Tuesday 14 July 2015

Garden of Earthly Delight - Bosch


Lukisan ini dilukis sekitar 1490-150, ketika Bosch berumur 40 – 60 tahun.  Dianggap sebagai lukisan yang paling ambisius oleh Bosch karena memperlihatkan kompleksitas arti dari gambaran tersebut.



Sebagai seorang yang begitu religius, lukisan ini dibuat oleh Bosch sebagai peringatan akan bahaya dari pencobaan-pencobaan di dalam hidup. Lukisan ini dikehendaki untuk dibaca secara kronologis dari kiri ke kanan:

1.      Kiri – Creation (paradise)

Ada sebuah gambaran dimana Allah menghadirkan Hawa kepada Adam. Sebelum Hawa diberikan kepada Adam, maka Allah memberkati Hawa. Ketika seorang wanita diberikan kepada seorang pria maka itu adalah berkat yang diberikan kepada Tuhan. Sehingga sebuah hubungan pernikahan tidak boleh dianggap main-main karena Allah sendirilah yang menghendaki, memberikan, dan memberkati wanita yang diberikan tersebut kepada sang pria. Karena itu Alkitab juga memerintahkan seorang laki-laki mengasihi perempuan yang diberikan Allah menjadi istrinya. Demikian juga karena Tuhan yang memberikan wanita itu kepada pria, maka di dalam sebuah keluarga yang dibentuk Tuhan tersebut harus pertama-tama bertujuan untuk melayani Allah yang membentuk mereka. Di dalam lukisan tersebut terlihat ekspresi ketakjuban dan kekaguman dari Adam. Dan seorang yang bernama Fraenger telah mengidentifikasi tiga pesan dari gambaran Adam yang sedang takjub tersebut:

  1. ada sebuah kejutan (dalam artian positif) yang dirasakan oleh Adam karena kehadiran Tuhan,
  2. dia menyadari bahwa Hawa adalah seorang yang memiliki natur yang sama dengan dirinya yang adalah seorang manusa, dan Hawa telah diciptakan dari tubuhnya sendiri,
  3. dari tatapan Adam yang begitu intens, dapat disimpulkan bahwa dia mengalami ketergairahan/ hasrat seksual (yang suci – sebagai sebuah bagian seorang manusia yang diciptakan oleh Allah) dan sebuah dorongan penting untuk bereproduksi pertama kalinya (sebagaimana memang Tuhan sudah perintahkan manusia untuk bereproduksi – “berkembangbiaklah dan bertambahbanyaklah…”).

 

2.      Tengah – Moral warning (a panorama of paradise lost)
Namun manusia memilih untuk hidup diluar keindahan dan kenikmatan yang berasal dari Allah. Mereka memilih jalan mereka sendiri untuk mencari kenikmatan hidup. Peter S. Beagle mendeskripsikan sebagai sebuah kekacauan nafsu birahi yang mengubah arah kita kepada kehancuran immoralitas seks. Dunia yang menjadi tempat yang penuh dengan kebebasan yang sebebas-bebasnya yang sungguh memabukkan. Bagian ini berada di dalam posisi paralel dengan bagian paling kiri (bagian creation) yang ingin menekankan adanya hubungan antara kedua kisah ini. Gambaran manusia yang ada di dalam bagian tengah terlibat di dalam berbagai aktivitas percintaan baik secara berpasangan ataupun secara berkelompok. Gibson mendeskripsikan ini sebagai sebuah perilaku begitu berlebihan dan tanpa rasa malu sedikitpun. Begitu banyak gambaran manusia yang ada di dalamnya bersukacita di dalam kedagingan tanpa adanya rasa kebersalahan. Mereka tidak punya lagi kesadaran diri bersukacita di dalam seluruh kenikmatan inderawi, sebagian dari mereka bahkan bersukaria bersama-sama dengan binatang yang seolah-olah mereka memiliki natur yang sama dengan para binatang tersebut yang hidup hanya untuk memuaskan nafsu instingsi mereka. Demikianlah gambaran orang berdosa yang dengan bangga dan tanpa rasa bersalah lagi. Mereka hidup tertipu oleh dosa dan lupa natur mereka adalah gambar dan rupa Allah. Mereka berlaku seperti binatang yang hanya hidup untuk memenuhi kebutuhan birahi dan kedagingan tanpa adanya keterikatan terhadap aturan Allah yang sebenarnya membebaskan dan memberikan kehidupan. Di bagian ini juga dilukiskan sekelompok wanita telanjang yang pada salah satu kepala mereka dihiasi dua buah ceri yang merupakan simbol sebuah kesombongan ataupun kebanggaan (pride).  Disamping kirinya ada seorang pria yang meminum sebuah minuman yang dituang dari sebuah bejana dengan begitu bernafsu. Demikianlah manusia yang hidup di dalam kedagingan mereka. Mereka merasa mereka sudah hidup di dalam kenikmatan surgawi, yang mana sebenarnya adalah sebuah kepalsuan yang mereka ciptakan sendiri. Mereka dengan rela dan sukacita menipu diri mereka sendiri (self deception) untuk mendapatkan kenikmatan yang melawan Allah. Mereka dengan bangga tanpa perasaan bersalah sama sekali di dalam nafsu birahi mereka. Tanpa sadar mereka sedang dibiarkan oleh Tuhan berjalan dipinggir jurang maut dan sedikit lagi mereka akan tergelincir dan akan binasa. Sebagaimana yang dikatakan di Roma 1:18ff, Tuhan sedang menghukum (membiarkan) mereka tenggelam di dalam nafsu mereka yang mana akan membawa mereka berjalan lurus ke arah pintu neraka. Setelah mereka sadar, segalanya telah terlambat, mereka sudah masuk ke dalam neraka, pintu telah tertutup dan mereka tidak dapat kembali lagi.


3.      Kanan – Judgement
Lukisan ini dibuat sebagai peringatan akan bahaya dari pencobaan-pencobaan di dalam hidup.  Di sana terlihat ada alat-alat musik, dimana manusia dihakimi karena apa yang menjadi selera mereka. Ada juga gambar kuping raksasa, yang mana mereka adalah seorang yang suka mendengar sesuatu yang hanya menikmatkan telinga. Diperlihatkan bahwa manusia akan dihakimi berdasarkan dosa yang mereka nikmati di dalam hidupnya. Lukisan ini merupakan peringatan keras terhadap dunia yang sudah dianggap sebagai surga bagi orang-orang hidup di dalam birahi ini. Haruslah kita mawas diri sebagai seorang Kristen sekalipun. Kita diminta untuk hidup berbuah, bukan hidup berdasarkan jalan dunia ini. Biarlah kita dianggap sebagai orang-orang bodoh bagi dunia karena tidak mengikuti hikmat nafsuwi mereka. Sebagaimana Yakobus mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati; Yakobus pernah menantang orang-orang Kristen tunjukkanlah imanmu tanpa perbuatan, maka aku akan tunjukkan imanku dengan perbuatanku. Biarlah lukisan ini menjadi renungan bagi kita semua di dalam menjalankan hidup dan taat demi nama Tuhan

 






No comments:

Post a Comment

Artikel Terpopuler

Saturn Devouring His Son - Fransico Goya (1819)

Salah satu lukisan yang paling mengerikan sepanjang sejarah: Saturn devouring his son yang dilukis oleh pelukis spanyol Francisco Goya (18...