Siapa
bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang
bebal menjadi malang. (Amsal 13:20)
Seorang
yang bijaksana adalah seorang yang memilih sahabat. Sikap tersebut bukan
berarti orang tersebut akan menjadi seorang yang rasis, bersikap diskriminatif,
atau menjadi orang yang tidak mau berkomunikasi dengan orang yang tidak
dianggap kategori seorang sahabat. Seorang bijaksana akan bergaul dan menjalin
relasi dengan siapapun, bahkan dia sebagai murid Yesus yang sejati akan
menjalin relasi kasih dengan musuhnya sendiri (Mat. 5:44). Terlebih lagi karena
alasan seorang bijaksana haruslah menjadi garam dan terang bagi dunia. Artinya
seorang bijaksana haruslah menjadi berkat baik bagi orang yang boleh menjadi
sahabat ataupun tidak (Mat. 5:13).
Ketika
kita membaca Amsal 13:20, Firman Tuhan ini seolah-olah meminta kepada orang bijak
berteman hanya dengan orang bijak saja dan tidak boleh bergaul dengan orang
bebal atau orang bodoh. Kita harus hati-hati di dalam menyimpulkan hal ini.
Ketika kita salah kesimpulan, maka kita akan bersikap seperti orang Farisi,
yaitu menjadi orang yang merasa diri orang yang paling suci dan benar (self-righteous), kemudian membenci orang
lain yang kita anggap bukan orang bijaksana. Untuk bisa mengerti dengan lebih
jelas, mari kita lihat kata “bergaul” dalam Amsal tersebut. Di dalam
bahasa aslinya kata bergaul berasal dari kata halak yang
secara literal berarti berjalan. Kata ini yang kita temukan ketika kita membaca
versi bahasa Inggris. Namun selain berjalan, kata ini juga berarti hidup
bersama, menempel, dan juga mengikut. Sehingga Amsal 13:20 kita bisa baca
seperti ini: Siapa menempel (hidup/
mengikut) dengan orang bijak menjadi bijak,
tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang. Jadi, ayat ini
bukan menasihati seorang yang ingin bijaksana sekadar untuk berelasi, berkomunikasi,
atau memiliki hubungan yang biasa-biasa saja dengan orang bijaksana. Tetapi
Amsal meminta orang yang ingin bijaksana maka dia harus menempel dengan orang yang bijaksana. Maksud kata menempel
di sini berarti sebuah hubungan yang begitu mendalam atau begitu merekat hampir
tidak terpisahkan. Inilah persahabatan! Sehingga kita dapat simpulkan Amsal
13:20 meminta orang bijaksana untuk memilih sahabat yang pantas untuk dijadikan
sahabat, yaitu orang yang bijaksana. Jangan mencari sahabat orang yang tidak
bijaksana: orang yang bebal, orang yang jahat, atau orang yang tidak takut akan
TUHAN.
Maka kita bisa
membuat outline dari perintah ini sebagai berikut:
i.
Seorang yang bijaksana hanya bersahabat
dengan orang bijaksana.
ii.
Seorang yang bijaksana boleh menjalin
relasi ataupun komunikasi dengan siapa saja, bahkan seorang musuh sekalipun. Karena
itu, seorang Kristen tidak mungkin menjadi seorang yang rasis, merendahkan
orang lain, atau bersikap diskriminatif.
Mengapa
orang bijaksana harus memilih sahabat yang tepat?
1.
Pergaulan
yang buruk akan merusak kebiasaan yang baik. Paulus
mengatakan bahwa kebiasaan yang baik akan rusak jikalau kita memiliki pergaulan
yang buruk (1 Kor. 15:33). Bahkan Paulus mengatakan “Jangan sesat!”. Artinya,
ada orang yang berpikiran sesat di dalam konsep persahabatan. Seperti apa konsep
yang sesat itu? Sebagian orang Kristen merasa karena mereka memiliki fungsi
menjadi garam dan terang, maka mereka mengira bahwa mereka boleh bersahabat
dengan siapapun. Tentu ini adalah kesesatan. Apalagi jikalau alasan mereka bahwa
Yesus juga bersahabat dengan orang-orang berdosa seperti pemungut cukai dan
pelacur. Tentu Yesus tidak bersahabat dengan mereka! Yesus bersahabat hanya
dengan orang-orang yang diberikan Bapa kepada-Nya! Tetapi yang pasti Yesus
memiliki relasi dengan orang-orang berdosa! Tetapi hanya umat pilihan Allah
yang menjadi sahabat Yesus, yakni orang-orang Kristen. Yesus sendiri
mengajarkan tidak boleh bersahabat dengan orang Herodian, orang Farisi, dan
orang Saduki. Mengapa? Karena persahabatan dengan mereka akan merusak orang
Kristen! (Mat. 16:6; Mark. 8:15). Di dalam kisah Musa, Harun, dan Mirim, ada
sesuatu yang begitu menarik yang bisa dipelajari. Musa adalah seorang yang
memimpin umat yang senantiasa meregukan kepemimpinannya. Namun Harun dan Miriam
adalah orang yang senantiasa mendukung kepemimpinan Musa. Bahkan merkea
bertigapun pernah diragukan kepemimpinannya oleh umat Israel yang dipengaruhi
oleh Korah. Tetapi justru sangat aneh, lama kelamaan Harun dan Miriam mulai
berubah. Seiring berjalannya waktu, Harun dan Miriam yang senantiasa
bersama-sama dengan orang-orang Israel terpengaruh oleh orang-orang Israel. Akhirnya
bukan hanya orang Israel yang meragukan kepemimpinan Musa, tetapi Miriam dan
Harun pun menjadi orang yang meragukan kepemimpinan Musa. Karena itulah Alkitab
mengatakan bahwa kebiasaan yang baik akan rusak oleh pergaulan yang buruk. Satu
hal yang pasti, ketika kita hidup di dalam dunia, tidak mungkin kita tidak
dipengaruhi oleh sekitar kita. Apalagi ketika pengaruh tersebut terlalu dekat
dengan kehidupan kita. Yang lebih parah: pengaruh tersebut adalah pengaruh yang
buruk.
2.
Pergaulan
yang baik akan membawa kebahagiaan di dalam hidup kita. Salah
satu penyebab kebahagiaan dari kehidupan seseorang adalah apakah dia
mendapatkan seorang sahabat yang tepat atau tidak. Di dalam beberapa waktu
tertentu, statistika di Amerika Serikat mengkategorikan seseorang yang
mendapatkan seorang sahabat yang baik adalah seorang yang sangat beruntung. Mengapa?
Jikalau kita salah memilih sahabat maka bukan sukacita yang kita akan dapatkan,
melainkan kepedihan melalui ketidaksetiaan, ketidakhadiran, dan penghianatan. Seorang
sahabat yang sejati adalah seorang yang kehadirannya pun bisa memberikan kebahagiaan
di dalam kehidupan kita. Karena itu, orang yang bijak akan mencari seorang
sahabat yang tepat di dalam kategori Firman Tuhan. Earl C. Willer pernah menceritakan
sebuah kisah nyata di dalam Perang Dunia II tentang dua orang sahabat sejak
kecil Jim dan Philip mendaftar di dalam Marinir. Kemudian mereka dikirim ke
Jerman. Yang sangat unik adalah mereka beruntung di dalam satu group yang sama.
Di dalam satu perang yang begitu sengit, komandan mereka meminta pasukan untuk
mundur karena serangan begitu sengit dari musuh. Semua orang mundur, tetapi Jim
tidak melihat Philip kembali. Dia tahu bahwa jikalau sampai 2 menit dia tidak
kembali, maka pasti Philip terluka dan tidak bisa kembali. Dia senantiasa
menunggu dengan berdebar-debar, Philip tidak mucul juga sampai sudah 2 menit. Lalu
Jim meminta izin kepada komandan untuk kembali ke medan perang untuk menjemput
Philip. Namun permintaan itu ditolak karena dianggap itu adalah sebuah bunuh
diri, temannya pasti sudah mati. Namun Jim menolak perintah komandan, lalu dia berlari
sendiri ke medan perang. Ketika Jim berlari dia terus ditembaki oleh tentara
Jerman tetapi beruntung Jim tidak kena satu peluru pun. Beberapa detik
kemudian, teman-teman Jim melihat dari kejauhan bahwa Jim mengangkat tubuh
seseorang, yaitu Philip. Philip telah meninggal dunia. Lalu komandan begitu
marah mengatakan, “Sudah aku katakan! Kamu sia-sia saja menjemput temanmu! Kamu
bunuh diri!” Tetapi Jim mengatakan, “Tidak komandan. Komandan salah. Ketika
saya datang, itu adalah waktu yang sangat tepat. Philip mengatakan kepadaku:
Jim, aku tahu engkau akan datang menjemputku.” Di dalam kesakitan, di dalam
lukanya, Philip merasakan kebahagiaan karena temannya, Jim ada di dalam
masa-masa sulitnya.
Amsal.
18:28 Ada teman yang mendatangkan
kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara. Bertemanlah
dengan semua orang, tetapi bersahabatlah dengan orang yang tepat. Siapa mereka?
Orang yang bijaksana, orang yang takut akan Tuhan.
Namun sekali
lagi harus diingat, pilihlah sahabat yang tepat, tetapi tetaplah memiliki
hubungan dengan orang-orang yang tidak di dalam kategori sahabat tersebut.
Sikap bijaksana ini akan memiliki implikasinya:
i.
Kita tidak menjadi seorang yang dikriminatif,
ii.
Kita mendapatkan sahabat yang tepat
yang membawa kebahagiaan di dalam hidup kita,
iii.
Kita bertumbuh di dalam karakter yang
benar melalui persahabatan, dan
iv.
Kita tetap bisa menjalankan peran kita
sebagai garam dan terang dunia.
No comments:
Post a Comment