The Voyage of
Life adalah lukisan dari
Thomas Cole yang menggambarkan kehidupan manusia di dalam empat tahap:
anak-anak, muda, dewasa, dan masa tua. Lukisan tersebut menceritakan kisah
kehidupan pelayar yang mengarungi sungai kehidupan. Di dalam masing-masing
lukisan tersebut hadir malaikat penjaga. Jikalau kita memperhatikan maka arah
dari kapal yang ada di dalam masing-masing lukisan berlawan satu dengan lukisan
sebelumnya.
1.
Masa Kanak-Kanak.
Seorang anak dengan aman ada di atas kapal yang dilindungi dan diarahkan oleh
seorang malaikat. Pemandangan begitu hijau dan subur; keadaan terlihat begitu
tenang; dan sinar yang begitu hangat. Hal ini menggambarkan tentang keadaan
yang damai dimana masa kecil adalah masa yang penuh keadamaian dan sukacita dari
Tuhan. Kapal terlihat datang dari sisi kiri yang gelap. Hal tersebut menggambarkan
permulaan asal usul anak tersebut yang berasal dari ketiadaan masuk ke dalam
dunia.
2.
Masa Muda.
Pada lukisan kedua, pemandangan masih sangat kaya seperti lukisan yang pertama.
Ditambah dengan pandangan yang jauh lebih luas sebagaimana pengalaman yang
diperoleh oleh anak yang sudah bertumbuh menjadi dewasa tersebut. Sekarang anak
muda tersebut mengambil alih kemudi kapal dengan penuh keyakinan dan malaikat
kini ditinggalkan di pinggir sungai. Anak muda tersebut mulai meninggalkan
pimpinan dari utusan Tuhan. Pose nya yang condong ke depan menggambarkan
keyakinan yang teguh dan antusiasme yang besar terhadap seluruh impian dan
ambisi hidupnya yang digambarkan oleh bayang-bayang istana yang ingin dia tuju.
Namun anak ini tanpa sadar ketika hanya melihat ke arah impian dan ambisinya
tersebut, dia lupa melihat jalan sungai menuju ke sana sangat sulit. Hal ini
digambarkan oleh sungai yang mengarah ke istana tersebut semakin kasar,
bergelombang, penuh dengan batu, gunung yang menjulang. Ini menggambarkan
kesulitan yang tiada hentinya ketika dia mencoba meraih seluruh impian dan
ambisinya.
3.
Masa Dewasa.
Pada lukisan ini, pemuda tersebut menjadi orang yang dewasa dan sedang
menghadapi kesulitan di dalam pelayanan mengarungi kehidupannya. Kapal yang dia
naiki mulai rusak dan kemudi pun sudah tidak ada lagi. Sungai semakin
menakutkan dan penuh dengan ancaman batu, pusaran air yang mengerikan, dan arus
yang bergelombang. Sinar matahari yang tadinya begitu hangat ditutupi oleh awan
gelap, badai, dan hujan lebat. Pepohonan menjadi rusak, hancur, dan tak
berbentuk.
Di atas kapal, pemuda yang tadinya penuh dengan
ambisi dan rasa percaya diri kini berubah menjadi seorang dewasa yang
kehilangan ambisi bahkan kendali untuk perjalanan kehidupannya.
Namun Tuhan tidak meninggalkannya. Malaikat utusan
Tuhan tetap memperhatikannya dari jauh dan orang tersebut tidak bisa
melihatnya. Manusia tersebut harus menyerahkan kehidupannya di dalam iman kepada
Tuhan yang melindunginya. Kemudian dia melipatkan tangannya dan memohon
pertolongan dari Tuhan.
4.
Masa Tua.
Pada lukisan yang terakhir menggambarkan masa-masa pra kematian. Manusia
tersebut sudah bertumbuh menjadi tua, dia telah bertahan dari seluruh kesulitan
dalam kehidupan. Sungai sudah menjadi tenang, sungai mengarahkan kapal menuju sungai
keabadian. Figur patung sebagai lambang kepemimpinan manusia tersebut telah
hilang dari lukisan, pelayar kehidupan tersebut sudah mulai tua dan rentan.
Malaikat turun dari langit dan mendekati pelayar tersebut dan mengarahkannya
kepada ujung kehidupannya. Manusia tersebut sekali lagi merasakan kedamaian dan
kebahagiaan seperti yang pernah dia rasakan di masa-masa kecilnya dengan
kesadaran bahwa imannya kepada Tuhan telah memelihara seluruh perjalanan
kehidupannya. Pemandangan seluruhnya telah lenyap, yang tertinggal hanyalah
sedikit batu-batu yang menggambarkan sudut-sudut keduniawian yang tersisa dan
pandangannya hanyalah mengarah kepada kehidupan yang kekal.
No comments:
Post a Comment