Sunday 28 June 2015

Perihal Kebijaksanaan #1: Suka Mendengar, Suka Belajar, dan Penuh Pertimbangan.



baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan (Ams. 1:5)

Dalam bagian ini ada tiga ciri-ciri orang yang bijaksana:
1.    Suka Mendengar. Terkadang kita menjadi orang Kristen, apalagi orang yang mengerti banyak teologia, merasa diri kita tahu banyak, sikap kita menjadi orang yang lebih banyak bicara daripada mendengar, lebih banyak kritik daripada mendengarkan. Ini merupakan sebuah karakter yang tidak benar. Orang yang memiliki bijaksana adalah orang yang suka untuk mendengar. Karena itu orang Kristen banyak yang tidak bertindak bijaksana karena lebih banyak berbicara daripada mendengarkan.
Karena lebih suka berbicara maka kita menjadi orang yang lebih sering menyakiti orang lain daripada memberkati orang lain. Perkataan kita seringkali seperti pisau yang mengiris-iris hati orang lain karena merasa dihakimi oleh perkataan kita yang tidak bertanggungjawab. Karena itu tidak mengherankan Yakobus meminta orang-orang Kristen hati-hati dengan lidah kita karena lidah seperti iblis didalam manusia yang sulit untuk dikendalikan. Manusia bisa menguasai monster, bisa menguasa binatang buas sekalipun, tetapi siapakah yang bisa menguasai lidah yang begitu mengerikan?
Suatu ketika seorang tuan meminta hambanya untuk menyediakan makanan yang ternikmat di dunia untuk dihidangkan kepada tamu-tamu kehormatan sang tuan. Ketika sang tuan melihat hidangan tersebut, isinya adalah lidah. Maka sang tuan begitu keheranakan melihat hal tersebut lalu bertanya kepada hambanya, mengapa kamu menghidangkan lidah sebagai makanan yang ternikmat? Sang hamba menjawab: karena lidah memberikan berkat, mendoakan orang lain, membangun, dan memotivasi orang lain karena itu lidah adalah yang paling nikmat. Kemudian di dalam pesta yang lain sang tuan meminta hamba tersebut untuk  menyediakan makanan yang paling tidak enak. Kemudian sang hamba meng-iayakan perimtaan tuannya. Setelah tuannya melihat hidangan tersebut, dia kembali terkejut. Ternyata makanan yang paling tidak nikmatpun adalah lidah. Sang tuan bertanya lagi: mengapa kamu menghidangkan lidah lagi sebagai makanan yang paling tidak nikmat? Karena lidah mengkutuki, memfitnah, menjelek-jelekkan orang lain, menghancurkan reputasi orang lain karena itulah lidah adalah sesuatu yang paling tidak nikmat.
Seringkali perkataan kita adalah sesuatu yang tidak nikmat karena kita terlalu cepat dan terlalu sering untuk berkata-kata. Karena itu salah satu etika Alkitab adalah “Cepatlah untuk mendengar tetapi lambat untuk berkata-kata.”
2.    Menambah ilmu. Orang yang bijaksana pasti adalah orang yang menginginkan hidupnya menjadi orang yang bertindak benar, tidak salah melangkah, karena itu dia ingin mempelajari berbagai macam pengetahuan untuk membuatnya memiliki banyak pertimbangan di dalam memutuskan segala sesuatu. Seorang yang bodoh adalah seorang yang malas. Baginya menambah ilmu adalah penderitaan. Orang bodoh melihat hidup ini sudah begitu susah, bekerja begitu melelahkan, mengapa harus menambah ilmu, mengapa harus memikirkan hal-hal yang sulit? Karena itu orang bodoh tidak pernah memiliki hikmat di dalam hidupnya, dia tidak pernah mengerti bagaimana memutuskan segala sesuatu di dalam kehidupan. Mengapa? Karena dia tidak mau menambah ilmu di dalam kehidupannya.
Plato adalah seorang yang ingin menjadi orang yang bijaksana. Dia berpetualang mengarungi seluruh Yunani untuk mendapatkan ilmu dan mencari guru. Maka dia belajar kepada seorang yang memiliki begitu banyak ilmu namun rendah hati: Sokrates. Namun apakah sudah cukup bagi Plato? Belum. Dia pernah ingin pergi ke negeri timur yang jauh yang dikabarkan ada orang-orang bijaksana yang mengerti banyak hal, yaitu orang majus. Dia ingin menambah kebijaksanaan di dalam hidupnya.  Plato ingin datang bertemu dengan mereka, sujud di bawah kaki mereka dan mendengarkan pengajaran mereka. Inilah orang-orang majus.
Inilah karakter orang bijaksana, senantiasa ingin menambah ilmu.
3.    Penuh pertimbangan. Seorang yang bijaksana adalah seorang yang tidak gampang memutuskan segala sesuatu. Dia adalah seorang yang penuh dengan pertimbangan. Seorang yang bijaksana adalah seorang yang tidak terlalu gampang percaya dengan perkataan atau kabar dari atau tentang seseorang. Dia adlaah seorang yang penuh dengan pertimbangan di dalam menilai segala sesuatu. Dunia kita adalah dunia yang aneh. Mengapa? Karena terlalu susah percaya tentang Tuhan tetapi terlalu gampang percaya dengan perkataan orang lain. Karena itu gossip atau fitnah begitu gampang menyebar di dalam dunia ini. Mengapa? Dunia ini lebih banyak orang yang tidak berhikmat daripada orang yang berhikmat. Mereka tidak memiliki pertimbangan yang matang di dalam menilai perkataan orang lain. Mereka langsung menganggap apa yang dikatakan tentang orang lain sesuatu yang benar. Namun orang berhikmat adalah orang yang penuh dengan pertimbangan. Dia mengerti menilai bukanlah sesuatu yang gampang, bukan sesuatu yang bisa dilakukan di dalam satu atau dua detik. Dia harus meneliti apakah benar informasi tersebut, apakah informasi yang disampaikan tersebut komprehensif ataukah informasi itu memiliki kandungan kebencian yang ingin menjatuhkan orang lain.
Selain itu ketika dia ingin memutuskan sesuatu tentang kehidupannya, maka dia tidak memutuskan berdasarkan emosional semata. Tetapi dia memutuskan berdasarkan pertimbangan pengetahuan yang berasal dari Allah yang dia kejar dengan berbagai cara. Seorang yang berhikmat tidak akan memutuskan sesuatu ketika dia berada dalam kemarahan atau kesedihan yang mendalam dimana yang mengontrol seluruh keberadaannya hanyalah emosi semata. Mengapa tidak boleh? Karena keberadaan manusia bukan emosi semata, tetapi manusia memiliki kapasitas pengetahuan yang diberikan oleh Tuhan sebagai salah satu pertimbangan di dalam memutuskan segala sesuatu dihadadapan Tuhan.
Suatu ketika di sebuah desa, ada seorang yang semasa hidupnya bercita-cita ingin menjadi dewa. Ketika dia mendengar cerita tentang dewa, maka hatinya penuh dengan emosi, dirinya dipenuhi perasaan menginginkan untuk menjadi dewa. Dia mencari begitu banyak cara untuk menjadi dewa. Suatu ketika dia mendengar cerita yang tidak tahu dari mana bahwa ada sebuah jamur yang bisa membuat orang menjadi dewa. Jamur itu besar sekali dan warnanya indah, ada sembilan lapis. Mulai saat itu dia penuh dengan emosi kebahagiaan dengan berita tersebut maka mencari ke seluruh gunung jamur tersebut dengan tiada hentinya. Suatu hari ketika dia mencari jamur tersebut, dia merasa kelelahan dan dia duduk di dekat pohon. Dia melihat sebuah jamur yang berwarna emas, sangat besar, dan ada 9 lapis. Dia kemudian begitu dipenuhi dengan perasaan bahagia dan berkata, “Ini pastilah jamur tersebut.” Padahal dia sebenarnya sudah sering melihat jamur seperti itu. Jamur itu adalah jamur yang beracun. Tanpa menimbang-nimbang lagi hanya karena emosi semata dia membawa jamur tersebut. Dia membawa ke rumah lalu memasaknya. Dia mengatakan kepada istrinya bahwa inilah jamur yang disebut-sebut sebagai jamur yang bisa membawa orang menjadi dewa. Dia memasaknya. Tanpa menghiraukan pengetahuan yang dia miliki sebelumnya bahwa jamur itu beracun, dia memakannya. Perutnya terasa teriris-iris dan putuslah nyawanya. Anaknya yang melihat hal tersebut karena dipengaruhi oleh ayahnya yang begitu emosional dia percaya bahwa ayahnya sekarang meninggalkan raga dan menjadi dewa. Kemudian dia juga memakan jamur tersebut, dan dia pun mati. Tanpa disadari karena tidak menimbang-nimbang lagi maka mereka sekeluarga berebut untuk memakan jamur tersebut. Satu keluarga bukan menjadi dewa tetapi mati dengan sia-sia tanpa pertimbangan.

No comments:

Post a Comment

Artikel Terpopuler

Saturn Devouring His Son - Fransico Goya (1819)

Salah satu lukisan yang paling mengerikan sepanjang sejarah: Saturn devouring his son yang dilukis oleh pelukis spanyol Francisco Goya (18...