Tuesday 14 July 2015

Perihal Kebijaksanaan #13: Hemat.


Amsal 21:20 Harta yang indah dan minyak ada di kediaman orang bijak, tetapi orang yang bebal memboroskannya.

 

            Di dalam Alkitab, menabung bukanlah dianggap sebagai sebuah tindakan yang salah atau sebuah tindakan serakah atau pelit. Justru Alkitab mengajarkan seorang yang bijak pasti memiliki gaya hidup hemat dan suka menabung. Gaya hidup hemat bukanlah sebuah gaya hidup yang serakah atau gaya hidup pelit. Ketiga hal ini harus dibedakan. Pada artikel ini, penulis akan membedakan gaya hidup orang yang bijaksana: hemat dengan tiga karakter yang berbeda: serakah, pelit, boros (gaya hidup orang bodoh menurut Amsal).

1.    Hemat. Hemat (economical) berarti berhati-hati, penuh pertimbangan di dalam menggunakan resource yang ada. Tindakan seperti ini mengakibatkan orang yang hemat akan menggunakan tabungan seminim mungkin. Inilah karakter seorang bijaksana. Dia akan dengan begitu berhati-hati untuk menggunakan uang atau harta yang dia miliki: apakah uang  yang dikeluarkan tersebut berguna, berfaedah? Hemat di sini tidak selamanya mengeluarkan biaya dengan begitu minim. Hemat tidak sama dengan selalu mengeluarkan uang sedikit. Baginya ketika memang perlu mengeluarkan uang yang besar namun itu adalah jumlah yang pantas dan minumum, maka itu adalah sebuah tindakan yang hemat meskipun mengeluarkan jumlah yang besar. Seorang yang bijaksana adalah seorang yang hemat, tetapi pada saat yang sama dia adalah seorang yang bermurah hati sebagai murid Kristus. Baginya hemat tidak pernah berkontradiksi dengan kemurahan hati.

Di dalam kisah orang Samaria yang baik hati. Dia dianggap menjadi sesamanya manusia adalah karena sikap kemurah hatiannya. Itu bukanlah sebuah pemborosan. Karena itu Alkitab sama sekali tidak pernah memepertentangkan antara kehematan dan kemurahan hati. Justru Yesus memuji sikap orang Samaria yang baik hati itu dan memandang rendah para ahli Taurat dan orang Lewi yang tidak memiliki kemurahan hati sama sekali.

 

2.    Serakah. Serakah adalah sebuah hasrat yang begitu besar terhadap kenikmatan-kenikmatan dunia dan hal kenikmatan tersebut ingin dikejar dengan penuh dengan nafsu. Setelah kenikmatan tersebut didapat maka akan dinikmati secara egois. Seorang yang egois akan mengejar harta dengan begitu giat. Segala sesuatu halal baginya untuk mendapatkan kekayaan. Hal yang paling haram baginya adalah tidak mendapatkan kekayaan. Menjadi miskin adalah dosa besar. Menjadi kaya adalah sesuatu yang mulia. Baginya banyak jalan menuju Roma. Semua jalan itu adalah halal selama bisa sampai kepada Roma. Apa itu Roma bagi mereka? Roma itu adalah kekayaan. Mereka siap untuk menginjak-injak orang miskin, mereka siap untuk melawan dan menyingkirkan seluruh saingan. Karena semua itu adalah halal.

 

3.    Pelit. Pelit adalah sebuah sikap yang tidak mau berbagi dengan orang lain. Menurut Meriam-Webster pelit berarti lack of generosity. Penyakit pelit ini tidak hanya dijangkit kepada orang kaya saja, tetapi juga oleh orang miskin. Orang miskin merasa bahwa hidupnya sudah susah, bagaimana mungkin dia bisa berbagi dengan orang lain. Orang kaya mengatakan bahwa ini adalah jerih payah yang telah dia kerjakan. Maka harus dinikmati olehnya sendiri. Bagaimana mungkin hasil dari kesulitan yang dia sendiri telah kerjakan bisa dibagikan kepada orang yang tidak memiliki kontribusi di dalam segala kesulitan yang dia lakukan.

Di dalam bahasa indonesia generosity berarti dermawan atau kemurahan hati. Menurut Yesus sendiri, kemurahan hati adalah salah satu karakter yang seharusnya dimiliki oleh orang Kristen. Yesus mengatakan “berbagialah orang yang bermurah hati sebab mereka akan mendapatkan kemurahan.” Yesus mengajarkan ini kepada para murid-Nya sebagai salah satu etika dan tanda seorang Kristen yang sejati.


4.    Boros. Boros adalah sebuah tindakan yang menghabiskan sebanyak-banyaknya uang atau harta yang dimiliki demi keinginan atau kenikmatan pribadi. Seorang yang boros adalah seorang yang bermurah hati terhadap diri sendiri tetapi dingin terhadap orang lain. Baginya yang terpenting adalah dirinya. Baginya yang perlu dilayani dan dipuaskan adalah dirinya sendiri. Bukanlah hal yang dosa baginya untuk menghabiskan seluruh hartanya untuk melayani seluruh hasratnya. Selain karena tidak menghormati ayahnya, kisah anak bungsu yang diceritakan di dalam Alkitab sebagai sebuah tindakan dosa adalah karena dia memboroskan harta yang diberikan kepadanya. Dia habiskan untuk memuaskan dirinya sendiri. Karena itulah tindakan si bungsu dianggap dosa.

Sikap boros juga terjadi ketika seseorang mengeluarkan biaya demi hal-hal yang tidak penting atau juga untuk bersenang-senang bersama orang lain. Ini adalah sebuah tindakan yang bodoh. Seorang bodoh menghabiskan hartanya demi sesuatu yang tidak memiliki faedah. Misalnya di dalam berbagai tradisi di dunia ketika melakukan pesta pernikahan atau penguburan, maka pemborosan dilakukan dengan begitu luar biasa. Seorang yang bersukacita atau berdukacita tersebut bukannya mendapatkan meringankan beban mereka, malahan masyarakat bahkan keluarga memaksa mereka secara psikologis untuk melakukan pemborosan yang tidak perlu. Mereka harus mengadakan pesta meriah yang diisi dengan acara dan makanan yang begitu luar biasa memakan biaya yang mahal. Itu dianggap sebagai sesuatu  yang mulia. Mereka dipaksa dan diperlakukan sebagai raja dan ratu pada saat pesta tersebut. Setelah pesta maka mereka akan dilupakan dan hidup terlunta-lunta karena harta mereka dihabiskan untuk beberapa hari tersebut bahkan mereka harus memiliki hutang karena pesta tersebut. Inilah tindakan bodoh ketika melakukan pemborosan.

No comments:

Post a Comment

Artikel Terpopuler

Saturn Devouring His Son - Fransico Goya (1819)

Salah satu lukisan yang paling mengerikan sepanjang sejarah: Saturn devouring his son yang dilukis oleh pelukis spanyol Francisco Goya (18...