Referensi: Kejadian
4.
Setelah
manusia jatuh ke dalam dosa, maka dosa menyebar kepada setiap keturunan Adam
dan Hawa dan dosa tersebut berkembang di dalam berbagai bentuk. Tidak hanya
dalam bentuk saling mencari kambing hitam seperti yang dilakukan Adam terhadap
Hawa, kini di dalam Kejadian 4, diperlihatkan dosa yang dilakukan generasi
kedua manusia, Kain membunuh Habel. Kejahatan yang begitu luar biasa. Karena
dosa Kain tega membunuh Habel saudaranya sendiri. Sikap Kain ini adalah sikap
yang begitu ironis. Kain membunuh Habel karena Kain benci kepada Habel. Mengapa
benci? Karena Kain iri terhadap Habel yang persembahannya diperkenankan oleh
Tuhan, sedangkan persembahan Kain ditolak oleh Tuhan. Ini adalah sikap konyol
yang terjadi kerena dosa. Cara berpikir dan logika Kain rusak karena dosa. Dia
membenci orang yang seharusnya tidak dia benci. Dia membenci saudaranya sendiri
karena Allah memuji Habel. Mengapa Allah memuji Habel? Karena Habel orang
benar, bukan karena Habel menyakiti, memfitnah, atau melakukan kejahatan lain
terhadap Kain. Meskipun tidak dapat dibenarkan, kita bisa mengerti jikalau Kain
membunuh Habel jikalau karena Habel adalah orang yang jahat terhadap Kain.
Namun Habel adalah orang yang benar. Dia mengasihi Tuhan dan mengasihi Kain.
Tetapi karena sikap yang benar tersebut, maka Kain membenci dan membunuh Habel.
Inilah yang terjadi di dalam diri orang berdosa: logika/ cara berpikir menjadi
cara berpikir yang tidak normal. Manusia menjadi gila dan bodoh di dalam
melihat standard moral. Moralitas bagi Kain adalah menyingkirkan setiap hal yang
mengganggu perasaan dan kebanggaannya. Setiap cara untuk menyingkirkan adalah
sesuatu yang hal dan wajib hukumnya. Itulah cara berpikir orang berdosa.
Hal
lain yang luar biasa yang dilakukan oleh Kain adalah dia tidak hanya membenci
orang benar, seperti Habel. Tetapi dia juga membenci Allah sang sumber dan sang
kebenaran itu sendiri. Ketika Tuhan bertanya kepada Kain dimana Habel, maka
dengan lugas Kain berkata, “Aku tidak tahu. Memangnya aku penjaga adikku?”. Tanpa
sedikir keraguan dan rasa takut kepada Allah, Kain menjawab hal tersebut.
Disini kita melihat dosa mengalami progress. Pada generasi pertama manusia,
Adam dan Hawa ketika didatangi oleh Tuhan, mereka bersembunyi ketakutan karena
mereka telah melakukan dosa, tetapi di dalam generasi kedua, Kain dengan bangga
dan tanpa rasa gentar sedikitpun menantang dan melawan Allah. Inilah manusia
berdosa. Kita melihat pada zaman ini, orang dengan bangga melakukan dosa dan
melakukannya di tempat yang tidak tertutup sedikitpun. Bagi mereka dosa adalah
hal yang normal dan patut dibanggakan. Manusia dengan bangga menceritakan
berapa kali mereka telah selingkuh dan tidak jujur terhadap pasangan mereka,
manusia dengan bangga menceritakan betapa kejamnya dan betapa banyaknya orang
yang telah mereka bunuh, manusia bangga terhadap sikap kejam mereka menggorok
orang yang tidak sepaham dengan mereka.
Demikian juga, Kain pasti mengerti konsekuensi terhadap tindakannya yang menentang Allah. Orang tua Kain, Adam & Hawa juga pasti telah menceritakan bagaimana mengerikkan hukuman Allah kepada setiap orang yang menentangnya. Namun dosa telah merusak cara berpikir Kain. Kain tidak peduli seluruh konsekuensi tersebut, Kain hanya ingin memuaskan amarah dan kebenciannya. Baginya lebih baik menderita selama-lamanya karena kutukan yang Tuhan berikan, daripada dia tidak bisa memuaskan seluruh amarah kebenciannya, yang mana sumberya kebencian tersebut bukan berasal dari Tuhan, tetapi berasal dari hati Kain yang jahat. Masalah di sini sebenarnya Kain dirinya. Tuhan tidak terlibat sama sekali, tetapi Kain membenci Tuhan. Ini adalah cara berpikir yang konyol lainnya.
Tanpa
pertolongan Tuhan, maka kita bukanlah apa-apa. Kita hanyalah orang yang
mewarisi dosa dan dosa itu terus berkembang jikalau kita tidak bersandar kepada
Tuhan dan berjuang di dalam integritas sebagai seorang anak Tuhan.
No comments:
Post a Comment