Wednesday 1 July 2015

Perihal Kebijaksanaan #4: Orang Bijak & Kritikan.


Ams. 9: 7-9
Pada bagian ini, Amsal mengatakan bahwa ada dua jenis orang di dunia ini yang berespon terhadap kritik: pertama, orang berhikmat dan kedua, orang bodoh. Orang bodoh melihat setiap kritikan sebagai sesuatu yang negatif. Dia menganggap orang yang mengkritik adalah orang yang iri hati, orang yang tidak suka dengannya, atau orang yang kurang rohani. Orang bodoh selalu melihat dirinya adalah orang yang benar dan orang yang kritik adalah orang yang salah. Amsal mengatakan di ayat 8 bahwa ketika sesorang mengecam seorang pencemooh, maka orang tersebut akan dibenci oleh pencemooh tersebut. Seringkali orang yang menegur atau yang memarahi kita adalah orang yang mengasihi kita, tetapi ketika kita menolaknya sebenarnya kita bersikap seperti orang bodoh atau pencemooh. Amsal 12:15 mengatakan bahwa orang selalu menganggap jalannya benar; tetapi orang bijak mendengarkan nasihat.
Berbeda dengan orang yang bijaksana.Orang yang bijaksana tidak langsung menolak kritikan yang diberikan kepadanya.Bagaimana sikap orang bijaksana terhadap kritikan?
1.            Orang bijaksana melihat kritikan sebagai kesempatan untuk bertumbuh. Karena itu Alkitab mengatakan bahwa orang yang bijak akan mengasihi orang yang mengkritiknya. Salah satu kelemahan manusia adalah anti terhadap kritik. Manusia hanya ingin mendengarkan apa yang ingin mereka dengarkan, hanya ingin mendengar apa yang sedap oleh telinga. Padahal apa yang didengarkan bukanlah kebenaran, bukanlah sesuatu yang mengembangkan mereka ke arah yang lebih baik. Malahan apa yang mereka dengar adalah sesuatu yang menjadi kabut bagi mereka sehingga mereka tidak bisa melihat bahaya yang mengancam yang sedang datang ke arah mereka. 
          Suatu hari, seorang peminum arak menegur sesuatu kepada sorang raja. Dan raja tersebut dengan berlapang dada menerima teguran itu.Anak buah raja itu yang melihat keadaan itu merasa pelik dan heran lalu bertanya kepada sang raja: “Wahai raja, kenapakah tuan menerima teguran dia, sedangkan dia peminum arak? Sang raja menjawab: Ya, dia berdosa karena meminum arak tetapi tegurannya kepadaku adalah benar.”
Orang bijaksana mampu melihat kebahayaan ini sehingga dia siap menerima perkataan atau kritik yang tidak sedap didengar namun kritikan tersebut benar, mendasar, dan patut untuk diikuti. Bukan hanya menerima atau berterimakasih, bahkan dia mengasihi orang yang memberikan kritik terhadapnya.

2.            Orang bijak tidak menelan bulat-bulat seluruh kritik.Kapan seorang bijak tidak menerima kritik secara bulat-bulat?
2.1.    Ketika kritikan sebenarnya ingin menyerang. Ada beberapa orang yang ketika memberikan kritik, bukan demi kebenaran atau karena mencintai orang yang dikritik tetapi karena sebenarnya dia ingin menyerang. Mungkin dia tidak suka atau benci kepada orang tersebut sehingga dia mencari berbagai sela untuk memberikan serangan dalam bentuk kritik. Seorang bijak seharusnya tidak menerima kritikan orang yang seperti ini karena kritikan tersebut hanya bersifat ingin menyerang atau menjatuhkan mental orang bijak tersebut. Orang bijak lebih baik melihat kritikan seperti ini seperti angin lalu sehingga tidak perlu ter-discourage atau mengalami jatuh mental.
2.2.    Ketika kritikan tidak tepat/ tidak mendasar. Setiap manusia pasti memiliki pengertian yang dipengaruhi karena dosa. Karena itu tidak ada manusia yang tanpa pernah salah di dalam menilai segala sesuatu. Seorang yang bijak pasti mengerti hal ini sehingga dia meskipun melihat kritik sebagai kesempatan untuk bertumbuh tetapi tetap dia hati-hati untuk menerima kritikan yang ada. Jangan sampai kritikan tersebut malah membuat dirinya salah langkah.

3.            Orang bijak tidak dipanggil untuk bersikap menjadi seorang yang ingin populer.Jikalau ingin populer maka seseorang akan menerima pendapat kebanyakan orang lain sehingga dia dapat diterima oleh orang-orang secara mayoritas. Tipikal ini adalah tipikal orang-orang yang oportunis yang tidak bijaksana di dalam berespon terhadap kritikan. Dia hanya ingin memuaskan orang banyak, bukan ingin berespon secara benar terhadap kritikan yang ada. Misalnya saja Pontius Pilatus. Demi mendapatkan popularitas dari orang-orang Israel dia rela mengorbankan Anak Manusia yang tidak berdosa. Mengapa hal ini terjadi? Pontius Pilatus ingin tetap populer dimata masyarakat. Dia tidak peduli bahwa masyarakat itu adalah masyarakat yang bobrok yang tidak harus didengarkan pendepatnya. Pontius Pilatus sendiri mengerti bahwa Yesus tidak bersalah, tetapi dia tidak peduli. Bagina popularitas adalah segalanya. Orang bijaksana tidak akan mengorbankan hal yang lebih berharga: kebenaran demi mendapatkan yang lebih tidak berharga: popularitas.

No comments:

Post a Comment

Artikel Terpopuler

Saturn Devouring His Son - Fransico Goya (1819)

Salah satu lukisan yang paling mengerikan sepanjang sejarah: Saturn devouring his son yang dilukis oleh pelukis spanyol Francisco Goya (18...