Wednesday 8 July 2015

Perihal Kebijaksanaan #11: Membawa Damai



Ams. 16:14 Kegeraman raja adalah bentara maut, tetapi orang bijak memadamkannya.

Seorang yang bijak adalah seorang yang akan senantiasa membawa damai. Kemarahan yang mencelakakan, kemarahan yang akan menggengkan benderang perang akan segera dipadamkan oleh seorang yang bijaksana. Inilah yang dikatakan oleh Yesus “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah (Mat 5:9)”. Kedamaian adalah kondisi yang terbaik bagi seorang yang bijaksana. Meskipun terjadi pertengkaran, perbedaan pendapat yang begitu sengit maka seorang yang bijak akan mengusahakan terjadinya perdamaian. Sebagaimana Hector of Troy mengatakan bahwa “tidak ada yang mulia dan indah di dalam perkelahian atau peperangan. Yang ada hanyalah teriakan dan kemalangan.
Salah satu kecenderungan dari orang berdosa adalah suka menjadi provokator. Tidak demikian dengan orang bijaksana. Seorang yang provokator adalah seorang yang menyulut api masalah hingga menjadi lebih besar dan lebih panas. Mereka menjadi cheerleaders untuk meramaikan kegeraman yang sedang terjadi. Sehingga perang dan pertengkaran sudah dipastikan akan terjadi. Pertengkaran hanya akan menghasilkan luka, kepedihan, dan air mata. Hal ini adalah hal yang sangat dibenci oleh orang bijak. Tidak ada yang mulia dan indah dari pertengkaran dan peperangan.
Di dalam perseteruan yang terjadi, apa yang akan dilakukan oleh seorang bijaksana untuk mengusahakan perdamaian? Hal ini kita bisa temukan melalui bahasa asli dari kata “memadamkannya”. Amsal di atas mengatakan bahwa ketika perseteruan terjadi, maka orang bijak akan memadamkannya. Apa maksud kata memadamkan di sini? Di dalam bahasa aslinya kata tersebut berasal dari כָּפַר kaphar yang berarti:
1.            To Cover (menutupi). Ketika suatu hal yang menyulut pertengkaran terjadi, maka seorang bijaksana akan lebih memilih untuk menutup permasalahan-permasalahan yang ada terhadap publik. Hal ini bukan berarti seorang bijaksana akan berkompromi dengan permasalahan atau kesalahan yang terjadi. Namun seorang bijaksana tidak akan mengekspos hal ini kepada publik untuk menghindari orang banyak akan terprovokasi, berita-berita yang tereduksi, dan memunculkan komentar-komentar yang tidak penting sehingga membuat permasalahan menjadi lebih kompleks. Dia akan memilih jalur yang sudah ditentukan oleh Alkitab. Ketika permasalahan muncul, maka lebih baik dibicarakan secara personal terlebih dahulu: empat mata; jikalau belum mendapatkan hasil maka panggil saksi sebagai penengah; jikalau tetap buntu ada jalan terakhir, maka publik harus diberitahu. Namun membuka secara umum adalah the last resort bagi seorang yang bijaksana.
Seringkali manusia tidak bersikap bijaksana, yaitu terlalu cepat menyebarkan permasalahan di publik sehingga permasalahan semakin kompleks, semakin ruwet, semakin sulit untuk diselesaikan karena hal ini sudah mulai mencakup orang banyak atau masyarakat memiliki ketidakpercayaan karena isu yang tidak bertanggungjawab telah tersebar, dan begitu banyak permasalahan yang lain bisa muncul.
2.            To Purge Away (membersihkan/ memurnikan). Ketika seorang bijak ingin membawa kedamaian di dalam perselisihan, bukan berarti seorang bijak akan memendam masalah tersebut sehingga menjadi permasalahan yang tidak terselesaikan. Setiap permasalahan yang tidak terselesaikan hanya akan membuat perdamaian yang palsu dan sementara. Kondisi perdamaian seperti ini merupakan kondisi yang sebenarnya tidak damai tetapi kondisi perang dingin yang ketika tersulut oleh sesuatu maka pertengkaran kembali terjadi bahkan dengan efek dan kualitas yang lebih dasyat. Seorang bijak akan menyelesaikan permasalahan sampai kepada titik akarnya, bukan hanya ingin membuat pertengkaran berhenti. Jikalau tidak diselesaikan, maka permasalahan tersebut akan menjadi binatang buas yang bersembunyi yang menunggu waktu yang tepat untuk menerkam mangsanya. Kita mengingat bagaimana perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet begitu menegangkan dan begitu mengerikan. Dunia menjadi saksi, dunia terpaksa memihak kepada salah satu dari kedua kekuatan raksasa tersebut. Perebutan kekuasaan di beberapa negara seperti Korea, Vietnam, Jerman, Eropa Timur, Amerika Selatan, dan beberapa negara lainnya adalah sebuah perjuangan ingin mengikuti Blok Timur atau Blok Barat. Senjata pemusnah massal telah diciptakan dan dikembangkan di dalam kualitas dan kuantitas yang tidak terbayangkan. Jikalau perang dingin ini benar-benar terjadi, maka perang tersebut akan menjadi perang yang paling mengerikan yang pernah ada karena sejata pemusnah massal dan dunia secara jelas terbagi menjadi menjadi kedua golongan. Seperti inilah yang akan terjadi ketika masalah tidak dibersihkan dan hanya dipendam untuk mendapatkan ketenangan sementara.
Penyelesaian harus sampai kepada kejelasan bahwa apa yang menjadi permasalahannya dan apa yang menjadi solusi yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. Seorang bijak ketika menghadapi pertengaran atau menjadi juri tidak boleh menjadi orang yang memihak kepada satu sisi, tetapi harus berpihak kepada kedua sisi yang sedang bertengkar. Ketidakberpihakan adalah sesuatu yang mustahil. Apalagi ketika yang mengalami permasalahan adalah dirinya, maka dia pasti akan memihak dirinya sendiri, tetapi seorang bijak tidak akan hanya memihak kepada dirinya tetapi memihak kepada orang lain yang menjadi seterunya. Dia tidak hanya mementingkan keuntungannya, tetapi juga berpikir agar di dalam penyelesaian permasalahan ini, seterunya pun bisa diuntungkan.
3.            To Pacify (untuk menenangkan/ menenteramkan). Sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa ketika perseteruan terjadi, maka seorang bijak tidak akan membuat orang-orang sekitar terlibat di dalam suatu permasalahan, khususnya permasalahan dimana orang-orang sekitar tidak mengerti dengan pasti dan dimana mereka tidak harus terlibat di dalamnya. Seorang bijak di dalam suatu keadaan yang sulit, maka dia akan berusaha agar membuat orang-orang yang di sekitar tenang. Kita teringat dengan apa yang dikatakan oleh Yesus ketika musuh-musuh-Nya datang untuk menangkap-Nya di taman Getsemani. Pada saat itu murid-murid-Nya mengalami emosi yang begitu kacau: takut, marah, dan gusar. Petrus ketika itu memotong kuping salah satu tentara yaitu Malkhus. Tetapi apakah Yesus memprovokasi Petrus sehingga Petrus melakukan hal tersebut? Tidak! Apakah Yesus lebih lanjut setelah kejadian untuk memprovokasi agar Petrus bertengkar dengan para tentara? Tidak! Tetapi Yesus menenangkan Petrus dengan mengatakan, "Sarungkan pedangmu itu; bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?" (Yoh.18:11). Inilah karakter orang bijaksana, membawa ketenangan ditengah-tengah perseteruan yang ada.
4.             To Forgive. Ketika rekonsiliasi terjadi, maka seorang yang bijak akan mengampuni musuh-musuhnya. Dia akan melepaskan seluruh permasalahan yang ada. Tanpa pengampunan maka tidak akan ada kedamaian yang sejati.  Kata mengampuni sangat dengan dekat kata merciful (kemurahan). Karena ketika kita mengampuni kesalahan orang lain, maka itu adalah suatu bentuk kemurahan hati kita yang rela tidak menuntut kesalahan-kesalahan tersebut harus dibayar. Ketika seseorang senantiasa menginginkan kedamaian harus dengan pembalasan dendam, melalui pemuasan kemarahan terhadap kesalahan orang lain maka perseteruan akan terus-menerus terjadi. Mencari kedamaian melalui pemuasan dendam tidak akan pernah pada kedamaian, itu adalah sebuah utophia. Justru sebaliknya yang terjadi: kesakitan, kepedihan, penderitaan, dan dendam yang semakin besar, yang semakin parah yang akan diperoleh. Sakit hati pada masing-masing pihak tidak akan pernah bisa dipuaskan. Hal ini kita bisa pelajari di dalam kisah Romeo dan Juliet. Romoe dan Juliet berasal dari dua pasangan yang berasal dari dua keluarga yang berseteru. Salah satu tema dari kisah tersebut adalah kisah yang saling membalas dendam satu dengan yang lain. Bukan hanya pemimpin keluarga tersebut yang merasakan dampai kehidupan yang tidak pernah saling memaafkan ini, tetapi anak-anak mereka juga. Romeo dan Juliet harus menjalin cinta terlarang, mereka harus berjuang di dalam mempertahankan cinta mereka. Karena ketiadaan pengampunan ini jugalah maka Romeo dan Juliet harus mati di akhir kisahnya. Tanpa pengamunan, kedamaian tidak akan pernah terjadi. Karena itu seorang bijaksana pastilah orang yang akan mengampuni seterunya. Yesus mengatakan Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. (Mat 5:44)

No comments:

Post a Comment

Artikel Terpopuler

Saturn Devouring His Son - Fransico Goya (1819)

Salah satu lukisan yang paling mengerikan sepanjang sejarah: Saturn devouring his son yang dilukis oleh pelukis spanyol Francisco Goya (18...