Monday 6 July 2015

Perihal Kebijaksanaan #9: Memilih Siapa Yang Menjadi Sahabat.



Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang. (Amsal 13:20)

Seorang yang bijaksana adalah seorang yang memilih sahabat. Sikap tersebut bukan berarti orang tersebut akan menjadi seorang yang rasis, bersikap diskriminatif, atau menjadi orang yang tidak mau berkomunikasi dengan orang yang tidak dianggap kategori seorang sahabat. Seorang bijaksana akan bergaul dan menjalin relasi dengan siapapun, bahkan dia sebagai murid Yesus yang sejati akan menjalin relasi kasih dengan musuhnya sendiri (Mat. 5:44). Terlebih lagi karena alasan seorang bijaksana haruslah menjadi garam dan terang bagi dunia. Artinya seorang bijaksana haruslah menjadi berkat baik bagi orang yang boleh menjadi sahabat ataupun tidak (Mat. 5:13).
Ketika kita membaca Amsal 13:20, Firman Tuhan ini seolah-olah meminta kepada orang bijak berteman hanya dengan orang bijak saja dan tidak boleh bergaul dengan orang bebal atau orang bodoh. Kita harus hati-hati di dalam menyimpulkan hal ini. Ketika kita salah kesimpulan, maka kita akan bersikap seperti orang Farisi, yaitu menjadi orang yang merasa diri orang yang paling suci dan benar (self-righteous), kemudian membenci orang lain yang kita anggap bukan orang bijaksana. Untuk bisa mengerti dengan lebih jelas, mari kita lihat kata “bergaul” dalam Amsal tersebut. Di dalam bahasa aslinya kata bergaul berasal dari kata halak yang secara literal berarti berjalan. Kata ini yang kita temukan ketika kita membaca versi bahasa Inggris. Namun selain berjalan, kata ini juga berarti hidup bersama, menempel, dan juga mengikut. Sehingga Amsal 13:20 kita bisa baca seperti ini: Siapa menempel (hidup/ mengikut) dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang. Jadi, ayat ini bukan menasihati seorang yang ingin bijaksana sekadar untuk berelasi, berkomunikasi, atau memiliki hubungan yang biasa-biasa saja dengan orang bijaksana. Tetapi Amsal meminta orang yang ingin bijaksana maka dia harus menempel dengan orang yang bijaksana. Maksud kata menempel di sini berarti sebuah hubungan yang begitu mendalam atau begitu merekat hampir tidak terpisahkan. Inilah persahabatan! Sehingga kita dapat simpulkan Amsal 13:20 meminta orang bijaksana untuk memilih sahabat yang pantas untuk dijadikan sahabat, yaitu orang yang bijaksana. Jangan mencari sahabat orang yang tidak bijaksana: orang yang bebal, orang yang jahat, atau orang yang tidak takut akan TUHAN.
Maka kita bisa membuat outline dari perintah ini sebagai berikut:
i.              Seorang yang bijaksana hanya bersahabat dengan orang bijaksana.
ii.            Seorang yang bijaksana boleh menjalin relasi ataupun komunikasi dengan siapa saja, bahkan seorang musuh sekalipun. Karena itu, seorang Kristen tidak mungkin menjadi seorang yang rasis, merendahkan orang lain, atau bersikap diskriminatif.

Mengapa orang bijaksana harus memilih sahabat yang tepat?
1.    Pergaulan yang buruk akan merusak kebiasaan yang baik. Paulus mengatakan bahwa kebiasaan yang baik akan rusak jikalau kita memiliki pergaulan yang buruk (1 Kor. 15:33). Bahkan Paulus mengatakan “Jangan sesat!”. Artinya, ada orang yang berpikiran sesat di dalam konsep persahabatan. Seperti apa konsep yang sesat itu? Sebagian orang Kristen merasa karena mereka memiliki fungsi menjadi garam dan terang, maka mereka mengira bahwa mereka boleh bersahabat dengan siapapun. Tentu ini adalah kesesatan. Apalagi jikalau alasan mereka bahwa Yesus juga bersahabat dengan orang-orang berdosa seperti pemungut cukai dan pelacur. Tentu Yesus tidak bersahabat dengan mereka! Yesus bersahabat hanya dengan orang-orang yang diberikan Bapa kepada-Nya! Tetapi yang pasti Yesus memiliki relasi dengan orang-orang berdosa! Tetapi hanya umat pilihan Allah yang menjadi sahabat Yesus, yakni orang-orang Kristen. Yesus sendiri mengajarkan tidak boleh bersahabat dengan orang Herodian, orang Farisi, dan orang Saduki. Mengapa? Karena persahabatan dengan mereka akan merusak orang Kristen! (Mat. 16:6; Mark. 8:15). Di dalam kisah Musa, Harun, dan Mirim, ada sesuatu yang begitu menarik yang bisa dipelajari. Musa adalah seorang yang memimpin umat yang senantiasa meregukan kepemimpinannya. Namun Harun dan Miriam adalah orang yang senantiasa mendukung kepemimpinan Musa. Bahkan merkea bertigapun pernah diragukan kepemimpinannya oleh umat Israel yang dipengaruhi oleh Korah. Tetapi justru sangat aneh, lama kelamaan Harun dan Miriam mulai berubah. Seiring berjalannya waktu, Harun dan Miriam yang senantiasa bersama-sama dengan orang-orang Israel terpengaruh oleh orang-orang Israel. Akhirnya bukan hanya orang Israel yang meragukan kepemimpinan Musa, tetapi Miriam dan Harun pun menjadi orang yang meragukan kepemimpinan Musa. Karena itulah Alkitab mengatakan bahwa kebiasaan yang baik akan rusak oleh pergaulan yang buruk. Satu hal yang pasti, ketika kita hidup di dalam dunia, tidak mungkin kita tidak dipengaruhi oleh sekitar kita. Apalagi ketika pengaruh tersebut terlalu dekat dengan kehidupan kita. Yang lebih parah: pengaruh tersebut adalah pengaruh yang buruk.

2.    Pergaulan yang baik akan membawa kebahagiaan di dalam hidup kita. Salah satu penyebab kebahagiaan dari kehidupan seseorang adalah apakah dia mendapatkan seorang sahabat yang tepat atau tidak. Di dalam beberapa waktu tertentu, statistika di Amerika Serikat mengkategorikan seseorang yang mendapatkan seorang sahabat yang baik adalah seorang yang sangat beruntung. Mengapa? Jikalau kita salah memilih sahabat maka bukan sukacita yang kita akan dapatkan, melainkan kepedihan melalui ketidaksetiaan, ketidakhadiran, dan penghianatan. Seorang sahabat yang sejati adalah seorang yang kehadirannya pun bisa memberikan kebahagiaan di dalam kehidupan kita. Karena itu, orang yang bijak akan mencari seorang sahabat yang tepat di dalam kategori Firman Tuhan. Earl C. Willer pernah menceritakan sebuah kisah nyata di dalam Perang Dunia II tentang dua orang sahabat sejak kecil Jim dan Philip mendaftar di dalam Marinir. Kemudian mereka dikirim ke Jerman. Yang sangat unik adalah mereka beruntung di dalam satu group yang sama. Di dalam satu perang yang begitu sengit, komandan mereka meminta pasukan untuk mundur karena serangan begitu sengit dari musuh. Semua orang mundur, tetapi Jim tidak melihat Philip kembali. Dia tahu bahwa jikalau sampai 2 menit dia tidak kembali, maka pasti Philip terluka dan tidak bisa kembali. Dia senantiasa menunggu dengan berdebar-debar, Philip tidak mucul juga sampai sudah 2 menit. Lalu Jim meminta izin kepada komandan untuk kembali ke medan perang untuk menjemput Philip. Namun permintaan itu ditolak karena dianggap itu adalah sebuah bunuh diri, temannya pasti sudah mati. Namun Jim menolak perintah komandan, lalu dia berlari sendiri ke medan perang. Ketika Jim berlari dia terus ditembaki oleh tentara Jerman tetapi beruntung Jim tidak kena satu peluru pun. Beberapa detik kemudian, teman-teman Jim melihat dari kejauhan bahwa Jim mengangkat tubuh seseorang, yaitu Philip. Philip telah meninggal dunia. Lalu komandan begitu marah mengatakan, “Sudah aku katakan! Kamu sia-sia saja menjemput temanmu! Kamu bunuh diri!” Tetapi Jim mengatakan, “Tidak komandan. Komandan salah. Ketika saya datang, itu adalah waktu yang sangat tepat. Philip mengatakan kepadaku: Jim, aku tahu engkau akan datang menjemputku.” Di dalam kesakitan, di dalam lukanya, Philip merasakan kebahagiaan karena temannya, Jim ada di dalam masa-masa sulitnya.
Amsal. 18:28 Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara. Bertemanlah dengan semua orang, tetapi bersahabatlah dengan orang yang tepat. Siapa mereka? Orang yang bijaksana, orang yang takut akan Tuhan.
Namun sekali lagi harus diingat, pilihlah sahabat yang tepat, tetapi tetaplah memiliki hubungan dengan orang-orang yang tidak di dalam kategori sahabat tersebut. Sikap bijaksana ini akan memiliki implikasinya:
i.              Kita tidak menjadi seorang yang dikriminatif,
ii.            Kita mendapatkan sahabat yang tepat yang membawa kebahagiaan di dalam hidup kita,
iii.           Kita bertumbuh di dalam karakter yang benar melalui persahabatan, dan
iv.           Kita tetap bisa menjalankan peran kita sebagai garam dan terang dunia.

No comments:

Post a Comment

Artikel Terpopuler

Saturn Devouring His Son - Fransico Goya (1819)

Salah satu lukisan yang paling mengerikan sepanjang sejarah: Saturn devouring his son yang dilukis oleh pelukis spanyol Francisco Goya (18...