Amsal 23:15 Hai anakku, jika hatimu bijak,
hatiku juga bersukacita.
Salah satu akibat dari orang yang memiliki
kebijaksanaan adalah membuat orang-orang yang ada disekitarnya menjadi
berbahagia. Pada bagian ini penulis Amsal menyamakan dirinya sebagai seorang
tua yang bersukacita ketika anaknya memiliki kebijaksanaan. Inilah hal yang
perlu direnungkan untuk menjadi seorang bijaksana. Kebijaksanaan tersebut tidak
hanya menguntungkan bagi diri sendiri tetapi memberikan keuntungan bagi orang
lain, misalnya saja keluarga kita.
Dengan kebijaksanaan kita, maka sudah jelas orang terdekat
kita menjadi orang yang bersukacita. Tidak sedikit dari orang tua yang
mengalami tekanan karena memiliki anak yang tidak memiliki kebijaksanaan
sedikitpun, namun ketika seorang anak menjadi seorang yang bijaksana itulah
yang membawa kesukaan bagi orang tua. Dengan kebijaksanaan maka orang tua tidak
perlu khawatir dengan segala keputusan dan tidakan yang dilakukan oleh anaknya.
Orang tua tidak perlu khawatir anaknya akan bergaul dengan siap, tidak perlu
khawatir jikalau anaknya terlalu tergesa-gesa di dalam mengambil keputusan akan
hidup dala profesi apa, tidak peru bingung apakah anaknya mampu untuk memilih
pasangan hidup yang tepat. Kekhawatiran akan terlepas dari beban orang tua dan
inilah yang membawa sukacita bagi mereka.
Selain ingin hidup di jalan Tuhan, maka motivasi kita
adalah untuk menyenangkan orang-orang yang ada di sekitar kita. Sekali lagi,
semangat ini akan menjadikan kita menjadi orang yang selfless. Dosa keinginan untuk tidak hidup berbijak dan hidup di
dalam cara pikir dunia ini adalah pemikian yang egois karena hanya ingin
menyenangkan diri tanpa memperdulikan begitu banyak orang yang terluka karena
kehidupan kita yang tidak bijaksana.