Thursday 24 December 2015

Kejadian 1 - Permulaan Penciptaan dan Signifikansi Teologisnya Terhadap Kehidupan Manusia.



Referensi: Kejadian 1.
Kejadian 1, di dalam ALkitab merupakan sejarah tentang penciptaan alam semesta. Tentu di dalam narasi ini, kita tidak akan menemukan penjelasan secara scientific tentang penciptaan dunia ini karena Kejadian 1 bukan diciptakan sebagai buku penjelasan kisah kejadian secara scientific dan bukan penjelasan detail bagaimana Allah menciptakan dunia ini. Tetapi bebeapa hal yang kita bisa pelajari dari kisah Kejadian 1 ini: 

1.    Allah penciptakan segala sesuatu dengan begitu mudah. Kisah penciptaan ini berbeda dengan kisah penciptaan yang ditemukan di dalam agama-agama pada masa kitab ini diciptakan. Di dalam agama-agama kuno lainnya, dunia ini dipercaya dicipta secara chaos. Dunia ini terjadi melalui peperangan antar dewa atau bahkan diciptakan secara unintentional. Misalnya saja salah satu versi kisah penciptaan Mesopotamia adalah perang antara dewa Marduk dan dewi Tiamat. Dalam versi ini dikisahkan peperangan kedua dewa tersebut yang dimenangkan oleh Marduk. Kemudian Marduk membelah tubuh Tiamat menjadi dua bagian yang berubah menjadi langit dan bumi. Dengan kisah-kisah penciptaan kuno yang ada, kita mendapatkan pesan bahwa dunia ini tercipta melalui kekacauan peperangan dan sebuah ciptaan yang sebenarnya adalah kisah kecelakaan. Sehingga tidak heran dunia ini dianggap sebagai sesuatu yang jahat dan penuh penderitaan. Teologia ini membawa manusia untuk melihat dunia sebagai sebuah tempat yang tanpa pengharapan dan sebuah panggung yang mempertontonkan kemalangan makhluk-makhluk yang berada di dalamnya.
Berbeda dengan narasi yang ditawarkan oleh Alkitab. Alkitab memberikan tawaran kepada kita untuk percaya kepada Allah yang mahakuasa. Dimana Allah tidak perlu berjuang, berperang untuk menciptakan dunia ini. Dia cukup hanya dengan berfirman dan segala sesuatu terjadi. Inilah Allah Alkitab, Allah yang mahakuasa. Dengan prinsip teologis ini maka kita dengan berani mengarungi masa depan meskipun sesulit apapun, karena segala sesuatu dapat diubah oleh Allah dengan begitu mudah jikalau Dia menginginkannya. Maka umat Allah tidak perlu ragu, khawatir, ataupun takut.

2.    Allah yang Esa, Tiga Pribadi adalah harmonis. Berbeda dengan Allah agama kuno lain yang diceritakan saling tidak sepaham, berperang satu dengan yang lain, berkhianat, bahkan saling membunuh. Tetapi Allah yang Esa dan Tiga Pribadi yang diajarkan Alkitab adalah Allah yang harmonis. Kehendak Bapa adalah Kehendak Firman dan Roh, Kehendak Firman adalah Kehendak Bapa dan Roh, Kehendak Roh adalah Kehendak Bapa dan Anak. Di dalam kisah penciptaan Kejadian 1 ini ditemukan bahwa Allah Tritunggal bersama-sama dan sepaham di dalam menciptakan alam semesta. Alkitab mencatat bahwa Allah mengatakan marilah “KITA”. Di sana ada tiga pribadi: Allah, Roh, dan Firman. Ketiganya selaras dan harmonis. Prinsip ini seharusnya membawa komunitas umat Allah juga hidup di dalam keselarasan, hidup seia sekata dan di dalam pebedaan yang ada sebagaimana Allah Tritunggal di dalam relasi mereka. Mereka berbeda pribadi tetapi mereka satu di dalam Keilahian. Demikian juga umat Allah. Umat Allah berbeda satu dengan yang lain tetapi juga haruslah satu sebagai umat Allah. Perpecahan tidak henti-hentinya terjadi di dalam gereja yang seringkali bukanlah masalah esensial seperti pengajaran yang salah atau bidat. Tetapi seringkali gereja terpecah karena permasalahan organisasi, pembesar gereja yang haus kekuasaan, bahkan perpecahan yang diakibatkan oleh uang. Ini adalah sebuah ketidakharmonisan yang berdasarkan alasan yang begitu memalukan. Sebagai orang Kristen, kita harus hidup harmonis dan meninggalkan keakuan yang bersifat egosentris. Salah satu doa terakhir Yesus adalah meminta Bapa untuk membuat orang-orang Kristen untuk hidup di dalam keharmonisan dimana Yesus dan Bapa adalah satu di dalam keharmonisan (Yoh. 17:11)

3.    Tuhan menciptakan alam semesta dengan indah. Tuhan menciptakan dunia ini seperti seniman dengan penuh kreativitas yang tanpa batas. Dia menciptakan masing-masing ciptaan yang tidak identik satu dengan yang lain. Kita bisa melihat keunikan dan keindahan di dalam setiap ciptaan yang Tuhan berikan. Ketika mempelajari burung maka kita terkagum-kagum, ketika mepelajari tumbuhan maka kita terkagum-kagum oleh hasil karya Sang Seniman dan semua itu tercipta dengan begitu indah. Dan Tuhan menyerahkan seluruh ciptaan yang indah tersebut untuk dikuasai oleh manusia. Tetapi yang perlu disadari oleh manusia adalah manusia tidak hanya diberikan mandat untuk menguasai ciptaan tetapi juga untuk memelihara ciptaan. Manusia sudah “terlalu sadar” tentang apa itu menguasai ciptaan sehingga manusia sangat condong terhadap sikap exploitative terhadap seluruh ciptaan. Bahkan manusia merasa diri mereka adalah allah atas seluruh ciptaan. Manusia dengan berani merusak apa yang mereka tidak ciptakan. Manusia masa kini harus lebih disadarkan bukan aspek menguasai tetapi aspek memelihara. Manusia diberikan mandat untuk memelihara ciptaan Tuhan. Manusia bukanlah tuhan atas ciptaan. Tuhan atas ciptaan adalah Tuhan pencipta mereka. Tuhan atas binatang adlah Tuhan yang menjadikan mereka. Dan manusia harus ingat bahwa yang memberkati ciptaan bukanlah manusia, tetapi Allah. Artinya setiap makhluk memiliki panggilan dan bertanggungjawab dihadapan Allah pencipta mereka dan tidak ada yang bisa menghalangi hal tersebut. Namun seringkali manusia bersikap arogan terhadap ciptaan yang Tuhan ciptakan dengan indah tersebut. Manusia terlalu sadar bahwa dia adalah pusat dari seluruh ciptaan sehingga manusia gagal untuk menjalankan tugasnya. Di dalam salah film seri Star Wars III penjahat yang bernama Count Dooku menasihati seorang Jedi muda Anakin Skywalker dengan mengatakan, “Double pride, double fail.” Artinya semakin seorang sombong, maka semakin gagallah dirinya. Demikian juga manusia, jangan terlalu berlebihan memandang diri, jangan lupa manusia bukan hanya memiliki dignity tetapi juga humility: manusia diciptakan melalui debu. Tetapi manusia yang rendah tersebut diberikan mandat yang agung, tidak hanya untuk menguasai tetapi memelihara dunia ciptaan Tuhan yang begitu indah.

4.     

No comments:

Post a Comment

Artikel Terpopuler

Saturn Devouring His Son - Fransico Goya (1819)

Salah satu lukisan yang paling mengerikan sepanjang sejarah: Saturn devouring his son yang dilukis oleh pelukis spanyol Francisco Goya (18...