Wednesday 16 November 2016

Perihal Kebijaksanaan #18 - ORANG BIJAK TIDAK BERDEBAT DENGAN ORANG BEBAL.



Jangan berbicara di telinga orang bebal, sebab ia akan meremehkan kata-katamu yang bijak. (Amsal  23:9)

Berdebat bukan melulu adalah hal yang keliru. Meskipun seringkali debat akan membawa kita hanya sekadar ingin menang sendiri dan tidak sedikit orang yang berdebat emosi dan melakukan kericuhan. Memberikan argumen untuk menjelaskan secara rasional suatu kebenaran adalah sesuatu yang pantas dan tentu harus dilakukan oleh seorang yang bijaksana. Yesus sendiri ketika diajak berdebat oleh orang Farisi dan para pemuka agama lainnya, maka Yesus menjelaskan secara rasional setiap tindakan yang dilawan oleh para lawan nya (Lukas 7: 36-50; Matius 23:1-36). Namun sebagaimana yang dilakukan Yesus juga – Dia diam ketika dihakimi oleh para imam agama dan Majelis Agama karena menganggap itu adalah hal yang tidak penting dilakukan karena dia sedang menghadapi orang-orang bebal yang tidak akan menerima seluruh argumennya, karena mereka benci terhadap kebenaran (Mat. 26:57-68). Orang yang bijak, ketika penjelasan dan ajakan berdebat secara rasional dan bijaksana tidak dihargai, maka menurut Amsal, orang bijak akan tahu bahwa itu adalah waktu yang tepat untuk berhenti. Mengapa? Karena orang bebal tersebut hanya akan meremehkan setiap perkataan kita. Orang bebal adalah orang yang keras hati yang yang hanya percaya apa yang mereka ingin percaya.
Kata meremehkan di sini, di dalam bahasa aslinya adalah בּוז  yang berarti menghina. Jadi, bukan sekadar meremehkan, atau menganggap perkataan orang bijak adalah sesuatu hal yang enteng, tetapi secara aktif menghina. Mengina di sini bisa dapat artian hate speech, perkataan kotor, atau melakukan et hominem (menghina pribadi dari lawan bicara). Menurut Amsal, sikap yang bijaksana untuk menghadapi orang demikian adalah menghentikan percakapan dan tidak perlu lagi melakukan argumen atau adu debat dengan orang-orang bebal, karena itu adalah suatu usaha menjaring angin. Tidak akan ada faedahnya, justru kita akan terjerat, bahkan membawa kita kepada level kebebalan mereka. Kita menjadi marah, bahkan bisa saja kita terpancing melakukan hal-hal bodoh seperti adu mulut, bahkan adu jotos. Dalam kondisi tersebut, lebih baik menahan diri, menelan seluruh kepahitan ketika dihina, dan pergi dari mereka sebagai orang bijaksana.

No comments:

Post a Comment

Artikel Terpopuler

Saturn Devouring His Son - Fransico Goya (1819)

Salah satu lukisan yang paling mengerikan sepanjang sejarah: Saturn devouring his son yang dilukis oleh pelukis spanyol Francisco Goya (18...