya kepada hatinya sendiri adalah orang bebal, tetapi siapa berlaku dengan bijak akan selamat.

Hati manusia merupakan sebuah gambaran akan inti dari manusia yang menggerakkan keseluruhan pribadinya, baik pikiran, perasaan, maupun kehendak. Apa yang ada di dalam hati manusia, akan tergambar dari seluruh tindak tanduk dan juga perkataannya. Banyak orang yang bangga dengan isi hati mereka. Mereka dengan semangat mengikuti apa yang menjadi kata hati mereka. Hal ini sering disebut intuisi. Perilaku seperti ini juga sering disebut sebagai tindakan self-confidence atau percaya kepada diri sendiri. Jikalau kita membaca Amsal 28:26, seorang yang  bijaksana bukanlah seorang yang self-confidence. Seorang yang bijak tidak akan terlalu percaya dengan isi hatinya, dia senantiasa bersikap skeptis dengan seluruh apa yang hatinya anggap benar. Mengapa? Karena manusia pada dasarnya berdosa. Salah satu penulis Mazmur mengatakan bahwa bahkan sejak dikandung ibu kita, kita adalah orang yang berdosa. Isi hati kita berdosa, busuk, dan senantiasa lebih sering ingin melakukan hal-hal yang berdosa, yang tidak diperkenankan oleh Tuhan. Meskipun kita belajar banyak tentang agama, moralitas, etika, dan lain sebagainya, hati kita tetaplah hati yang berdosa. Dengan kesadaran tersebut, maka Amsal menganjurkan bahwa orang yang bijak haruslah waspada dengan hatinya sendiri.
Sebenarnya slogan self-confidence adalah slogan yang tidak berpadanan dengan karakter kebijaksanaan menurut alkitab bahkan Amsal secara aktif mengatakan bahwa tindakan self-confidence merupakan sebuah tindakan yang bodoh. Disebut bodoh karena self-confidence cenderung akan menghantarkan manusia kepada kehancuran dan jauh dari Tuhan karena isi hati manusia yang senantiasa terarah kepada hawa nafsu dan keinginan dunia.  Lalu apa yang menjadi alternatif dari self-confidence? Menurut Amsal orang bijaksana akan walk wisely. Kata wisely disini berasal dari kata wisdom (חָכְמָה). Prinsip paling fundamental dari kebijaksanaan di dalam Alkitab adalah takut akan Tuhan. Tidak ada kebijaksanaan yang terlepas dari realitas ultimate, yaitu Tuhan. Tanpa takut akan Tuhan, maka kebijaksanaan adalah sekadar pengetahuan yang sama saja nasibnya dengan self-confidence, yang cenderung akan membawa manusia melakukan tindakan-tindakan bodoh dan berdosa. Karena itu, alternatif dari self-confidence adalah 1) mencurigai hati sendiri, dan 2) takut akan Tuhan.

Saturday, 19 November 2016

PERIHAL KEBIJAKSANAAN #21 – Seorang Bijaksana adalah Seorang Yang Suka Menegur.





Amsal 25:12 Teguran orang yang bijak adalah seperti cincin emas dan hiasan kencana untuk telinga yang mendengar.

Amsal 25:12 menyatakan bahwa salah satu ciri-ciri seorang bijaksana adalah seorang yang ingin menegur ketika melihat sesuatu yang salah atau sesuatu yang perlu diarahkan. Teguran merupakan hal yang berharga yang bisa diberikan oleh seorang yang bijaksana. Itu merupakan salah satu kemurahan yang mereka bisa berikan kepada orang-orang yang ada di sekeliling mereka karena tidak jarang teguran mengubah hidup seseorang. Seorang yang pernah ditegur adalah seorang yang memiliki kesempatan yang besar untuk bisa menjadi orang yang lebih baik lagi dan terhindar dari keadaan-keadaan yang memalukan bahkan menghancurkan hidupnya. Dalam audisi American Idol, tampillah seorang kontestan yang begitu percaya diri. Ia meyakinkan para juri bahwa ia adalah bintang masa depan. Namun, sewaktu ia mulai bernyanyi, suaranya sedemikian buruk sehingga selang beberapa detik para juri terpaksa menghentikannya. Ia berkata dengan marah, “Bagaimana bisa kalian tidak melihat talenta saya? Selama ini tidak pernah ada yang mengkritik suara saya!” Peserta audisi American Idol tersebut tidak pernah mendapatkan teguran betapa buruknya suaranya. Karena tidak ada yang menegur, maka dia merasa suaranya indah, memiliki talenta yang besar, namun pada akhirnya dia mempermalukan dirinya sendiri. Amsal mengatakan bahwa seorang yang tidak menerima teguran, maka di kemudian hari orang tersebut akan menyesal dan mengatakan, “Ah, mengapa aku benci terhadap teguran.” (Amsal 5:12).
Teguran di dalam perspektif Kitab Suci memiliki makna yang mendalam. Teguran bukan berarti kicauan tanpa makna yang sekadar untuk menyatakan kemarahan. Teguran tidak berarti umpatan-umpatan kekecewaan yang berujung pada melukai hati seseorang. Untuk mengerti lebih mendapat apa itu teguran, maka kita bisa mengupas makna teguran dari bahasa aslinya. Kata teguran berasal dari מוֹכִ֥יחַ  (y¹kaµ) yang bisa diterjemahkan sebagai:
1. Argument (Argumen). Unsur pertama dari teguran adalah argumen. Argumen bukan berarti percakapan debat kusir yang berujung hal yang sia-sia. Argumen berarti penjelasan-penjelasan yang rasional tentang alasan tentang teguran harus diberikan. Ketika seseorang bersalah, maka hal yang bijaksana dilakukan adalah memberikan argumen kepadanya sehingga dia mengerti apa yang salah pada dirinya sehingga dia menyadari bahwa bahwa dia melakukan kesalahan yang harus dia perbaiki. Karena itu kata מוֹכִ֥יחַ  (y¹kaµ) juga bisa diterjemahkan sebagai dengan kata membuktikan melalui argumen-argumen.
2. Correct (memperbaiki). Fungsi menegur bukan sekadar membuat seseorang merasa dirinya bersalah, kemudian membuatnya menjadi orang yang tidak berpengharapan dan tertekan dengan kondisinya. Fungsi dari teguran adalah untuk memperbaiki orang yang ditegur agar dia dapat hidup dengan benar menurut jalan Tuhan, menurut jalan kebijaksanaan. Ketika argumen-argumen kita hanya sekadar menyudutkan orang yang bersalah, mungkin sebenarnya kita tidak menegur, mungkin sebenarnya hati kita hanya disulut oleh kebencian dan kemarahan dan ingin membuat orang tersebut sadar dan merasa dirinya orang yang bersalah namun tanpa pengharapan. Ada sebuah film Korea yang yang berjudul Sun Flower. Film tersebut menceritakan seorang preman yang membunuh seorang masyarakat ada ada di sebuah kota kecil. Mendengar bahwa anaknya terbunuh, maka ibu tersebut merasa sedih dan mencari pelaku pembunuhan tersebut. Karena tahu bahwa si pembunuh sudah dipejara, maka dia rajin mendatangi penjara tersebut untuk mengunjungi sang pembunuh dan dia menegur sang pembunuh. Anehnya ibu tersebut tidak hanya sekadar membuat orang tersebut merasa bersalah, tetapi memperbaiki kehidupan anak tersebut sehingga dia berubah menjadi seorang pemuda yang baik dan menghentikan seluruh tindakan kriminal yang dia pernah lakukan. Tidak sampai di situ, ibu tersebut rela menjadikan penjahat tersebut sebagai anaknya. Demikianlah dengan teguran, teguran tidak hanya bertujuan untuk menyatakan kesalahan tetapi juga memperbaiki kehidupan orang yang ditegur.
3. Punishment (Hukuman). Terkadang teguran juga bisa diartikan dengan penghukuman. Dalam kondisi-kondisi tertentu, teguran tidak cukup dengan perkataan dan argumen. Tetapi membutuhkan sebuah dampak riil ketika seseorang melakukan kesalahan sehingga dia mengerti bahwa kesalahan tersebut merugikan dan menyakiti orang lain. Karena rasa sakit tersebut maka dia sadar bahwa kesalahan bukan hal yang sepele, kesalahan seringkali menyakitkan, dan dia tahu bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang sangat tidak tepat untuk dilakukan. Adalah keputusan yang bijaksana ketika seseorang yang melakukan kesalahan yang sama dan ditegur berkali-kali, namun tetap mengulangi kesalahan yang sama mendapatkan penghukuman karena sikapnya yang tidak mengindahkan dan menganggap enteng teguran. Orang tersebut harus mendapatkan penghukuman sehingga lebih menyadari kesalahan tersebut adalah sebuah hal yang menyakitkan dan melukai orang lain. Karena itu Alkitab juga meminta orang tua untuk menghukum anaknya ketika anak tersebut merasa kesalahan bukan hal yang fatal dan teguran bukan hal yang penting untuk diperhatikan. Amsal 23:13 mengatakan bahwa orang tua yang tidak memukul anaknya berarti benci kepada anaknya. Justru ketika orang tua mengasihi anaknya, maka dia akan menghukum dan memukul anaknya. Demikian juga Allah yang adalah Bapa kita, dia akan menghukum kita ketika penghukuman itu diperlukan (Ibrani 12:5-6).

Friday, 18 November 2016

PERIHAL KEBIJAKSANAAN #20 – TIDAK NEPOTISME (PILIH KASIH).




Amsal 24:23 Juga ini adalah amsal-amsal dari orang bijak. Memandang bulu dalam pengadilan tidaklah baik.

Melalui ayat ini, kita masuk ke dalam ciri-ciri orang bijak selanjutnya adalah TIDAK PILIH KASIH (TIDAK NEPOTISME) dalam hal keadilan.
Sebelum membahas lebih lanjut, sebaiknya kita paham terlebih dahulu apa yang disebut sebagai keadilan. Keadilan kita harus dibedakan dengan:
1. Kekejaman. Orang seringkali menganggap bahwa orang yang adil adalah orang yang menjatuhkan hukuman seberat-beratnya kepada orang yang bersalah, tanpa memandang bulu siapa orang tersebut. Namun keadilan bukanlah berarti penghukuman yang kejam, tetapi penghukuman yang dilakukan secara adil sesuai dengan ganjaran yang patut sesuai dengan apa yang dia lakukan.
2. Balas Dendam. Keadilan juga tidak sama dengan balas dendam. Seringkali orang menganggap bahwa keadilan sama dengan balas dendam. Mereka menuntut pengadilan untuk menghukum para penjahat dengan cara yang kejam, bahkan lebih kejam dari apa yang penjahat tersebut lakukan. Sikap tersebut bukanlah hal yang disebut dengan keadilan. Sikap tersebut adalah upaya pembalasan dendam. Di dalam film Batman Begins, ketika Bruce Wayne ingin membunuh orang yang telah membunuh orang tuanya, maka Bruce mengatakan bahwa dia melakukan hal tersebut atas nama keadilan. Namun Rachel mengatakan bahwa apa yang diinginkan oleh Bruce bukanlah keadilan tetapi balas dendam.
Di dalam bahasa aslinya, kata memandang bulu bisa berarti melihat wajah atau mengenal wajah. Artinya seorang yang bijaksana, tidak akan pilih kasih dan akan menomor sekiankan seluruh ikatan-ikatan emosi atau kedekatan personal yang dia miliki dalam hal keadilan. Siapapun mereka, harus diperlakukan sama di hadapan hukum. Sifat nepotisme adalah sifat yang harus dienyahkan karena bukan merupakan karakter orang yang bijaksana.

Beberapa kerugian sifat nepotisme:
1. Sikap nepotisme menjadi penghalang utama untuk seseorang berbuat adil. Ketika orang lain bersalah, maka dia menjalankan hukum seadil-adilnya, namun ketika kerabat dekatnya yang melakukan kesalahan, maka dia akan melakukan kecurangan atau kompromi terhadap hukum yang ada.  
2. Sifat nepotisme menjadikan orang-orang yang tidak kompeten melakukan hal yang tidak sanggup dia kerjakan. Sikap ini bersifat menghancurkan di berbagai sisi. Orang-orang tidak kompeten tersebut akan merusak segala sesuatu yang seharusnya dilakukan secara tepat. Selain itu, orang yang tidak kompeten tersebut tidak akan berkembang dan menghancurkan dirinya sendiri karena ditempat di tempat yang tidak sesuai dengan talenta dan kompetensi nya.

Karena itu tidak mengherankan karakter bijak ini: tidak nepotisme secara sah dimasukkan di dalam undang-undang berbagai negara dan dianggap sebagai sebuah pelanggaran ketika melakukan nepotisme. Karena nepotisme merupakan sebuah tindakan yang tidak adil dan setiap ketidakadilan harus menghadapi tuntutan hukum.

Thursday, 17 November 2016

PERIHAL KEBIJAKSANAAN #19 – FAKTA MENGENAI ORANG BIJAKSANA: ORANG YANG KUAT SECARA SOSIAL POLITIK DAN KEROHANIAAN.





Amsal 24:5 Orang yang bijak lebih berwibawa dari pada orang kuat, juga orang yang berpengetahuan dari pada orang yang tegap kuat.

Di dalam terjemahan Inggris ayat ini lebih mudah dimengerti dan lebih dekat artinya dengan bahasa asli. Bahasa inggris menyebutkan: Proverbs 24:5 A wise man is strong, And a man of knowledge increases power  yang berarti: Seorang bijaksana kuat, dan seorang yang berpengetahuan (bijaksana) menambah kekuatan.
            Kata pertama yang menarik perhatian adalah kata “kuat” (עֹז). Disebutkan bahwa orang yang bijaksana adalah orang yang kuat. Apa yang dimaksud dengan kata kuat di sini? Apakah kata ini bersifat sosial-politik, ataukah sekadar berbicara tentang kekuatan secara kerohanian? Ketika kita meneliti seluruh Alkitab dan mencari penggunaan kata ini, maka kita menemukan dua artian dari kata ini. Kuat secara:
1. Sosial Politik (Yer. 48:17, Ams. 3:11). Amsal mengatakan ketika seseorang memiliki kebijaksanaan maka tidak mengherankan orang tersebut juga secara otomatis memiliki kekuatan sosial politik yang begitu besar. Kita bisa melakukan statistika melalui pendekatan sejarah dan tentu kita akan menemukan bukti yang tidak dapat diragukan bahwa setiap orang yang mencintai kebijaksanaan, setiap orang yang bijaksana pasti memiliki kekuatan sosial politik yang begitu kuat. Sebut saja Sokrates, Plato, Aristoteles, Kong Fu Tse, Lao Tse, bahkan di zaman modern seperti Mahatma Gandi, sampai Dalai Lama. Orang-orang tersebut adalah orang yang kebijaksanaannya tidak diragukan dan pada saat yang sama dengan mudah kita menemukan bukti-bukti bahwa mereka memiliki kekuatan sosial politik yang begitu besar. Mereka dengan mudah menggerakkan masa hanya dengan perkataan bahkan sampai sekarang mereka memiliki kekuatan sosial politik yang begitu besar melalui karya-karya dan pengajaran mereka.
Meskipun memiliki masa yang begitu besar, dicintai oleh begitu banyak orang, bukan berarti mereka tidak memiliki musuh (haters). Setiap orang bijaksana pasti memiliki pengikut yang banyak sekaligus memiliki musuh yang juga tidak sedikit. Kebijaksanaan mereka tentu akan meresahkan orang-orang yang memiliki hidup sesuai dengan jalan kebebalan. Setiap perkataan orang bijaksana adalah tusukan bagi mereka, menggangu nurani mereka, dan membatasi ruang gerak mereka. Tentu secara tidak langsung, orang-orang bijak akan memancing dan menciptakan permusuhan terhadap orang-orang bebal. Karena itu tidak sedikit juga kisah orang-orang bijaksana yang mati secara tidak wajar oleh lawan-lawan politik mereka, sebut saja Sokrates dan Mahatma Gandhi.

2. Kerohanian (Maz. 52:7). Selain kuat secara sosial politik, orang-orang bijaksana pasti memiliki kekuatan secara kerohanian. Dia tidak akan dengan mudah terhasut dan termakan rayuan duniawi karena dengan kebijaksanaan tersebut dia akan mencintai kebenaran dan mengarahkan hati terhadap kebenaran (Penjelasan detail di artikel saya: Perihal Kebijaksanaan #17). Seringkali orang jatuh di dalam dosa karena kurang memiliki kebijaksanaan. Akibat kurangnya kebijaksanaan tersebut, maka mmanusia gampang terhasut oleh rayuan dunia karena dunia seringkali memperlihatkan bahwa kenikmatan-kenikmatan tersebut adalah hal yang bijak. Seringkali manusia dirayu dengan pemahaman bahwa hidup sementara, sehingga menikmati seluruh kepuasan dunia adalah sesuatu yang bijaksana. Padahal faktanya perilaku tersebut adalah perilaku yang bebal dan bodoh. Sangat jauh dari kebijaksanaan yang sesungguhnya.

Artikel Terpopuler

Saturn Devouring His Son - Fransico Goya (1819)

Salah satu lukisan yang paling mengerikan sepanjang sejarah: Saturn devouring his son yang dilukis oleh pelukis spanyol Francisco Goya (18...