Sunday 22 October 2017

Cara Hidup Kristiani: TEGURAN (1 Korintus 7:8)

Menegur adalah salah satu normal yang paling penting yang harus dilakukan oleh orang percaya menurut Alkitab. Di dalam Amsal dikatakan bahwa orang yang tidak menegur anaknya adalah orang tua yang sebenarnya benci kepada anaknya. Dia adalah seorang yang egois, mementingkan perasaannya, dan demi perasaan itu dia tidak menegur anaknya yang akan mengakibatkan kehancuran bagi anaknya. Jadi, teguran adalah suatu bentuk kasih dan teguran di dalam istilah Paulus adalah sebuah cara untuk mengikatkan tali kasih diantara orang-orang percaya. Namun yang menjadi masalah perihal teguran adalah tidak ada orang yang suka ditegur. Semua orang suka disanjung dan dipuji. Itu adalah sikap manusiawi sebagai seorang manusia yang memiliki atribut kekudusan, yaitu kita benci dengan kejahatan atau kesalahan. Ketika kesalahan atau kejahatan kita diperlihatkan maka kita merasa rishi dan sangat tidak suka. Sikap orang yang ditegur ini seringkali dianggap sebagai sebuah sikap yang tidak bijaksana atau sikap yang tidak Alkitabiah dan menganggap setiap orang yang berdosa seharusnya siap untuk ditegur, seharusnya membuka diri untuk dikoreksi. Memang benar setiap orang harus siap untuk ditegur, namun bukan otomatis orang yang ditegur tidak ada perasaan malu dan tidak suka ketika kesalahannya diperlihatkan.
Pertanyaan selanjutnya: apakah tepat ketika seseorang dengan begitu garang dan bangganya memperlihatkan kesalahan orang lain dengan dalih bahwa teguran adalah sesuatu yang harus dilakukan. Membukakan kesalahan adalah sesuatu yang wajib orang nasrani lakukan? Memang betul memberikan teguran adalah salah satu normal yang harus dilakukan oleh setiap orang nasrani sebagai bentuk kasihnya kepada sesama. Namun yang harus menjadi catatan penting bagi kita adalah ketika kita memberikan teguran, memperlihatkan “borok” sesama kita, maka perasaan yang tepat yang kita miliki ketika melakukan itu adalah kita memiliki rasa risih sebagai mana orang yang kita tegur, kita juga merasa itu merupakan sesuatu yang tidak nyaman dilakukan karena pasti akan menyakitkan dan membuat terluka sesama kita. Sebagaimana yang dikatakan oleh Paulus di 2 Korintus 7:8 bahwa dia menyesal dengan teguran yang dia telah berikan kepada saudara seimannya ketika dia membuka tabir kebobrokan mereka. Namun demi kasih, demi sehatnya kerohanian mereka maka Paulus mengatakan dia tidak menyesal untuk melakukan hal yang menyakitkan itu.
Demikianlah seharusnya sikap yang tepat di dalam menegur: luka dan kasih. Kita terluka untuk memperlihatkan kebobrokan saudara kita, tetapi kita melakukan itu atas dasar kasih kepada mereka. Seringkali kita terjebak di dalam satu hal yaitu “kasih”. Kita dengan semangat menegur saudara kita bahkan kasih kita tersebut dirasuki oleh kebencian. Kita menegur saudara kita agar dia tersakiti, agar dia terjatuh, agar dia tidak mampu bangkit lagi. Demi menyatakan kemarahan kita semata. Kasih yang demikian bukanlah kasih yang murni karena tidak ada luka yang kita rasakan ketika kita menegur saudara kita. Maki kita bersikap fair, maki kita memiliki sikap yang seimbang di dalam menjalankan salah satu cara hidup Kristen yang terpenting yaitu teguran.

No comments:

Post a Comment

Artikel Terpopuler

Saturn Devouring His Son - Fransico Goya (1819)

Salah satu lukisan yang paling mengerikan sepanjang sejarah: Saturn devouring his son yang dilukis oleh pelukis spanyol Francisco Goya (18...