Friday 15 January 2016

Kejadian 25:19-14 - Hidup: Talenta Tidak Cukup & Mengejar Kehendak Tuhan Lebih Dari Hasrat Dunia



Kejadian 25:19-34
Dalam bagian ini, Abraham sudah meninggal dunia dan selanjutnya kisah Ishak, anak Abraham yang menjadi sorotan. Ishak dan Rebeka memiliki dua orang anak kembar yaitu Esau dan Yakub. Meskipun kembar mereka memiliki begitu banyak perbedaan. Esau berbulu, gagah, penuh dengan talenta, namun Yakub adalah seorang yang lembut, anak mami, dan senang hidup di dalam rumah. Namun Rebeka lebih mengasihi Yakub daripada Esau, sedangkan Ishak lebih mengasihi Esau. Sejak permulaan hak kesulungan sebagaimana semestinya akan diberikan kepada Esau. Namun Esau melihat hal tersebut sebagai sesuatu yang sepele karena take it for granted. Sikap seperti ini seringkali menghancurkan banyak orang. Berkat yang penting dianggap sesuatu yang begitu sepele, tidak menghargai, dan kurang mengucap syukur kepada Allah sang pemberi berkat tersebut. Esau melihat bahwa hal tersebut hanya tradisi semata dan apapun yang dia lakukan otomatis hak kesulungan itu menjadi miliknya. Dia tidak memandang hal tersebut sebagai sesuatu yang penting dan dikejar. Namun berbeda dengan Yakub. Yakub adalah seorang yang tidak memiliki banyak talenta seperti Esau, namun Yakub memiliki satu hal yang tidak dimiliki oleh Esau: mengejar kehendak Tuhan lebih dari apapun. Kelemahan Yakub dalam hal ini adalah menghalalkan segala cara demi mendapatkan kehendak Allah tersebut. Dengan segala tipu muslihat dan berkonspirasi dengan ibunya, Rebeka maka Yakub mengelabui kakak dan juga ayahnya untuk mendapatkan berkat kesulungan. Tentu kelicikan tersebut tidak patut untuk dipelajari, namun yang pasti hasrat besar tersebut adalah hasrat yang harus dimiliki oleh setiap orang Kristen. Taleta semata tentu tidak cukup untuk melayani Tuhan. Talenta hanyalah kemampuan yang dimiliki namun arahnya belum tentu untuk melayani Tuhan. Tanpa hasrat untuk mengerti kehendak Tuhan, talenta akan menjadi sesuatu yang mengerikan dan menjadikan kita sebagai makhluk yang melakukan segala sesuatu yang mendukakan hati Tuhan, sebagaimana yang dilakukan oleh Esau. 

Selain itu Esau adalah seorang yang mengejar hasrat hidup lebih daripada hasrat mengerti kehendak Tuhan. Ketika di dalam kelaparan yang begitu luar biasa, Esau tanpa berpikir panjang untuk menukarkan hak kesulungan yang begitu berharga untuk diganti dengan kacang merah yang dimilliki oleh Yakub. Dia begitu menginginkan hasrat kepuasan dunia lebih daripada mendapatkan berkat dari Tuhan. Keputusan ini menjadi malapetaka bagi Esau dan seluruh keturunannya. Esau kehilangan jalur untuk menjadi penerus janji Allah kepada Abraham. Bahkan lebih dari itu, orang Edom yang menjadi keturunan Esau menjadi orang-orang yang hidup luar Tuhan dan menjadi musuh keturunan Yakub selama ratusan tahun.
Jadi, setidaknya ada dua hal yang kita bisa pelajari dari kisah Yakub dan Esau. Pertama, talenta tidak cukup. Apapun kemampuan kita, jikalau kita di luar Tuhan, maka seluruh kemampuan kita tidak cukup bahkan kemapuan itu seringkali mendukakan hati Tuhan karena melawan seluruh perintah dan kehendak Allah di dalam hidup kita. Kedua, mengejar kehendak Tuhan lebih dari hasrat dunia. Jangan sampai kita menjual kehendak Tuhan dan menggantikannya dengan seluruh hasrat dunia yang kita miliki. Ketika kita mengerti kehendak Tuhan di dalam hidup kita, apa yang harus kita kerjakan, maka satu-satunya keputusan kita ketika ada tawaran dari dunia yang jauh terlihat nikmat, adalah menolaknya dengan keras. Seringkali manusia dengan tega menjual kehendak Tuhan dengan tawaran gaji yang lebih besar; atau lebih mementingkan hobi dari kehendak Tuhan; atau berbagai macam hasrat dunia lainnya.

No comments:

Post a Comment

Artikel Terpopuler

Saturn Devouring His Son - Fransico Goya (1819)

Salah satu lukisan yang paling mengerikan sepanjang sejarah: Saturn devouring his son yang dilukis oleh pelukis spanyol Francisco Goya (18...