Wednesday 26 August 2015

Manisnya Persahabatan, menurut Khalil Gibran.

Kaata-kata bijak hari ini:

"In the sweetness of friendship let there be laughter, and sharing of pleasures. For in the dew of little things, does the heart find its morning and is refreshed." - Khalil Gibran.

Artinya,
Dalam manisnya persahabatan, sekiranya ada tawa dan berbagi kesenangan. Karena hal-hal kecil itu bagai embun di pagi hari yang menyegarkan hati seseorang.

Ayo, jadi sahabat bagi orang lain. Jangan melulu nuntut orang jadi sahabat. 


Status Facebook yang Selfish!

Setelah lama memperhatikan status-status facebooknya, responku terhadap teman yang selalu complain di status FB nya sebagai berikut:


Selfish! Kalau orang lain diusik: "Bukan urusan gua." Kalau diri diusik: "Ngga adil. Ngga Pancasila. Rasis!" Selalu mengatasnamakan persatuan jikalau diri yang dihina, kalau orang lain dihina: "Yang sabar, mas. Jangan ngamuk-ngamuk." (dalam hati: "Ah bodo amat! Gw cari uang dulu ahh!!"

Monday 24 August 2015

Kata-Kata Bijak tentang Berjanji

Kata-kata bijak hari ini:
"He who is slowest in making a promise is most faithful in its performance." - Jean-Jacques Rousseau.
Terjemahan bebas: "siapa yang paling lambat membuat janji adalah orang yang paling setia untuk menjalankannya." - Jean-Jacques Rousseau.

So, jangan terburu-buru dan terlalu cepat membuat janji. Ngga heran makin janji makin banyak mengingkari, makin janji makin banyak dosa.
We should be a man of promise. Kita harus jadi orang yang janjinya bisa dipegang/ dipercaya.




Sunday 23 August 2015

Chiastic of Life is Going to be Happy Ending



I called it Chiastic of Life:
A - Happy
B - Sad
A' - Happy (ending)
So, don't be affraid to live your life. Segala sesuatu akan mendatangkan kebaikan bagi orang yang taat kepada-Nya J


Saturday 22 August 2015

Sade - By Your Side | This song reminds me about my fiance, Thanks Darling.


"By Your Side"

You think I'd leave your side baby
You know me better than that
You think I'd leave you down when you're down on your knees
I wouldn't do that
I'll tell you you're right when you want
Ha ah ah ah ah ah
And if only you could see into me

Oh, when you're cold
I'll be there
Hold you tight to me

When you're on the outside baby and you can`t get in
I will show you you're so much better than you know
When you're lost and you're alone and you can't get back again
I will find you darling and I will bring you home

And if you want to cry
I am here to dry your eyes
And in no time
You'll be fine

You think I'd leave your side baby
You know me better than that
You think I'd leave you down when you're down on your knees
I wouldn't do that
I'll tell you you're right when you want
Ha ah ah ah ah ah
And if only you could see into me

Oh when you're cold
I'll be there
Hold you tight to me
Oh when you're low
I'll be there
By your side baby

Oh when you're cold
I'll be there
Hold you tight to me
Oh when you're low
I'll be there
By your side baby



Fiat 500! "LOVE IS FOUND!"

Fiat 500! - "I know my eyes already like you. I know that love... LOVE IS FOUND!" (Sade). #VintageWorld
















Sudahkah Kita Menjadi Seorang Yang Beragama Dalam Pengertian Yang Hakiki?

Agama seharusnya menjadi sebuah alat yang membuat manusia menyadari kebaikan dan memampukan manusia untuk bisa membedakan apa yang baik dan yang tidak baik. Membedakan disini bukan hanya sebatas pengetahuan, tetapi juga berarti mempraktikkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Seringkali kita sebagai seorang manusia yang secara tidak sadar dipengaruhi oleh konsep dualisme Plato yang membedakan dua jenis dunia: ide dan realita. Kemudian kita menempatkan agama atau ibadah di dalam ranah ide, dan menganggap bahwa segala sesuatu yang bersifat ide adalah sesuatu yang tidak realistis, yang sulit dijalankan di dalam realita, merupakan sebuah utophia. Sehingga karena konsep pemikiran yang seperti ini maka kita tidak pernah memiliki semangat yang besar untuk mempraktikkan ide-ide agama di dalam dunia realita karena merasa bahwa hal tersebut bukanlah sesuatu yang kontekstual di dalam kehidupan kita.
Kerusakan manusia yang beragama dimulai dengan konsep yang keliru ini. Tidak mengherankan manusia agama adalah manusia yang paling munafik. Di tempat ibadah mereka seperti makhluk yang lebih rohani dari malaikat, tetapi di dalam kehidupan sehari-hari lebih jahat dari setan sekalipun. Kita hanya menggunakan bahasa-bahasa agama hanya sebagai bahasa latah, seperti yang kita sering dengarkan di dalam film-film Holywood : “Oh my God, Oh Sweet Jesus, etc..etc..” padahal kehidupan kita jauh dari agama meskipun kita begitu paham konsep-konsep agama tersebut. Mengapa? Karena kehidupan kita adalah kehidupan yang mempraktikkan dunia Platonis. Dengan kata lain bahwa agama kita adalah Platonisme. Agama dalam arti yang sesungguhnya adalah sebuah kepercayaan yang membuat manusia untuk mengerti bagaimana cara menjalani kehidupan dihadapan Pencipta dan dihadapan sesama. Jadi, bukan sekadar pengetahuan tetapi juga sebuah hal yang dijalankan.

Sudahkah kita menjadi seorang yang beragama dalam pengertian yang hakiki? Coba renungkan pertanyaan ini. 

Friday 21 August 2015

Old Guitarist - Pablo Picasso.

Ayah Pablo Picasso adalah seorang pengajar seni, sehingga dia dididik sejak dini sebagai seorang seniman. Ketika berumur 19 tahun, dia pindah dari Spanyol ke Paris. Di sana dia seolah-olah menjadi ikan kecil di dalam kolam yang lebih besar sehingga dia harus berjuang untuk tetap bertahan. Dia tahu apa itu artiya hidup melarat. Dia pernah hidup tanpa uang sepeserpun selama 1902. Picasso dikenal sebagai seorang yang memiliki perhatian yang besar terhadap keadaan buruk dari orang-orang yang tertekan. Beberapa lukisannya adalah gambaran dari keadaan yang mengerikan dari kemiskinan, penyakit, dan orang-orang yang terbuang dari masyarakat. Dia hidup dan mengidentifikakan diri terhadap masykarat yang terpinggirkan.
Kesedihannya semakin mendalam karena sahabat dekatnya bunuh diri. Lukisan ini dilukis pada 1903, ketika sahabat dekat Picasso, Casagemas, baru saja bunuh diri. Karena demikianlah dia sering menggunakan warna biru di dalam lukisannya untuk gambaran melankolik. Masa-masa ini dikenal sebagai “Blue Period” Picasso (1901-04).
Di dalam lukisan tersebut ada seorang pria tua bongkok dan buta. Buta adalah simbol dari seorang yang punya kekuatan inner vision.
Gitaris tersebut memperlihatkan tidak ada tanda-tanda kehidupan dan mendekati ajal, yang mengimplikasikan sedikitnya kesenangan di dalam dunia dan menekankan kepedihan situasi hidupnya. Namun, gitar coklat adalah satu-satunya perubahan warna yang ditemukan di lukisan. Warna gitar melawan seluruh background biru yang ada di dalam lukisan. Gitar tersebut juga memiliki posisi di tengah, yang berarti adalah pusat fokus dari sang gitaris tua dan orang yang melihat gitar tersebut. Gitar tersebut menggambarkan dunia sang gitaris dan satu-satunya menjadi pengharapan untuk tetap bisa tertahan. Ketika kita menghadapi situasi yang paling sulit, keadaan yang paling memedihkan, apa yang menjadi sumber pengharapan kita, yang tetap membuat kita untuk berjuang bertahan hidup?

Sunday 16 August 2015

Troy - Kisah Kehancuran Akibat Cinta Yang Tidak Sejati

Troy adalah salah satu film yang menceritakan tentang realita kehidupan yang ironis. Kisah cinta yang dimiliki oleh pangeran Troy, Paris membawa kehancuran dari Kerajaan Troy yang begitu berjaya dan tidak dapat dikalahkan bahkan oleh Kerajaan terbesar, yaitu Yunani sekalipun. Kisah kehancauran Troy ini bermula dengan sebuah cerita dimana raja Sparta, Menelaus yang sudah muak dengan peperangan mengundang kedua pangeran dari Troy untuk mengadakan perjanjian perdamaian antara Troy dan Sparta. Namun di dalam hari-hari merayakan perdamaian itu, salah satu pangeran Troy, Paris tidak bisa menahan cinta nya terhadap istri raja Sparta, Hellen sehingga mereka melakukan hubungan gelap selama berhari-hari. Bahkan setelah pulang dari perayaan tersebut, dia membawa pulang istri raja Sparta tersebut. Sungguh ironi. Ketika raja Sparta ingin mengadakan perdamaian, maka niat baik tersebut dikhanati. Perdamaian dihancurkan karena cinta.
Tentu cinta Paris terhadap Helen bukanlah cinta yang murni. Ketika mengetahui apa yang dilakukan oleh adiknya, Hector, pangeran tertua dari Troy, melihat cinta yang dimiliki oleh adiknya bukanlah cinta sejati. Sehingga dia mengatakan bahwa adiknya mengatakan bahwa dia ingin mati untuk cinta. Padahal dia sendiri tidak mengerti apa itu kematian dan tidak mengerti apa itu cinta. Apa yang dilakukan oleh Paris adalah sebuah gambaran sebuah cinta yang bukan membawa kebaikan karena cinta tersebut bukanlah cinta yang sejati. Cinta tersebut adalah iblis. Seorang penulis ternama asal Inggris, penulis novel Narnia, C. S. Lewis mengatakan bahwa cinta akan berhenti menjadi cinta, cinta akan menjadi setan ketika cinta tersebut mencoba untuk menjadi Tuhan. Pangeran Troy tersebut melakukan apapun demi cinta buta tersebut. Padahal cinta yang sejati pastilah bukan cinta yang merugikan orang lain. Cinta tersebut dipertanyakan oleh kakaknya dengan mengatakan bahwa cinta tersebut membuatnya menghianati cinta ayahnya, cinta tersebut akan membawa kehancuran kepada Troy.
Kisah cinta yang palsu tersebut, kisah cinta yang buta, kisah cinta yang hanya mementingkan pemuasan nafsu sendiri tanpa memperdulikan orang lain tersebutlah yang menjadi awal dan kepastian kehancuran kerajaan Troy yang begitu besar. Cinta yang sejati tidak mungkin terwujud dalam bentuk perasaan yang ingin menghancurkan kedamaian yang sudah dipelihara, cinta sejati tidak mungkin menginginkan apa yang tidak pantas dia inginkan.

Ketika kita menghidupi cinta yang palsu seperti cinta yang dimiliki oleh pangeran Troy tersebut, maka bersiap-siaplah karena kehancuran sudah menunggu kita.

Saturday 15 August 2015

Teks Proklamasi Klad & Generasi Muda - Sebuah Renungan untuk Hari Kemerdekaan

Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal2 jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, 17 - 8 - '05

Wakil2 bangsa Indonesia.

Teks di atas adalah teks proklamasi asli yang ditulis oleh Soekarno atas gubahan Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo. Saya tidak tahu seberapa generasi muda yang masih melihat pentingnya makna proklamasi kemerdekaan ini. Ini merupakan sebuah kalimat bersejarah yang menjadi awal kedaulatan bangsa Indonesia. Pendorong terjadinya proklamasi itu sendiri adalah generasi muda. Mereka menculik Soekarno, Hatta, dan beberapa generasi senior lainnya ke Rengasdengklok untuk meyakinkan mereka bahwa inilah saat yang tepat untuk meyatakan kemerdekaan Indonesia dan agar Soekarno-Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang yang tidak ingin memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Jadi, dapat dikatakan bahwa generasi muda merupakan salah satu unsur paling penting di dalam kemerdekaan Indonesia.

Peranan generasi muda belum selesai. Sekarang Indonesia sudah medeka secara status, tetapi secara fakta, Indonesia masih jauh dari cita-cita proklamasi. Apakah generasi muda Indonesia melihat pentingnya peranan mereka di dalam mengisi kemerdekaan tersebut? Generasi muda yang melihat pentingnya mengisi kemerdekaan adalah generasi muda yang serius di dalam mengisi hari-harinya. Tanpa perjuangan maka generasi muda akan menjadi generasi yang loyo; tanpa cita-cita maka tidak ada kemajuan yang bisa dicapai oleh kekuatan muda. Soekarno pernah mengatakan, “Berikan aku sepuluh orang muda, maka aku akan mengguncangkan seluruh dunia.” Kalimat Soekarno ini berarti generasi memiliki kekuatan yang luar biasa. Kekuatan yang tidak bisa diremehkan karena kekuatan tersebut seperti sebuah ledakan yang bisa menghancurkan atau mengubah sesuatu. Semoga generasi muda sadar akan kekuatan tersebut. Seorang teolog pernah bertanya dengan keras kepada warga Indonesia, “Yang tua korupsi, yang muda tawuran? Mau jadi apa bangsa ini?” Pernyataan itu menampak wajah generasi muda Indonesia yang acap kali tidak bertanggungjawab di dalam menjalani masa-masa mudanya. Mereka hidup tanpa arah, mereka hidup hanya mencari kesenangan sementara, mereka hidup tanpa menyadari pentingnya peranan mereka di dalam mengisi kemerdekaan. Sehingga tidak heran bangsa Indonesia yang pada 17 Agustus 2015 telah genap merdeka 70 tahun, sangat mengalami perkembangan yang melamban. Berita di Televis, di Koran hanya berbicara tentang pertumbuhan ekonomi yang harus digenjot sehingga bangsa Indonesia bisa bertumbuh lebih pesat. Tetapi proklamasi mengingatkan kepada kita bahwa pertumbuhan generasi muda yang bermental patriot, bertanggungjawab atas masa muda harus digenjot sehingga bangsa Indonesia bertumbuh dengan pesat karena kekuatan yang begitu besar telah mendorong bangsa ini ke arah yang lebih baik. Aset terbesar bukanlah emas, bukanlah infrastruktur, tetapi aset terbesar bangsa Indonesia adalah generasi  muda yang sadar akan makna proklamasi!

Thursday 13 August 2015

Behind Enemy Lines: Sebuah Pesan Kesetiakawanan

Behind Enemy Lines adalah sebuah film yang dirilis pada tahun 2001 yang dibintangi oleh Owen Wilson, yang di dalam film tersebut memerankan tokoh yang bernama Burnett. Kisah ini diinsiprasikan oleh kisah nyata pilot US Air Force, Scott Francis O’Grady. Film tersebut menceritakan seorang navigator pilot yang bertugas bersama seorang pilot untuk mengambil gambar tentang keadaan Bosnia yang sedang mengalami perang saudara. Untuk mendapatkan foto yang lebih jelas, maka Burnett meminta sang pilot untuk lebih dekat ke lokasi. Mereka tidak sadar bahwa lokasi itu adalah ladang pembantaian yang dilakukan oleh tentara Bosnia. Untuk menutupi hal tersebut, maka pesawat tersebut ditembak oleh tentara Bosnia. Beruntung kedua awak pesawat tersebut sempat melontarkan kursi mereka dan menggunakan terjun payung. Hal tersebut dilihat oleh tentara Bosnia dan mulai memburu mereka. Singkat cerita, sang pilot ditemukan dan dieksekusi oleh tentara Bosnia. Disinilah mulai kisah sang navigator, Burnett yang berjuang untuk mempertahankan kehidupannya.
Kesetiakawanan merupakan hal yang sangat diharapkan oleh seseorang ketika menghadapi “musuh”: kesulitan ataupun masalah yang terjadi did alam kehidupannya. Dalam kondisi tersebut seorang yang merasa memiliki seorang sahabat akan mengharapkan sahabatnya untuk hadir dan siap berkorban bagi dirinya. Film ini merupakan film yang menekankan jiwa kesetiakawanan dari kesatuan US Navy. Ketika pilot diinterogasi oleh komandan tentara Bosnia mengenai keberadaan rekannya, maka sang pilot siap untuk menerima konsekuensi yang ada dan mengatakan bahwa dia hanya sendirian saja. Dia berusaha untuk melindungi temannya agar tidak mengalami kesulitan seperti yang dia hadapi. Karena pengakuan tersebut, maka pilot tersebut dieksekusi di tempat. Hal ini kontras dengan kisah dari dua tentara Bosnia yang ditugasi untuk mengejar Burnett. Ketika salah satu menginjak ranjau maka tentara yang lain mengorbankan tentara tersebut agar tetap bertahan.
Tidak hanya sang pilot, Laksamana yang memimpin kesatuan dimana Burnett berada juga memperlihatkan jiwa kesetiakawanan terhadap anggota kesatuannya. Dia berjuang dengan keras untuk menyelamatkan anak buahnya. Bahkan ketika diancam jikalau dia tetap ingin menyelamatkan anggotanya tersebut, maka dia akan kehilangan komando nya terhadap kesutuan tersebut. Tetapi dia tetap bersikeras untuk berjuang sedapat mungkin untuk menyelamatkan anggotanya tersebut apapun yang menjadi risikonya. Ini adalah jiwa yang selfless yang dimiliki oleh seorang bos. Bahkan dia sendiri yang memimpin pasukan penyelamat dan bersedia masuk ke area peperangan yang terjadi. Dia tidak hanya selfless tetapi juga bersedia berkorban bagi anak buahnya. Dari karakter ini kita bisa belajar salah satu karakter seorang pemimpin yang baik adalah rela untuk melindungi dan berkorban bagi bawahan atau anak buahnya. Seorang bos tidak hanya meminta anak buah berkorban untuk dirinya tetapi dia juga siap untuk berkorban untuk anak buahnya. Dia rela melindungi anak buah ketika mengalami kesulitan. Di dalam akhir kisah film tersebut, setelah berhasil menolong Burnett, sang Laksamana tetap kehilangan komando terhadap kesatuan tersebut. Namun dia berjalan meninggalkan kapal induk dengan bangga dan mendapatkan penghormatan oleh seluruh anak buahnya.
Apakah kita sudah menjadi seorang sahabat yang setia dan rela berkorban, apakah kita sudah menjadi seorang pemimpin yang siap untuk melindungi anak buah kita ketika mengalami kesulitan? Ataukah kita menjadi seorang sahabat atau seorang pemimpin yang melulu tanpa henti mengorbankan sahabat atau anak buah kita demi kepentingan atau keamanan diri kita?

Tuesday 11 August 2015

Der Schrei der Natur (The Scream of Nature) - Edvard Munch



Der Schrei der Natur (The Scream of Nature) adalah judul yang Munch sendiri berikan kepada karyanya ini. Seluruh keadaan gambar ini mengekspresikan sebuah keadaan kepiluan batin, khususnya langit yang berwarna jingga tua.

Di dalam buku catatan hariannya, 22 Januari 1892, Munch menuliskan bagaimana dia terinspirasi untuk membuat lukisan tersebut: “suatu sore ketika aku berjalan disepanjang sebuah jembatan yang mana di satu sisi adalah kota dan danau (fjord) di bawahnya. Aku merasa lelah dan sakit. Aku berhenti dan melihat kepada sekitar fjord, matahari sedang terbenam, awan-awan berubah menjadi berwarna merah darah. Aku merasakan sebuah teriakan yang disampaikan melalui alam; sepertinya aku mendengarkan sebuah teriakan. Aku melukis gambaran tersebut, melukiskan awan-awan sebagai sebuah darah yang sebenarnya….”
Ingatan ini dalam waktu kemudian diubah oleh Munch menjadi sebuah puisi: “Aku sedang berjalan disepanjang jalan bersama kedua temanku – matahari sedang terbenam – tiba-tiba langit berubah menjadi merah darah – aku terhenti, merasa kelelahan, dan bersandar pada pagar – ada darah dan lidah api di atas fjord yang berwarna biru hitam dan kota – temanku tetap berjalan, dan aku berdiri di sana gemetaran di dalam kegelisahan – dan aku merasakan sebuah teriakan yang begitu besar dan tak terbatas telah disampaikan melalui alam.”
Beberapa perdebatan arti dari lukisan “The Scream” ini:
1.    Traumatis masa lalu: Beberapa orang peneliti lukisan mengatakan bahwa latarbelakang awan yang berwarna merah tersebut berasal dari ingatan traumatis dari efek yang begitu kuat dari letusan gunung krakatau, yang mana ketika itu di beberapa belahan bumi Eropa, ketika matahari terbenam langit menjadi berwarna merah. Dan hal ini terjadi selama berbulan-bulan sepanjang tahun 1883-1884. Tahun itu adalah 10 tahun sebelum Munch melukiskan The Scream. Munch melukis lukisan ini di dalam empat versi. Versi keempat terjual seharga $119,922,600 oleh Leon Black. Lukisan ini menjadi lukisan termahal kedua yang terjual di pelelangan lukisan. Karena keindahan dan kemahalan dari lukisan ini, lukisan ini juga menjadi target para pencuri kelas atas. Pada tahun 1994, lukisan versi yang dimiliki oleh National Galery dicuri. Namun beberapa bulan kemudian ditemukan kembali. Pada tahun 2004, bersamaan dengan lukisan Madonna, lukisan ini dicuri The Munch Museum, namun dua tahun kemudian ditemukan.
2.    Kritik modernisme: Lukisan ini merupakan salah satu lukisan yang paling mengganggu, yang dihasilkan disepanjang sejarah seni modern, yang melukiskan sebuah kekacauan dan kegelisahan jiwa. Munch bermaksud, ketika dia melukiskan pertama kali pada 1893, untuk mencatat “the modern life of the soul” yang sungguh pelik, dan penuh kegelisahan. Di dalam masyarakat modern ini yang begitu cepat, multilayer, dan kacau lebih dari sebelum-sebelumnya, “The Scream” telah hadir mewakili seluruh kegelisahan umat manusia di dunia modern ini. Kita melihat pada lukisan tersebut terlihat seorang yang melewati jembatan yang penuh kekhawatiran. Dia menyeberang dari sebuah dunia yang sudah memiliki makna tersendiri kepada dunia dimana manusia yang menentukan makna dari segala sesuatu. Namun perubahan dunia ini berjalan dengan mesra bersama-sama dengan seluruh kegelisahan yang diakibatkan oleh perubahan tersebut.
3.    Anti-fatalisme. Munch berasal dari sebuah keluarga yang begitu religius secara mendalam. Ayahnya adalah seorang dokter miiliter, yang menekankan pekerjaan baik. Sebelum meninggal ibunya menuliskan sebuah surat, “Kita, yang sudah dipersatukan oleh Allah bersama-sama, semoga kita akan bertemu lagi di surga dan tidak terpisahkan lagi.” Setelah ditinggal oleh isteri, ayah Munch menjadi seorang yang begitu fanatik dan menekankan perbuatan baik. Ayahnya senantiasa membaca surat tersebut dengan keras kepada seluruh keluarganya pada meja makan secara reguler; dan ayahnya senantiasa mengajarkan anak-anaknya tentang kengerian neraka yang menunggu mereka jikalau mereka tidak hidup di dalam jalan yang benar. Dalam suasana yang begitu fatalistik inilah yang menciptakan worldview dari Munch. Setelah keuarganya pindah ke Norwegia, maka Munch mendengarkan kotbah-kotbah yang ekstrim perihal cinta, dari sebuah sekte agama lokal, yang dipimpin oleh Hans Jaeger. Cinta yang begitu bebas, menolak keras monogami. Ketika guru tersebut dipenjarakan, maka Munch mengirimkannya sebuah lukisan semi telanjang untuk menghibur sang guru yang sedang dipenjara. Jadi, “The Scream” juga mewakili gambaran seorang yang terisolasi atau teralienasi. Tetapi adegan tersebut terjadi di tempat publik, bukan di sebuah tempat interior yang sepi. Emosi yang ditampilkan dari lukisan tersebut menuntut perhatian kita untuk menjadikannya sebagai central figure.

Terlepas dari seluruh perdebatan yang ada perihal arti dari lukisan ini. Semua cara penafsiran di atas, bisa memberikan pesan kepada kita di dalam menjalani kehidupan riil ini.
1.    Trauma masa lalu. Pelajaran yang kita bisa pelajari: Setiap orang memiliki pengalaman pahit bahkan traumatis tersendiri di dalam kehidupan mereka. Namun, bagaimana meresponi pengalaman tersebut adalah sesuatu yang penting. Tafsiran versi pertama memperlihatkan bahwa Munch tidak melulu terjebak terhadap traumatis masa lalu, tetapi meresponi hal tersebut dan mengubahnya menjadi sesuatu yang lebih berguna, bahkan lebih indah dan dapat dinikmati oleh banyak orang. Munch tidak berespon sebagaimana tokoh The Punisher di dalam perihal traumatis. The Punisher gagal merespon traumatis masa lalunya (keluarganya di bantai) dan berubah menjadi manusia yang bengis dan kejam (kekejamannya terhadap para penjahat tetap tidak dapat dibenarkan). Pengalaman traumatis The Punisher gagal menjadi berkat bagi orang di sekitarnya. Dia berubah menjadi sebuah teror di dalam lapisan masyarakat yang lain, dan juga mengangkat diri menjadi seorang hakim terhadap yang lain.
2.    Kritik modernisme. Modernisme di dalam aspek negatifnya membawa masyarakat menjadi masyarakat yang restless. Dunia berputar dengan begitu cepat, memiliki target-target yang harus diikuti yang mana tidak pernah membawa rest kepada kepada kehidupan manusia. Hari sabat diganti menjadi hari pemenuhan target. Modernisme mencuri hari yang harusnya menjadi hak Tuhan dan hak manusia berdosa yang memerlukan Tuhan. Selain itu, modernisme juga melihat produktivitas adalah standard dari manusia. Meskipun produktivitas merupakan salah satu aspek dari kehidupan manusia sebagai gambar dan rupa Allah, namun produktivitas modernisme disempitkan menjadi produktivitas material: uang, benda, produk industri, dll – namun produktivitas yang non-material tidak pernah dipertimbangkan sebagai sebuah produk gambar dan rupa Allah. Seorang wanita “dipaksa” harus menjadi seorang yang berkarir dan produktif secara material. Ibu rumah tangga dianggap sebagai sebuah hal yang tabu, bahkan dosa. Padahal seorang ibu rumah tangga memiliki kesempatan besar untuk memproduksi cinta kasih yang diberikan kepada keluarga: anak-anak dan juga suami. Namun, modernisme menutup mata perihal ini dan tetap bersikuku bahwa hal tersebut adalah dosa besar. Hal lain adalah: superioritas individualisme. Setiap orang ditawarkan menjadi tuhan bagi kehidupan mereka sendiri. Melalui sebuah “remote control” yang mereka dapatkan, maka mereka menjadi self-sufficient dan penguasa. Kemudian materialisme melihat modernisme memberikan sebuah ruang kesempatan yang besar dan menawarkan cara mudah mendapatkan remote control tersebut, yaitu via “uang”. Kehidupan begitu pelik. Kehidupan disimplifikasi menjadi faktor ekonomi semata. Segala sesuatu dinilai melalui faktor ekonomi. Negara yang maju atau tidak, dihitung berdasarkan pendapatan bruto. Maskyarat yang memiliki pendapatan rendah adalah masyarakat dunia ketiga. Misalnya lagi, modernisme menawarkan a better place via perkembangan teknologi. Namun, perkembangan teknologi tersebut membawa manusia sadar bahwa modernisme adalah nabi palsu. Mereka melihat sang nabi palsu membawa dunia kepada kekacauan yang begitu mengerikan yang dipamerkan melalui PD I (1914-1918) dan PD II (1939-1945). Kompleksitas yang tidak perlu dari modernisme tersebut membawa masyarakat kepada kegelisahan yang mendalam, teriolasi dari kebahagiaan, dan kesendirian individualisme (teralienasi ditengah-tengah keributan dunia).
3.    Anti-fatalisme. Fatalisme bukanlah merupakan solusi terhadap kesakithatian terhadap ajaran yang melulu berbicara tentang anugerah non-responsif. Dunia Eropa pernah menjadi sakit hati karena pengajaran “sola-sola” dari kekristenan. Dunia dibawa menjadi sebuah tempat sekumpulan manusia yang diselamatkan tanpa perbuatan baik. Orang-orang Kristen dianggap sebagai pewaris surga yang immoral, wakil Tuhan yang datang untuk mengacaukan dunia. Respon terhadap hal ini hampir mewujudkan dirinya kepada di dalam bentuk fatalisme: Pietisme. Mereka menekankan self-righteoussness, yang mana sebenarnya adalah sesuatu yang perintahkan oleh Yesus sendiri sebagai tanda murid Tuhan yang sejati (“…jikalau kebenaranmu tidak melebihi ahli Taurat dan orang-orang Farisi…”), namun seringkali pengajaran tersebut membawa kepada pengajaran bahwa manusia menjadi (getting in) kepada Kerajaan Allah adalah melalui self-righteousness yang sebenarnya bukanlah semangat yang memimpin Taurat. Taurat adalah anugerah, bukan alat mencapai keselamatan. Namun, cara Munch membalikkan diri dari pengajaran fatalisme tersebut, begitu mengecewakan. Munch masuk ke dalam pengajaran ekstrim kasih, yang membawa sikap komromi terhadap kehidupan immoralitas sensual. Sebagaimana pengajaran kekristenan yang sesungguhnya melihat bahwa keselamatan (getting in) adalah anugerah semata. Namun ketika kita sudah berbagian di dalam (staying in) Kerajaan Allah maka kita hidup taat kepada Tuhan. Sehingga benarlah apa yang dikatakan oleh Yesus sendiri: Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. (Mat 5:20 ITB). Dengan bukti ketaatan kita, maka kita akan mendapatkan future justification.

REFERENSI:

Artikel Terpopuler

Saturn Devouring His Son - Fransico Goya (1819)

Salah satu lukisan yang paling mengerikan sepanjang sejarah: Saturn devouring his son yang dilukis oleh pelukis spanyol Francisco Goya (18...