Monday 24 November 2014

Film Noah (2013) dan Pembelajarannya di dalamnya.

Setiap film pasti memiliki sumber ide di dalam pembuatan naskahnya. Ada yang bersumber dari imajinasi sutradara, ada yang berasal dari novel ataupun karya penulis lain, ada yang berasal dari ilmu pengetahuan alam, dan lain-lain. Demikian juga dengan Film Noah yang ditayangkan pada tahun 2013 lalu. Film Noah merupakan sebuah film yang dibuat dengan ide yang berasal dari Kitab Suci umat Kristiani, khususnya melalui kitab Kejadian. Film ini digarap oleh Darren Aronofsky yang juga menggarap film Black Swan. Meskipun film memiliki ide yang berasal dari Alkitab, bukan berarti film ini sesuai dengan Alkitab. Banyak hal di dalam film tersebut yang menyimpang dengan kisah-kisah yang ada di dalam Alkitab. Beberapa diantaranya:

  • Iblis bertobat. Di dalam film tersebut diperlihatkan makhluk batu raksasa yang menolong Noah di dalam pembuatan bahtera. Makhluk batu tersebut bukan lain adalah malaikat yang menentang Sang Pencipta, yaitu Allah. Di dalam film tersebut dikisahkan bahwa mereka dibuang oleh Allah dari surga karena mereka mencoba menentang Allah. Kemudian mereka ingin membayar kesalahan masa lalu mereka, karena itu mereka menolong Nuh untuk membangun bahtera sebagai penggenapan akan perintah Allah kepada Nuh. Jadi, film tersebut mengatakan malaikat yang jatuh (iblis) ingin bertobat. Hal ini sama sekali bertentangan dengan Alkitab. Di dalam Alkitab, kita tidak bisa menemukan informasi bahwa malaikat akan mengalami pertobatan. Karena mereka tidak pernah direncanakan untuk ditebus oleh darah Kristus. Kristus hanya menebus umat manusia saja (Yoh. 1:1; 14; 1 Pet. 2:24). Selain itu Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa mereka bukanlah malaikat pilihan dari Allah. Apabila mereka merupakan malaikat pilihan mereka pasti akan setia kepada Allah (1 Tim. 5:21).
  • Diantara anak Nuh, hanya Sem yang membawa istri. Di dalam kisah tersebut, sangat ditekankan bahwa Nuh tidak melihat ada wanita yang cocok untuk menjadi istri anak-anaknya karena manusia sudah jatuh ke dalam dosa. Namun ada seorang wanita yang bertumbuh dewasa di dalam keluarga Nuh, yaitu gadis yang Nuh tolong ketika seluruh suku dari gadis tersebut dibantai. Namun, di dalam Alkitab diceritakan bahwa ketiga anak Nuh membawa istri mereka ke bahtera, bukan hanya Sem (Pada hari itu juga masuklah Nuh serta Sem, Ham dan Yafet, anak-anak Nuh, dan isteri Nuh, dan ketiga isteri anak-anaknya bersama-sama dengan dia, ke dalam bahtera itu, (Kej. 7:13 ITB)).
  • Keluarga Nuh menentang banyak sekali keputusan Nuh. Keluarga Nuh digambarkan sebagai keluarga yang tidak taat kepada Allah dan juga kepada Nuh. Mereka seringkali menantang keputusan Nuh. Ham menantang bahkan dendam kepada Nuh karena Nuh membiarkan calon istri yang dibawanya mati begitu saja. Selain itu, Sem juga menentang perintah ayahnya ketika istrinya hamil. Bagi Nuh, hanya keluarganya yang diperintahkan Tuhan untuk selamat, tidak ada manusia lain bahkan keturunan dari keluarga Nuh yang belum lahir. Di sana Nuh ingin membunuh anak Sem jikalau yang lahir adalah pria. Namun Sem dan ibunya menentang keputusan Nuh dengan begitu keras. Pada penghujung akhir kisah film tersebut, dikisahkan bahwa Nuh pun tidak taat kepada keputusan Allah: untuk membunuh bayi laki-laki dari Sem. Jikalau dibandingkan dengan Alkitab, kisah bahwa seluruh keluarga Nuh ternyata adalah keluarga yang tidak taat sama sekali tidak diceritakan. Bahkan di Alkitab dikisahkan bahwa Nuh lah yang jatuh ke dalam dosa, kemudian Ham juga jatuh ke dalam dosa. Alkitab sama sekali tidak mengisahkan istri Nuh dan Sem adalah orang yang tidak taat kepada Tuhan. Ini merupakan kisah yang terbaik dari film Noah (2013).

Meskipun film tersebut banyak yang tidak sesuai dengan kisah yang berada di Alkitab, namun kita bisa belajar tentang pergumulan dari Nuh yang begitu berat ketika dia harus membiarkan manusia lain binasa karena dosa-dosa mereka. Menurut surat Petrus, Nuh sudah pernah memberitakan kabar sukacita, yaitu kabar keselamatan bagi mereka. Namun mereka tidak pernah mau percaya. Ketidakpercayaan mereka ini yang membuat mereka binasa dan hati Nuh sangat susah karenanya. Hal ini seharusnya ada di dalam kehidupan kita sebagai seorang manusia yang mengenal Tuhan. Seharusnya seorang manusia yang mengenal Tuhan merindukan agar manusia lain juga mengalami pengenalan dan hubungan yang erat dengan Tuhan, sang pencipta. Sebagaimana Paulus mengatakan bahwa Dia berhutang kabar sukacita kepada orang lain bahkan mengatakan dia rela mengganti dirinya dengan orang lain agar orang lain diselamatkan dan dirinya dibinasakan. Sungguh indah jikalau kita memiliki kerinduan dan beban yang dimiliki oleh Nuh dan Paulus. Beban seperti inilah yang membawa orang-orang rohaniawan Kristen untuk menjadi misionaris memberitakan kabar keselamatan dan juga hidup tanpa pamrih bagi orang-orang yang membutuhkan.

No comments:

Post a Comment

Artikel Terpopuler

Saturn Devouring His Son - Fransico Goya (1819)

Salah satu lukisan yang paling mengerikan sepanjang sejarah: Saturn devouring his son yang dilukis oleh pelukis spanyol Francisco Goya (18...