Referensi:
Kejadian 1.
Kejadian 1, di dalam ALkitab merupakan
sejarah tentang penciptaan alam semesta. Tentu di dalam narasi ini, kita tidak
akan menemukan penjelasan secara scientific
tentang penciptaan dunia ini karena Kejadian 1 bukan diciptakan sebagai buku
penjelasan kisah kejadian secara scientific
dan bukan penjelasan detail bagaimana Allah menciptakan dunia ini. Tetapi
bebeapa hal yang kita bisa pelajari dari kisah Kejadian 1 ini:
1.
Allah penciptakan segala sesuatu dengan begitu
mudah. Kisah penciptaan ini
berbeda dengan kisah penciptaan yang ditemukan di dalam agama-agama pada masa
kitab ini diciptakan. Di dalam agama-agama kuno lainnya, dunia ini dipercaya
dicipta secara chaos. Dunia ini
terjadi melalui peperangan antar dewa atau bahkan diciptakan secara unintentional. Misalnya saja salah satu
versi kisah penciptaan Mesopotamia adalah perang antara dewa Marduk dan dewi
Tiamat. Dalam versi ini dikisahkan peperangan kedua dewa tersebut yang
dimenangkan oleh Marduk. Kemudian Marduk membelah tubuh Tiamat menjadi dua
bagian yang berubah menjadi langit dan bumi. Dengan kisah-kisah penciptaan kuno
yang ada, kita mendapatkan pesan bahwa dunia ini tercipta melalui kekacauan
peperangan dan sebuah ciptaan yang sebenarnya adalah kisah kecelakaan. Sehingga
tidak heran dunia ini dianggap sebagai sesuatu yang jahat dan penuh
penderitaan. Teologia ini membawa manusia untuk melihat dunia sebagai sebuah
tempat yang tanpa pengharapan dan sebuah panggung yang mempertontonkan
kemalangan makhluk-makhluk yang berada di dalamnya.
Berbeda dengan narasi yang ditawarkan oleh
Alkitab. Alkitab memberikan tawaran kepada kita untuk percaya kepada Allah yang
mahakuasa. Dimana Allah tidak perlu berjuang, berperang untuk menciptakan dunia
ini. Dia cukup hanya dengan berfirman dan segala sesuatu terjadi. Inilah Allah
Alkitab, Allah yang mahakuasa. Dengan prinsip teologis ini maka kita dengan
berani mengarungi masa depan meskipun sesulit apapun, karena segala sesuatu
dapat diubah oleh Allah dengan begitu mudah jikalau Dia menginginkannya. Maka
umat Allah tidak perlu ragu, khawatir, ataupun takut.
2.
Allah yang Esa, Tiga Pribadi adalah harmonis. Berbeda dengan Allah agama kuno lain yang
diceritakan saling tidak sepaham, berperang satu dengan yang lain, berkhianat,
bahkan saling membunuh. Tetapi Allah yang Esa dan Tiga Pribadi yang diajarkan
Alkitab adalah Allah yang harmonis. Kehendak Bapa adalah Kehendak Firman dan
Roh, Kehendak Firman adalah Kehendak Bapa dan Roh, Kehendak Roh adalah Kehendak
Bapa dan Anak. Di dalam kisah penciptaan Kejadian 1 ini ditemukan bahwa Allah Tritunggal
bersama-sama dan sepaham di dalam menciptakan alam semesta. Alkitab mencatat
bahwa Allah mengatakan marilah “KITA”. Di sana ada tiga pribadi: Allah, Roh,
dan Firman. Ketiganya selaras dan harmonis. Prinsip ini seharusnya membawa
komunitas umat Allah juga hidup di dalam keselarasan, hidup seia sekata dan di
dalam pebedaan yang ada sebagaimana Allah Tritunggal di dalam relasi mereka.
Mereka berbeda pribadi tetapi mereka satu di dalam Keilahian. Demikian juga
umat Allah. Umat Allah berbeda satu dengan yang lain tetapi juga haruslah satu
sebagai umat Allah. Perpecahan tidak henti-hentinya terjadi di dalam gereja
yang seringkali bukanlah masalah esensial seperti pengajaran yang salah atau
bidat. Tetapi seringkali gereja terpecah karena permasalahan organisasi,
pembesar gereja yang haus kekuasaan, bahkan perpecahan yang diakibatkan oleh
uang. Ini adalah sebuah ketidakharmonisan yang berdasarkan alasan yang begitu
memalukan. Sebagai orang Kristen, kita harus hidup harmonis dan meninggalkan keakuan
yang bersifat egosentris. Salah satu doa terakhir Yesus adalah meminta Bapa
untuk membuat orang-orang Kristen untuk hidup di dalam keharmonisan dimana
Yesus dan Bapa adalah satu di dalam keharmonisan (Yoh. 17:11)
3.
Tuhan
menciptakan alam semesta dengan indah. Tuhan menciptakan dunia ini seperti
seniman dengan penuh kreativitas yang tanpa batas. Dia menciptakan masing-masing
ciptaan yang tidak identik satu dengan yang lain. Kita bisa melihat keunikan
dan keindahan di dalam setiap ciptaan yang Tuhan berikan. Ketika mempelajari
burung maka kita terkagum-kagum, ketika mepelajari tumbuhan maka kita
terkagum-kagum oleh hasil karya Sang Seniman dan semua itu tercipta dengan
begitu indah. Dan Tuhan menyerahkan seluruh ciptaan yang indah tersebut untuk
dikuasai oleh manusia. Tetapi yang perlu disadari oleh manusia adalah manusia
tidak hanya diberikan mandat untuk menguasai ciptaan tetapi juga untuk
memelihara ciptaan. Manusia sudah “terlalu sadar” tentang apa itu menguasai
ciptaan sehingga manusia sangat condong terhadap sikap exploitative terhadap
seluruh ciptaan. Bahkan manusia merasa diri mereka adalah allah atas seluruh
ciptaan. Manusia dengan berani merusak apa yang mereka tidak ciptakan. Manusia
masa kini harus lebih disadarkan bukan aspek menguasai tetapi aspek memelihara.
Manusia diberikan mandat untuk memelihara ciptaan Tuhan. Manusia bukanlah tuhan
atas ciptaan. Tuhan atas ciptaan adalah Tuhan pencipta mereka. Tuhan atas
binatang adlah Tuhan yang menjadikan mereka. Dan manusia harus ingat bahwa yang
memberkati ciptaan bukanlah manusia, tetapi Allah. Artinya setiap makhluk
memiliki panggilan dan bertanggungjawab dihadapan Allah pencipta mereka dan
tidak ada yang bisa menghalangi hal tersebut. Namun seringkali manusia bersikap
arogan terhadap ciptaan yang Tuhan ciptakan dengan indah tersebut. Manusia terlalu
sadar bahwa dia adalah pusat dari seluruh ciptaan sehingga manusia gagal untuk
menjalankan tugasnya. Di dalam salah film seri Star Wars III penjahat yang
bernama Count Dooku menasihati seorang Jedi muda Anakin Skywalker dengan
mengatakan, “Double pride, double fail.”
Artinya semakin seorang sombong, maka semakin gagallah dirinya. Demikian juga
manusia, jangan terlalu berlebihan memandang diri, jangan lupa manusia bukan
hanya memiliki dignity tetapi juga humility: manusia diciptakan melalui debu.
Tetapi manusia yang rendah tersebut diberikan mandat yang agung, tidak hanya
untuk menguasai tetapi memelihara dunia ciptaan Tuhan yang begitu indah.
4.
No comments:
Post a Comment