Referensi: Kejadian
18.
Setelah
belasan tahun dari kisah Kejadian 16, dimana Ismail sudah berumur 13 tahun ,
maka Tuhan secara fisik hadir dihadapan Abraham. Untuk menyatakan kembali
penggenapan janji Tuhan tentang keturunan Abraham. Waktu yang begitu lama
dinanti-nantikan oleh Abraham. Seringkali sebagai orang yang percaya kepada
Tuhan, kita memiliki mental instant. Tetapi di dalam berbagai kisah Alkitab,
seringkali Tuhan menggenapkan rencananya di dalam jangka waktu yang lama. Di
dalam proses penggenapan tersebut, Tuhan juga tertarik untuk memproses umat-Nya
ketika menanti penggenapan akan janji Tuhan. Namun seringkali kita cenderung
tidak sabaran, dan akhirnya jatuh kedalam sikap pragmatisme yang menginginkan
segala sesuatu terjadi secara instant. Kita melupakan satu hal di dalam
penggenapan janji Allah: proses kita dibentuk oleh Allah yang mempersiapkan
diri kita untuk mendapatkan penggenapan janji tersebut. Sebagaimana yang terjadi
di dalam kisah Israel yang masuk ke dalam tanah perjanjian ketika sudah menjadi
suatu bangsa. Mereka dilatih oleh Allah untuk menjadi bangsa yang tanggung yang
kisahnya dimulai dari perbudakan di Mesir, lalu perjalanan 40 tahun di padang
gurun, peperangan demi peperangan untuk membentuk mereka menjadi bangsa yang
tangguh dan mampu mempertahankan tanah perjanjian yang Tuhan sudah berikan
kepada mereka dari bangsa lainnya. Musuh-musuh di sekitar mereka adalah
bangsa-bangsa yang tangguh dan bangsa barbar yang hidupnya adalah peperangan,
sehingga Tuhan tidak langsung memberikan tahan perjanjian tersebut kepada
mereka, tetapi Tuhan memproses mereka untuk siap menerima penggenapan janji Allah.
Pada
bagian ini kita juga bisa mempelajari tentang seorang yang dekat dengan Allah.
Abraham di dalam kisah ini diperlihatkan sebagai seorang yang begitu mengenal
Allah karena dia adalah seorang yang dekat dengan Allah. Ketika Malaikat Tuhan datang,
maka Abraham langsung mengenali Malaikat tersebut adalah Allah, bukan sekadar
malaikat. Dia memanggil malaikat tersebut dengan kata yang hanya ditujukan
kepada Allah, yaitu Adonai. Kata tersebut hanya ditujukan kepada Allah yang
suci dan satu-satunya. Karena itu kita langsung dapat mengerti bahwa seorang
yang begitu rohani adalah seorang yang peka dengan kehadiran Allah, mengerti
apa yang menjadi kehendak Allah. Kepekaan kepada Allah juga akan mengakibatkan
seseorang hidup secara coram deo (in the present of God). Dia mengerti
bahwa Tuhan sedang memandangnya dan karena itu sebagai umat Allah, dia
senantiasa hidup selayaknya seorang yang hidup dihadapan Allah.
Sara
istri Abraham adalah seorang yang kurang beriman kepada Allah. Ketika Allah
menubuatkan bahwa Sara akan melahirkan anak untuk Abraham, maka Sara melihat
bahwa Allah seorang humoris. Dia tertawa karena tidak mungkin dia bisa
mengandung dan melahirkan karena dia sudah begitu tua. Namun janji Tuhan tidak
perlu ditertawakan karena tidak ada yang mustahil bagi Allah. Ini hal yang
harus dicatat oleh anak-anak Tuhan: tidak
ada yang mustahil bagi Allah. Segala sesuatu realita yang mungkin membuat
kita sulit untuk beriman bahwa kehendak Allah akan jadi, realita yang
menghimpit kita, kesulitan yang kita alami tidaklah boleh membuat kita untuk
meragukan kuasa Allah. Janji Allah akan terlaksana, kehendak Allah akan jadi
karena tidak ada yang mustahil baginya. Sama seperti membuka rahim Sara yang
begitu mustahil di dalam cara pikir manusia, demikian jugalah kita harus
percaya ketika Tuhan berkehendak, maka kehendak-Nya pasti terjadi. Sehingga di
dalam keadaan yang paling mustahilpun kita tetap memiliki semangat di dalam
menjalankan kehendak Tuhan. Zaman ini adalah zaman terlihat bahwa menjalankan
prinsip Firman Tuhan begitu sulit. Segala sesuatu seolah-olah melawan seluruh
perintah Tuhan. Ketika kita ingin menjadi orang yang tulus, maka kita akan
dianggap sebagai orang bodoh atau bahkan akan dibodoh-bodohi dan dimanfaatkan.
Namun, kita harus tetap percaya: Firman Tuhan, kehendak Allah, prinsip-prinsip
yang harus kita hidupi, harus tetap dipertahankan, karena tidak ada yang
mustahil bagi Allah.
No comments:
Post a Comment