Ams. 9: 7-9
Pada
bagian ini, Amsal mengatakan bahwa ada dua jenis orang di dunia ini yang
berespon terhadap kritik: pertama, orang berhikmat dan kedua, orang bodoh. Orang
bodoh melihat setiap kritikan sebagai sesuatu yang negatif. Dia menganggap
orang yang mengkritik adalah orang yang iri hati, orang yang tidak suka
dengannya, atau orang yang kurang rohani. Orang bodoh selalu melihat dirinya
adalah orang yang benar dan orang yang kritik adalah orang yang salah. Amsal
mengatakan di ayat 8 bahwa ketika sesorang mengecam seorang pencemooh, maka
orang tersebut akan dibenci oleh pencemooh tersebut. Seringkali orang yang
menegur atau yang memarahi kita adalah orang yang mengasihi kita, tetapi ketika
kita menolaknya sebenarnya kita bersikap seperti orang bodoh atau pencemooh. Amsal
12:15 mengatakan bahwa orang selalu menganggap jalannya benar; tetapi orang
bijak mendengarkan nasihat.
Berbeda
dengan orang yang bijaksana.Orang yang bijaksana tidak langsung menolak
kritikan yang diberikan kepadanya.Bagaimana sikap orang bijaksana terhadap
kritikan?
1.
Orang
bijaksana melihat kritikan sebagai kesempatan untuk bertumbuh. Karena
itu Alkitab mengatakan bahwa orang yang bijak akan mengasihi orang yang
mengkritiknya. Salah satu kelemahan manusia adalah anti terhadap kritik. Manusia
hanya ingin mendengarkan apa yang ingin mereka dengarkan, hanya ingin mendengar
apa yang sedap oleh telinga. Padahal apa yang didengarkan bukanlah kebenaran,
bukanlah sesuatu yang mengembangkan mereka ke arah yang lebih baik. Malahan apa
yang mereka dengar adalah sesuatu yang menjadi kabut bagi mereka sehingga
mereka tidak bisa melihat bahaya yang mengancam yang sedang datang ke arah
mereka.
Suatu hari, seorang peminum arak menegur sesuatu kepada sorang raja. Dan raja tersebut dengan berlapang dada menerima teguran itu.Anak buah raja itu yang melihat keadaan itu merasa pelik dan heran lalu bertanya kepada sang raja: “Wahai raja, kenapakah tuan menerima teguran dia, sedangkan dia peminum arak? Sang raja menjawab: Ya, dia berdosa karena meminum arak tetapi tegurannya kepadaku adalah benar.”
Suatu hari, seorang peminum arak menegur sesuatu kepada sorang raja. Dan raja tersebut dengan berlapang dada menerima teguran itu.Anak buah raja itu yang melihat keadaan itu merasa pelik dan heran lalu bertanya kepada sang raja: “Wahai raja, kenapakah tuan menerima teguran dia, sedangkan dia peminum arak? Sang raja menjawab: Ya, dia berdosa karena meminum arak tetapi tegurannya kepadaku adalah benar.”
Orang
bijaksana mampu melihat kebahayaan ini sehingga dia siap menerima perkataan
atau kritik yang tidak sedap didengar namun kritikan tersebut benar, mendasar,
dan patut untuk diikuti. Bukan hanya menerima atau berterimakasih, bahkan dia
mengasihi orang yang memberikan kritik terhadapnya.
2.
Orang
bijak tidak menelan bulat-bulat seluruh kritik.Kapan
seorang bijak tidak menerima kritik secara bulat-bulat?
2.1.
Ketika
kritikan sebenarnya ingin menyerang.
Ada beberapa orang yang ketika memberikan kritik, bukan demi kebenaran atau
karena mencintai orang yang dikritik tetapi karena sebenarnya dia ingin
menyerang. Mungkin dia tidak suka atau benci kepada orang tersebut sehingga dia
mencari berbagai sela untuk memberikan serangan dalam bentuk kritik. Seorang
bijak seharusnya tidak menerima kritikan orang yang seperti ini karena kritikan
tersebut hanya bersifat ingin menyerang atau menjatuhkan mental orang bijak
tersebut. Orang bijak lebih baik melihat kritikan seperti ini seperti angin
lalu sehingga tidak perlu ter-discourage
atau mengalami jatuh mental.
2.2.
Ketika
kritikan tidak tepat/ tidak mendasar.
Setiap manusia pasti memiliki pengertian yang dipengaruhi karena dosa. Karena
itu tidak ada manusia yang tanpa pernah salah di dalam menilai segala sesuatu. Seorang
yang bijak pasti mengerti hal ini sehingga dia meskipun melihat kritik sebagai
kesempatan untuk bertumbuh tetapi tetap dia hati-hati untuk menerima kritikan
yang ada. Jangan sampai kritikan tersebut malah membuat dirinya salah langkah.
3.
Orang
bijak tidak dipanggil untuk bersikap menjadi seorang yang ingin populer.Jikalau
ingin populer maka seseorang akan menerima pendapat kebanyakan orang lain
sehingga dia dapat diterima oleh orang-orang secara mayoritas. Tipikal ini
adalah tipikal orang-orang yang oportunis yang tidak bijaksana di dalam
berespon terhadap kritikan. Dia hanya ingin memuaskan orang banyak, bukan ingin
berespon secara benar terhadap kritikan yang ada. Misalnya saja Pontius
Pilatus. Demi mendapatkan popularitas dari orang-orang Israel dia rela
mengorbankan Anak Manusia yang tidak berdosa. Mengapa hal ini terjadi? Pontius
Pilatus ingin tetap populer dimata masyarakat. Dia tidak peduli bahwa
masyarakat itu adalah masyarakat yang bobrok yang tidak harus didengarkan
pendepatnya. Pontius Pilatus sendiri mengerti bahwa Yesus tidak bersalah, tetapi
dia tidak peduli. Bagina popularitas adalah segalanya. Orang bijaksana tidak
akan mengorbankan hal yang lebih berharga: kebenaran demi mendapatkan yang
lebih tidak berharga: popularitas.
No comments:
Post a Comment