15 Jalan orang bodoh lurus dalam anggapannya sendiri, tetapi
siapa mendengarkan nasihat, ia bijak. 16 Bodohlah yang menyatakan sakit hatinya seketika itu juga,
tetapi bijak, yang mengabaikan cemooh.
(Amsal 12:15-16)
Ada dua karakter orang bijaksana
menurut Amsal 12:15-16, yaitu:
1.
Tidak
merasa diri yang paling benar. Seorang Kristen
yang bijaksana mengerti bahwa dia bukanlah sumber kebijaksanaan. Sumber
kebijaksanaan adalah Sang Hikmat yang memberikan pengetahuan dan kebijaksanaan
kepada manusia. Karena pengertian ini, maka orang bijak akan tahu bahwa dia
tidak senantiasa akan mengerti dan melakukan kebenaran. Sehingga dia tidak
marasa dirinya adalah yang paling benar. Berbeda dengan orang bodoh. Orang
bodoh adalah orang yang senantiasa merasa bahwa dia mengerti segala sesuatu,
dia berjalan di jalan yang lurus menurut anggapannya. Karena itu orang bodoh
adalah seorang yang anti terhadap nasihat. Namun, orang bijaksana karena
mengerti bahwa dia tidak mengerti segala kebenaran, dia memerlukan
kebijaksanaan dari orang lain, maka dia akan siap mendengarkan nasihat dari
orang lain. Bukan berarti dia akan langsung menerima seluruh nasihat. Dia akan
menimbang-nimbang apakah nasihat tersebut menurut kebenaran Tuhan atau tidak.
Seringkali
kita menemukan orang lain bahkan diri kita sendiri merasa diri yang paling
benar, kita membenci nasihat, sehingga jalan kita jauh dari kebenaran. Ini adalah
sikap yang sangat tidak bijaksana. Tidak sedikit kisah orang-orang yang
mengalami kehancuran karena merasa dirinya yang paling benar dan karena itu dia
tidak siap menerima nasihat dari orang lain.
Kisah
Archilles di dalam Film Troy bisa mengingatkan kita agar tidak merasa diri kita
menjadi orang yang paling benar. Di dalam film Troy, Archilles adalah seorang
tentara yang sangat kuat. Tidak pernah bisa dikalahkan. Karena itu dia merasa
dirinya seorang yang sangat hebat sekali. Dia merasa dirinya yang paling benar,
segala sesuatu harus sesuai dengan keinginannya. Dia tidak pernah mau tunduk
kepada raja Agamemmnon dan tidak pernah menghargai raja tersebut bahkan dia
berani untuk menentangnya. Ketika Yunani menyerang Troy, maka di dalam satu
adegan. Dia berani menantang Tuhan. Anak buahnya menasihati, “Tuan. Tidaklah
bijak untuk mempermainkan rumah Tuhan. Dia maha tahu dan jangan bermain-main
dengan Nya.” Tetapi Archilles melihat patuh dewa tersebut kemudian memenggal
kepalanya. Lalu sambil memukul-mukul dadanya tanda menantang dia mengatakan ke
arah langit, “Ha? Ha?”. Dan perang Troy menjadi perang terakhir dari Archilles.
Orang besar tersebut, orang yang merasa dirinya selalu benar tersebut harus
mati karena kesombongannya yang melawan Tuhan. Dua kesalahan yang dilakukan
oleh Troy karena merasa dirinya benar:
-
tidak mau menerima nasihat bawahan,
-
melawan Tuhan.
Demikianlah
orang yang tidak bijak: merasa dirinya yang selalu benar. Dan karena anggapan
itu, dirinya hancur.
2.
Tidak
Reaktif. Sikap reaktif maksudnya di sini adalah sikap
dimana ketika sesuatu terjadi maka orang tersebut akan langsung meresponinya
secepat mungkin tanpa memiliki pertimbangan lebih lanjut. Seorang bodoh menurut
Amsal, ketika dirinya merasakan sakit hati maka dia langsung bereaksi dengan menyampaikan
sakit hatinya pada saat itu juga tanpa berpikir lagi. Karena itu dia melakukan
tindakan-tindakan bodoh yang seharusnya tidak perlu dilakukan. Ketika seseorang
dihina dan merasa sakit, maka dia langsung marah saat itu juga, memukur meja
dan membuat dirinya terlihat sangat negatif sekali. Orang-orang disekitarnya
melihat dia melakukan suatu tindakan yang bodoh dan tidak sopan. Mungkin saja
hinaan kepada dirinya itu tidak benar, namun karena tindakannya yang bodoh maka
orang menganggap hinaan yang diberikan kepadanya pantas diberikan karena memang
perilakunya sangat buruk. Berbeda dengan orang yang bijaksana. Ketika orang
bijaksana merasa sakit hati, merasa diperlakukan tidak adil, maka dia tidak
langsung bersikap reaktif. Dia mempertimbangkan apa reaksi apa yang harus dia
lakukan setelah diperlakukan demikian: apa yang harus dia katakan dan kapan
harus mengatakannya dan dimana harus dikatakan tentang isi hatinya. Sehingga dia
tidak melakukan tindakan-tindakan bodoh yang membuat orang lain menjadi berpandangan
negatif terhadapnya.
Ketika
kita diperlakukan dengan tidak benar, ketika kita difitnah, ketika kita sakit
hati, meskipun perlakukan orang lain tidak tepat terhadap kita, maka kita tidak
boleh bersikap reaktif. Sikap reaktif hampir selalu bersifat destruktif
terhadap diri kita sendiri. Bukannya membuat orang lain membela kita karena
kita memang orang yang diperlakukan tidak adil, tetapi justru orang akan
melihat kita adalah orang yang memang pantas untuk dihina seperti itu.
Sikap yang reaktif pun tidak jarang
membuat kita mengalami kehancuran di dalam kehidupan kita. Terlalu tergesa-gesa
mengambil keputusan, tanpa pikiran yang matang, tanpa pertimbangan sehingga
kita mengalami kerugian. Pada suatu kali seseorang ditawari rekannya untuk
berinvestasi pada sesuatu. Karena tergiur oleh janji keuntungan, ia buru-buru
mengiyakan, meski istri dan anak-anaknya sudah mencoba mengingatkannya untuk
berpikir baik-baik terlebih dahulu mengingat uang yang harus diinvestasikan tidaklah
sedikit. Karena keuntungan yang dijanjikan tampaknya besar, ia takut tawaran
keburu diambil orang lain dan mengambil keputusan untuk melakukan itu. Ia
menjual tanah, mobil dan menggadaikan beberapa benda berharga bahkan sempat
berhutang demi melunasi sesuai kesepakatan. Tidak butuh waktu lama baginya
untuk menyadari bahwa ia melakukan kesalahan besar. Investasi gagal dan uangnya
dibawa lari. Ia pun sadar sudah ditipu, tetapi penyesalan datang terlambat.
Hingga saat ini ia masih berjuang menutupi hutangnya dan harus rela kehilangan
begitu banyak harta, belum lagi rasa bersalah yang harus ia pikul di depan
istri dan anaknya yang harus pula ikut menanggung dan menderita akibat
kecerobohan yang ia lakukan.
Amsal
19:2 mengatakan Tanpa pengetahuan
kerajinanpun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah. Salah langkah
di dalam amsal ini bukan sekadar salah langkah yang sepele. Tetapi di dalam
bahasa aslinya adalah חטא chata'
{khaw-taw'} yang berarti to sin (berdosa). Artinya
sikap reaktif merupakah hal yang fatal dihadapan Allah. Dosa berarti melawan
Allah. Sehingga dapat kita katakan orang yang tidak bijak, yang senantiasa
tergesa-gesa pasti akan melawan Allah karena dia melakukan dosa dihadapan Allah.
No comments:
Post a Comment