Ams. 16:14 Kegeraman
raja adalah bentara maut, tetapi orang bijak memadamkannya.
Seorang
yang bijak adalah seorang yang akan senantiasa membawa damai. Kemarahan yang mencelakakan,
kemarahan yang akan menggengkan benderang perang akan segera dipadamkan oleh
seorang yang bijaksana. Inilah yang dikatakan oleh Yesus “Berbahagialah
orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah (Mat 5:9)”.
Kedamaian adalah kondisi yang terbaik bagi seorang yang bijaksana. Meskipun
terjadi pertengkaran, perbedaan pendapat yang begitu sengit maka seorang yang
bijak akan mengusahakan terjadinya perdamaian. Sebagaimana Hector of Troy
mengatakan bahwa “tidak ada yang mulia
dan indah di dalam perkelahian atau peperangan. Yang ada hanyalah teriakan dan
kemalangan.”
Salah
satu kecenderungan dari orang berdosa adalah suka menjadi provokator. Tidak
demikian dengan orang bijaksana. Seorang yang provokator adalah seorang yang
menyulut api masalah hingga menjadi lebih besar dan lebih panas. Mereka menjadi
cheerleaders untuk meramaikan
kegeraman yang sedang terjadi. Sehingga perang dan pertengkaran sudah
dipastikan akan terjadi. Pertengkaran hanya akan menghasilkan luka, kepedihan,
dan air mata. Hal ini adalah hal yang sangat dibenci oleh orang bijak. Tidak
ada yang mulia dan indah dari pertengkaran dan peperangan.
Di dalam perseteruan yang terjadi, apa yang akan
dilakukan oleh seorang bijaksana untuk mengusahakan perdamaian? Hal ini kita
bisa temukan melalui bahasa asli dari kata “memadamkannya”. Amsal di atas mengatakan bahwa ketika
perseteruan terjadi, maka orang bijak akan memadamkannya. Apa maksud kata
memadamkan di sini? Di dalam bahasa aslinya kata tersebut berasal dari כָּפַר kaphar yang berarti:
1.
To
Cover (menutupi). Ketika suatu hal yang menyulut
pertengkaran terjadi, maka seorang bijaksana akan lebih memilih untuk menutup
permasalahan-permasalahan yang ada terhadap publik. Hal ini bukan berarti
seorang bijaksana akan berkompromi dengan permasalahan atau kesalahan yang
terjadi. Namun seorang bijaksana tidak akan mengekspos hal ini kepada publik
untuk menghindari orang banyak akan terprovokasi, berita-berita yang tereduksi,
dan memunculkan komentar-komentar yang tidak penting sehingga membuat
permasalahan menjadi lebih kompleks. Dia akan memilih jalur yang sudah
ditentukan oleh Alkitab. Ketika permasalahan muncul, maka lebih baik
dibicarakan secara personal terlebih dahulu: empat mata; jikalau belum mendapatkan
hasil maka panggil saksi sebagai penengah; jikalau tetap buntu ada jalan
terakhir, maka publik harus diberitahu. Namun membuka secara umum adalah the last resort bagi seorang yang
bijaksana.
Seringkali
manusia tidak bersikap bijaksana, yaitu terlalu cepat menyebarkan permasalahan
di publik sehingga permasalahan semakin kompleks, semakin ruwet, semakin sulit
untuk diselesaikan karena hal ini sudah mulai mencakup orang banyak atau
masyarakat memiliki ketidakpercayaan karena isu yang tidak bertanggungjawab
telah tersebar, dan begitu banyak permasalahan yang lain bisa muncul.
2.
To
Purge Away (membersihkan/ memurnikan). Ketika seorang bijak
ingin membawa kedamaian di dalam perselisihan, bukan berarti seorang bijak akan
memendam masalah tersebut sehingga menjadi permasalahan yang tidak
terselesaikan. Setiap permasalahan yang tidak terselesaikan hanya akan membuat
perdamaian yang palsu dan sementara. Kondisi perdamaian seperti ini merupakan
kondisi yang sebenarnya tidak damai tetapi kondisi perang dingin yang ketika
tersulut oleh sesuatu maka pertengkaran kembali terjadi bahkan dengan efek dan
kualitas yang lebih dasyat. Seorang bijak akan menyelesaikan permasalahan sampai
kepada titik akarnya, bukan hanya ingin membuat pertengkaran berhenti. Jikalau
tidak diselesaikan, maka permasalahan tersebut akan menjadi binatang buas yang
bersembunyi yang menunggu waktu yang tepat untuk menerkam mangsanya. Kita
mengingat bagaimana perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet begitu
menegangkan dan begitu mengerikan. Dunia menjadi saksi, dunia terpaksa memihak
kepada salah satu dari kedua kekuatan raksasa tersebut. Perebutan kekuasaan di
beberapa negara seperti Korea, Vietnam, Jerman, Eropa Timur, Amerika Selatan,
dan beberapa negara lainnya adalah sebuah perjuangan ingin mengikuti Blok Timur
atau Blok Barat. Senjata pemusnah massal telah diciptakan dan dikembangkan di
dalam kualitas dan kuantitas yang tidak terbayangkan. Jikalau perang dingin ini
benar-benar terjadi, maka perang tersebut akan menjadi perang yang paling
mengerikan yang pernah ada karena sejata pemusnah massal dan dunia secara jelas
terbagi menjadi menjadi kedua golongan. Seperti inilah yang akan terjadi ketika
masalah tidak dibersihkan dan hanya dipendam untuk mendapatkan ketenangan
sementara.
Penyelesaian
harus sampai kepada kejelasan bahwa apa yang menjadi permasalahannya dan apa
yang menjadi solusi yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. Seorang bijak
ketika menghadapi pertengaran atau menjadi juri tidak boleh menjadi orang yang
memihak kepada satu sisi, tetapi harus berpihak kepada kedua sisi yang sedang
bertengkar. Ketidakberpihakan adalah sesuatu yang mustahil. Apalagi ketika yang
mengalami permasalahan adalah dirinya, maka dia pasti akan memihak dirinya
sendiri, tetapi seorang bijak tidak akan hanya memihak kepada dirinya tetapi
memihak kepada orang lain yang menjadi seterunya. Dia tidak hanya mementingkan
keuntungannya, tetapi juga berpikir agar di dalam penyelesaian permasalahan
ini, seterunya pun bisa diuntungkan.
3.
To
Pacify (untuk menenangkan/ menenteramkan). Sebagaimana
yang telah disebutkan di atas bahwa ketika perseteruan terjadi, maka seorang
bijak tidak akan membuat orang-orang sekitar terlibat di dalam suatu
permasalahan, khususnya permasalahan dimana orang-orang sekitar tidak mengerti
dengan pasti dan dimana mereka tidak harus terlibat di dalamnya. Seorang bijak
di dalam suatu keadaan yang sulit, maka dia akan berusaha agar membuat
orang-orang yang di sekitar tenang. Kita teringat dengan apa yang dikatakan
oleh Yesus ketika musuh-musuh-Nya datang untuk menangkap-Nya di taman
Getsemani. Pada saat itu murid-murid-Nya mengalami emosi yang begitu kacau:
takut, marah, dan gusar. Petrus ketika itu memotong kuping salah satu tentara
yaitu Malkhus. Tetapi apakah Yesus memprovokasi Petrus sehingga Petrus
melakukan hal tersebut? Tidak! Apakah Yesus lebih lanjut setelah kejadian untuk
memprovokasi agar Petrus bertengkar dengan para tentara? Tidak! Tetapi Yesus
menenangkan Petrus dengan mengatakan, "Sarungkan pedangmu itu; bukankah
Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?" (Yoh.18:11). Inilah
karakter orang bijaksana, membawa ketenangan ditengah-tengah perseteruan yang
ada.
4.
To
Forgive. Ketika rekonsiliasi terjadi, maka seorang yang
bijak akan mengampuni musuh-musuhnya. Dia akan melepaskan seluruh permasalahan
yang ada. Tanpa pengampunan maka tidak akan ada kedamaian yang sejati. Kata mengampuni sangat dengan dekat kata merciful (kemurahan). Karena ketika kita
mengampuni kesalahan orang lain, maka itu adalah suatu bentuk kemurahan hati
kita yang rela tidak menuntut kesalahan-kesalahan tersebut harus dibayar. Ketika
seseorang senantiasa menginginkan kedamaian harus dengan pembalasan dendam,
melalui pemuasan kemarahan terhadap kesalahan orang lain maka perseteruan akan
terus-menerus terjadi. Mencari kedamaian melalui pemuasan dendam tidak akan
pernah pada kedamaian, itu adalah sebuah utophia. Justru sebaliknya yang terjadi:
kesakitan, kepedihan, penderitaan, dan dendam yang semakin besar, yang semakin
parah yang akan diperoleh. Sakit hati pada masing-masing pihak tidak akan
pernah bisa dipuaskan. Hal ini kita bisa pelajari di dalam kisah Romeo dan
Juliet. Romoe dan Juliet berasal dari dua pasangan yang berasal dari dua keluarga
yang berseteru. Salah satu tema dari kisah tersebut adalah kisah yang saling
membalas dendam satu dengan yang lain. Bukan hanya pemimpin keluarga tersebut
yang merasakan dampai kehidupan yang tidak pernah saling memaafkan ini, tetapi
anak-anak mereka juga. Romeo dan Juliet harus menjalin cinta terlarang, mereka
harus berjuang di dalam mempertahankan cinta mereka. Karena ketiadaan
pengampunan ini jugalah maka Romeo dan Juliet harus mati di akhir kisahnya. Tanpa
pengamunan, kedamaian tidak akan pernah terjadi. Karena itu seorang bijaksana
pastilah orang yang akan mengampuni seterunya. Yesus mengatakan Kasihilah
musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. (Mat 5:44)