Saturday 27 June 2015

The Voyage of Life - Thomas Cole



The Voyage of Life adalah lukisan dari Thomas Cole yang menggambarkan kehidupan manusia di dalam empat tahap: anak-anak, muda, dewasa, dan masa tua. Lukisan tersebut menceritakan kisah kehidupan pelayar yang mengarungi sungai kehidupan. Di dalam masing-masing lukisan tersebut hadir malaikat penjaga. Jikalau kita memperhatikan maka arah dari kapal yang ada di dalam masing-masing lukisan berlawan satu dengan lukisan sebelumnya.
1.            Masa Kanak-Kanak. Seorang anak dengan aman ada di atas kapal yang dilindungi dan diarahkan oleh seorang malaikat. Pemandangan begitu hijau dan subur; keadaan terlihat begitu tenang; dan sinar yang begitu hangat. Hal ini menggambarkan tentang keadaan yang damai dimana masa kecil adalah masa yang penuh keadamaian dan sukacita dari Tuhan. Kapal terlihat datang dari sisi kiri yang gelap. Hal tersebut menggambarkan permulaan asal usul anak tersebut yang berasal dari ketiadaan masuk ke dalam dunia. 

2.            Masa Muda. Pada lukisan kedua, pemandangan masih sangat kaya seperti lukisan yang pertama. Ditambah dengan pandangan yang jauh lebih luas sebagaimana pengalaman yang diperoleh oleh anak yang sudah bertumbuh menjadi dewasa tersebut. Sekarang anak muda tersebut mengambil alih kemudi kapal dengan penuh keyakinan dan malaikat kini ditinggalkan di pinggir sungai. Anak muda tersebut mulai meninggalkan pimpinan dari utusan Tuhan. Pose nya yang condong ke depan menggambarkan keyakinan yang teguh dan antusiasme yang besar terhadap seluruh impian dan ambisi hidupnya yang digambarkan oleh bayang-bayang istana yang ingin dia tuju. Namun anak ini tanpa sadar ketika hanya melihat ke arah impian dan ambisinya tersebut, dia lupa melihat jalan sungai menuju ke sana sangat sulit. Hal ini digambarkan oleh sungai yang mengarah ke istana tersebut semakin kasar, bergelombang, penuh dengan batu, gunung yang menjulang. Ini menggambarkan kesulitan yang tiada hentinya ketika dia mencoba meraih seluruh impian dan ambisinya.

3.            Masa Dewasa. Pada lukisan ini, pemuda tersebut menjadi orang yang dewasa dan sedang menghadapi kesulitan di dalam pelayanan mengarungi kehidupannya. Kapal yang dia naiki mulai rusak dan kemudi pun sudah tidak ada lagi. Sungai semakin menakutkan dan penuh dengan ancaman batu, pusaran air yang mengerikan, dan arus yang bergelombang. Sinar matahari yang tadinya begitu hangat ditutupi oleh awan gelap, badai, dan hujan lebat. Pepohonan menjadi rusak, hancur, dan tak berbentuk.
Di atas kapal, pemuda yang tadinya penuh dengan ambisi dan rasa percaya diri kini berubah menjadi seorang dewasa yang kehilangan ambisi bahkan kendali untuk perjalanan kehidupannya.
Namun Tuhan tidak meninggalkannya. Malaikat utusan Tuhan tetap memperhatikannya dari jauh dan orang tersebut tidak bisa melihatnya. Manusia tersebut harus menyerahkan kehidupannya di dalam iman kepada Tuhan yang melindunginya. Kemudian dia melipatkan tangannya dan memohon pertolongan dari Tuhan.
4.            Masa Tua. Pada lukisan yang terakhir menggambarkan masa-masa pra kematian. Manusia tersebut sudah bertumbuh menjadi tua, dia telah bertahan dari seluruh kesulitan dalam kehidupan. Sungai sudah menjadi tenang, sungai mengarahkan kapal menuju sungai keabadian. Figur patung sebagai lambang kepemimpinan manusia tersebut telah hilang dari lukisan, pelayar kehidupan tersebut sudah mulai tua dan rentan. Malaikat turun dari langit dan mendekati pelayar tersebut dan mengarahkannya kepada ujung kehidupannya. Manusia tersebut sekali lagi merasakan kedamaian dan kebahagiaan seperti yang pernah dia rasakan di masa-masa kecilnya dengan kesadaran bahwa imannya kepada Tuhan telah memelihara seluruh perjalanan kehidupannya. Pemandangan seluruhnya telah lenyap, yang tertinggal hanyalah sedikit batu-batu yang menggambarkan sudut-sudut keduniawian yang tersisa dan pandangannya hanyalah mengarah kepada kehidupan yang kekal.

No comments:

Post a Comment

Artikel Terpopuler

Saturn Devouring His Son - Fransico Goya (1819)

Salah satu lukisan yang paling mengerikan sepanjang sejarah: Saturn devouring his son yang dilukis oleh pelukis spanyol Francisco Goya (18...