Ams. 10:8 Siapa
bijak hati, memperhatikan perintah-perintah, tetapi siapa bodoh bicaranya, akan
jatuh.
Karakter
dari seorang bijaksana dari Amsal 10:8 adalah memperhatikan perintah-perintah (commandmends). Di dalam bahasa aslinya,
perintah di sini adalah מצות (misevah) dalam bentuk plural. Karena itu
perintah-perintah di sini berarti dua sumber
perintah:
1. Perintah dari Allah.
Bagi orang Yahudi, mengerti dan menyimpan Taurat Tuhan di dalam hati adalah
sesuatu yang harus. Karena itu setiap anak mulai umur 5-13 tahun mereka akan
belajar hukum Taurat. Setelah lulus mereka akan disebut sebagai anak Taurat (Son of Commandment/ Ibr: Bar-Mitsvah). Mereka akan senantiasa
tunduk dan memperhatikan Taurat sebagai pedoman kehidupan mereka. Yang terutama
di dalam kehidupan mereka bukanlah orang tua, bukanlah orang-orang sekitar
mereka tetapi perintah-perintah Allah. Ketika perintah Allah bertentangan
dengan yang lainnya, misalnya studi atau teman-teman, maka mereka akan
mengorbankan studi atau teman-teman mereka demi menjaga perintah Allah di dalam
hidup mereka. Misalnya ketika hari sabat diadakan ujian oleh sekolah, maka mereka
rela tidak ikut ujian demi menjaga hari sabat. Ketika seorang sudah memiliki
gelar Bar-Mitsvah maka orang tersebut
meskipun masih muda dianggap sebagai seorang yang bijaksana di dalam
kehidupannya. Dia diberikan hak untuk memiliki properti, sudah boleh untuk
memasuki kehidupan pernikahan, dan memiliki tanggungjawab sendiri di dalam
perilaku dan moralitas sehari-hari. Sebelum itu, maka setiap perilaku dan dosa-dosa
anak tersebut ditanggung oleh orang tua mereka.
2. Perintah dari Manusia.
Namun Alkitab tidak melihat orang yang bijak adalah orang yang hanya tunduk
kepada perintah Allah, tetapi Alkitab juga melihat orang yang bijak adalah
seorang yang menaati perintah manusia. Ketika seseorang mengatakan dirinya
adalah seorang yang bijak namun senantiasa menentang peraturan-peraturan
manusia dengan alasan bahwa perintah manusia adalah sesuatu yang relatif, maka
seorang tersebut adalah seorang yang menipu dirinya sendiri. Mengapa? Karena
kebijaksanaan tidak ada di dalam diri mereka. Sikap ini bukan hanya masalah
menipu diri tetapi juga masalah arogansi karena menanggap apa yang mereka
mengerti adalah kebenaran dan menginginkan semua orang tunduk kepada pengertian
mereka. Mustahil untuk dimengerti orang bijaksana tetapi juga menjadi orang
yang arogan. Kedua jenis manusia itu adalah dua jenis yang saling
berkontradiksi. Ketika orang-orang Yehuda dijajah oleh orang-orang Babel, maka
Tuhan memerintahkan agar mereka mengikuti seluruh perintah dan aturan yang ada
(manusia) bahkan lebih dari itu mereka harus berdoa dan bekerja untuk
kesejahteraan negara tersebut.
Jadi,
seorang yang bijak bukanlah seorang yang hanya taat kepada apa yang dia
mengerti, atau lebih rohani lagi: hanya taat kepada perintah Allah. Tetapi dia
juga taat kepada perintah manusia selama perintah manusia tersebut adalah
aplikasi dari perintah Allah atau tidak bertentangan. Ketika seseorang dengan
arogan mengatakan bahwa dia hanya ingin taat kepada perintah Allah tetapi tidak
mau taat terhadap perintah manusia maka manusia tersebut bukanlah manusia yang
bijak menurut pengertian Amsal 10:8 ini.
No comments:
Post a Comment