Thursday 2 July 2015

Perihal Kebijaksanaan #6: Memperhatikan Perintah-Perintah



Ams. 10:8 Siapa bijak hati, memperhatikan perintah-perintah, tetapi siapa bodoh bicaranya, akan jatuh.
           
Karakter dari seorang bijaksana dari Amsal 10:8 adalah memperhatikan perintah-perintah (commandmends). Di dalam bahasa aslinya, perintah di sini adalah  מצות (misevah) dalam bentuk plural. Karena itu  perintah-perintah di sini berarti dua sumber perintah:
1.     Perintah dari Allah. Bagi orang Yahudi, mengerti dan menyimpan Taurat Tuhan di dalam hati adalah sesuatu yang harus. Karena itu setiap anak mulai umur 5-13 tahun mereka akan belajar hukum Taurat. Setelah lulus mereka akan disebut sebagai anak Taurat (Son of Commandment/ Ibr: Bar-Mitsvah). Mereka akan senantiasa tunduk dan memperhatikan Taurat sebagai pedoman kehidupan mereka. Yang terutama di dalam kehidupan mereka bukanlah orang tua, bukanlah orang-orang sekitar mereka tetapi perintah-perintah Allah. Ketika perintah Allah bertentangan dengan yang lainnya, misalnya studi atau teman-teman, maka mereka akan mengorbankan studi atau teman-teman mereka demi menjaga perintah Allah di dalam hidup mereka. Misalnya ketika hari sabat diadakan ujian oleh sekolah, maka mereka rela tidak ikut ujian demi menjaga hari sabat. Ketika seorang sudah memiliki gelar Bar-Mitsvah maka orang tersebut meskipun masih muda dianggap sebagai seorang yang bijaksana di dalam kehidupannya. Dia diberikan hak untuk memiliki properti, sudah boleh untuk memasuki kehidupan pernikahan, dan memiliki tanggungjawab sendiri di dalam perilaku dan moralitas sehari-hari. Sebelum itu, maka setiap perilaku dan dosa-dosa anak tersebut ditanggung oleh orang tua mereka.
2.     Perintah dari Manusia. Namun Alkitab tidak melihat orang yang bijak adalah orang yang hanya tunduk kepada perintah Allah, tetapi Alkitab juga melihat orang yang bijak adalah seorang yang menaati perintah manusia. Ketika seseorang mengatakan dirinya adalah seorang yang bijak namun senantiasa menentang peraturan-peraturan manusia dengan alasan bahwa perintah manusia adalah sesuatu yang relatif, maka seorang tersebut adalah seorang yang menipu dirinya sendiri. Mengapa? Karena kebijaksanaan tidak ada di dalam diri mereka. Sikap ini bukan hanya masalah menipu diri tetapi juga masalah arogansi karena menanggap apa yang mereka mengerti adalah kebenaran dan menginginkan semua orang tunduk kepada pengertian mereka. Mustahil untuk dimengerti orang bijaksana tetapi juga menjadi orang yang arogan. Kedua jenis manusia itu adalah dua jenis yang saling berkontradiksi. Ketika orang-orang Yehuda dijajah oleh orang-orang Babel, maka Tuhan memerintahkan agar mereka mengikuti seluruh perintah dan aturan yang ada (manusia) bahkan lebih dari itu mereka harus berdoa dan bekerja untuk kesejahteraan negara tersebut.
Jadi, seorang yang bijak bukanlah seorang yang hanya taat kepada apa yang dia mengerti, atau lebih rohani lagi: hanya taat kepada perintah Allah. Tetapi dia juga taat kepada perintah manusia selama perintah manusia tersebut adalah aplikasi dari perintah Allah atau tidak bertentangan. Ketika seseorang dengan arogan mengatakan bahwa dia hanya ingin taat kepada perintah Allah tetapi tidak mau taat terhadap perintah manusia maka manusia tersebut bukanlah manusia yang bijak menurut pengertian Amsal 10:8 ini.

No comments:

Post a Comment

Artikel Terpopuler

Saturn Devouring His Son - Fransico Goya (1819)

Salah satu lukisan yang paling mengerikan sepanjang sejarah: Saturn devouring his son yang dilukis oleh pelukis spanyol Francisco Goya (18...